Wednesday, December 20, 2006

Murid Bodoh VS Murid Pintar


Sewaktu kita sekolah atau kuliah,
murid/mahasiswa di kelas dapat dibagi dalam 3 kategori : murid pintar,
murid rata-rata dan murid bodoh. Setiap orang tua pasti menginginkan
anaknya masuk ke kategori pertama yaitu murid yang pintar dan
menghindari yang terakhir atau murid bodoh. Orang tua seringkali
mendaftarkan anaknya untuk kursus ini, kursus itu agar nilai anaknya
menjadi bagus. Orang tua sering kali memfokuskan pada kelemahan anaknya
dan berusaha menutup kelemahan anaknya itu.

Pada suatu workshop,
peserta ditanya: jika anda mempunyai anak yang menyukai menggambar
tetapi nilai matematikanya tidak bagus. Keuangan anda hanya cukup untuk
membiayai 1 jenis kursus, kursus apa yang akan anda berikan ke anak
anda? Hampir semua peserta menjawab : kursus matematika.

Murid
yang pintar biasanya adalah tipe yang ngotot dalam belajar, mereka
takut kalau tidak bisa mengerjakan ujian, stress jika mendapat nilai
buruk. Tipe murid inilah yang
biasanya ikut les ini dan itu, karena mau SEMUA pelajarannya mendapat
nilai baik. Murid yang bodoh biasanya adalah tipe orang yang masabodoh,
mereka tidak terlalu memikirkan akan dapat nilai berapa. Murid tipe ini
biasanya mempunyai SESUATU yang sangat mereka sukai dan mereka lebih
suka melakukan hal itu daripada belajar. Sedangkan murid rata-rata
berada di antara 2 kategori itu.

Di
kemudian hari, siapakah yang akan lebih sukses atau kaya dalam
kehidupannya? Sukses di sini harus dibedakan dengan kaya. Menjadi kaya
berarti mempunyai lebih banyak uang, sedangkan sukses berarti
mengerjakan hal yang mereka sukai dan menyukai yang mereka kerjakan,
dan orang-orang menghargai apa yang mereka kerjakan. Dalam banyak
kasus, banyak murid yang bodoh semasa sekolah dan kuliah menjadi orang
yang sukses, dan banyak pula yang menjadi sukses dan kaya. Sedangkan
murid yang dulu pintar banyak juga yang menjadi kaya tapi sedikit yang
sukses.

Mengapa demikian ? Karena dari kecil
murid yg bodoh sudah terbiasa FOKUS kepada KEKUATAN yg dia miliki, dan
tidak terlalu peduli dengan kelemahannya. Sedangkan murid yang pintar
biasanya TIDAK FOKUS pada sesuatu, terlebih lagi mereka terbiasa
mendahulukan perbaikan pada kelemahan
Saya
mempunyai rekan yg merupakan contoh nyata dari tipe murid yang bodoh
ini. Sebut saja namanya A dan B, keduanya pernah tinggal kelas dan
termasuk murid yang tidak perduli dengan nilai bagus, sekarang si A
menjadi fotografer professional dg client dari perusahaan-perusahaan
terkenal di Indonesia dan si B menjadi montir professional yg disegani
di dunia rally mobil. Ambil contoh lain, Deddy Corbuzier semasa sekolah
juga tidak termasuk murid yang cemerlang, tetapi sejak kecil telah
menunjukkan kecintaan yg mendalam dengan dunia sulap. Sekarang, siapa
yang tidak mengenal Deddy Corbuzier. Contoh lain lagi adalah Rhenald
Khasali, beliaupun pernah tinggal kelas sewaktu sekolah tetapi
sekarang merupakan salah satu pembicara handal.

Di lain pihak,
yang dulunya murid yang pintar seringkali berakhir dengan bekerja di
kantoran, mungkin mereka menghasilkan banyak uang tetapi belum tentu
mereka sukses, karena mereka mungkin tidak terlalu menyukai apa yang
mereka kerjakan, hal ini karena dari kecil mereka diarahkan untuk
memperbaiki kelemahan dan tidak memperkuat apa sebetulnya kekuatan
mereka.

Jika anak anda termasuk dalam kategori anak pintar,
jangan terlalu cepat senang dahulu. Tetaplah gali apa yg ia sukai, apa
yg dengan senang ia lakukan, berilah support agar ia juga melakukan hal
yg ia senangi dan tidak hanya belajar terus menerus. Sedangkan jika
anak anda termasuk anak yg bodoh dan lebih menyukai kesenangannya
daripada belajar, carilah suatu alasan mengapa belajar itu juga penting
untuk mendukung kesenangannya.

Misalnya ia suka sekali dengan dunia otomotif, beri pengertian bahwa seorang ahli otomotif harus mengerti bahasa Inggeris
supaya dapat sukses di luar negeri, atau harus mengerti matematika agar nantinya mengerti mesin dengan baik, dsb.

Jika
sekarang anda bekerja sebagai seorang karyawan, andapun tentu
dibiasakan oleh perusahaan untuk ditambal kelemahannya. Setiap akhir
tahun setelah diadakan penilaian prestasi, pasti ada kelemahan si
karyawan yang diperhatikan oleh atasan dan kemudian dibuatkan "Plan for
Development" dengan mengikutkan karyawan tersebut pada suatu training
yang dapat membantu memperbaiki kelemahannya itu, sedangkan untuk
kelebihannya hanya diminta untuk dipertahankan.

Mereka yang
hanya memfokuskan diri pada memperbaiki kelemahan biasanya lebih sulit
menemukan impiannya dibandingkan mereka yang terbiasa fokus pada
kekuatannya. Jadi jangan terpaku pada kelemahan anda, fokuskan
perhatian anda lebih kepada kekuatan anda.



Sumber :
Unknown
Dicopy &paste dari mediacare



6 comments:

  1. Terima kasih artikelnya, Mas,
    tulisan ini benar-benar mengingatkan keadaan sy sewaktu SMP/SMU dulu.
    Dan syg-nya keadaan sy masih seperti itu, Mas :) Semoga pelan-pelan sy bisa mencoba u/ belajar fokus pd kekuatan sy.
    Salaam,

    ReplyDelete
  2. bagus sekali artikelnya..saya...dari dulu sering klo..mau apa2 lihat dulu mana yg urgent/important..itu aja
    sekarang dapet masukan dari artikel ini saya akan mencoba juga belajar..fokus pada kekuatan saya..hihihihihh
    doakan yach mudah-mudahan bisa...makasih banyak yach.artikel nya bagus
    ( membuat saya jadi sinergi)

    ReplyDelete
  3. good article. saya setuju sekali. saya sendiri banyak melihat teman-teman yang "kurang mujur" karena punya kecerdasan berlebih (kognitif), tapi lalai mengembangkan kemampuan bergaul, jadinya nasibnya tidak sebaik orang yang kecerdasannya pas-pasan tapi eq-nya dikembangkan, baik dari sisi kesuksesan maupun kekayaan.

    salam kenal juga mas Ari

    ReplyDelete
  4. sama aja kok Mas, karena saya seperti disindir itulah makanya saya copy&paste kemari..
    kita sama-sama belajar ya Mas ?

    ReplyDelete
  5. aamiyn.. insya Allah didoakan.. doanya juga buat saya kok..
    tapi kali emang refleks umum kali yah.. kita cenderung memperkuat mana yang dianggap masih lemah

    ReplyDelete
  6. setuju mas. teman saya seorang pemerhati pendidikan anak (sayang ngga kelihatan pendapatnya di blognya) selalu bilang kecerdasan anak itu ada berbagai jenis (ada 9 katanya, tapi kata kak seto 18.. hihihihi..banyak amat yah?) kalo kelihatan lemah di salah satunya, jangan langsung dianggap bodoh atau dibawah/pas rata-rata, bisa jadi dia punya kemampuan lebih di bidang lainnya. kalimat ini lalu jadi patokan saya buat mendidik anak.
    tapi patokan ya tetap patokan, kalo liat anak saya sedikit "lemot" di satu hal tetep aja bawaannya ngedumel melulu (^^)

    ReplyDelete