Monday, December 24, 2007

tentang 57 sen itu..

Dari email seorang kawan. Ngga tau sumber aslinya, tapi kayaknya ini cerita asli deh.. liat ini http://www.truthorfiction.com/rumors/h/hattiemaywiatt.htm
Hattie May Wiatt itu nama anak kecil yang menyumbangkan 57 cents ini
Sedang Russel H Conwell adalah nama pastor (pastor gereja baptis, bukan katolik) gereja itu, Grace Baptist Church, Philadelphia

Saya ingin membagi cerita ini, karena saya yakin TUHAN,  apapun sebutan yang kita gunakan untuk menyebut-Nya, bagi siapapun, kapanpun, dan dimanapun, selalu bekerja dengan cara yang ajaib. Tapi Dia ngga mau bekerja sendirian, Dia mau kita manusia berusaha. Dia mau kita untuk melaksanakan langkah awalnya dulu.. setelah itu, Dia-lah yang menentukan hasil akhirnya..

But here is the problem, buat saya aja kale
Saya nih kemaren2 ini biasanya minta, minta, dan minta dulu.. baru lalu komplain sama Tuhan (bujug, kurang ajar banget si Ari yak, komplain ma Alloh..ngaca Ri elo tuh sapee..?!) kok nasib saya ngga berubah lebih baik juga yah..

Ada juga saya pernah mencoba bertindak dulu; tentu dengan segudang harapan di kepala.. tapi apa yang diharap-harap tidak terjadi juga.
Sigh !


Setelah baca ini jadi nyadar euy, ngga cuman soal berubah dulu . Tapi ikhlas-nya juga kudu tetep dijaga, kale


Poor me.. Jadi guwa ngapain aja selama ini ??


Seorang gadis kecil berdiri terisak di pintu gereja kecil, ia baru saja ditolak masuk ke gereja tersebut karena "sudah terlalu penuh." Seorang pastor lewat di dekatnya dan menanyakan mengapa si gadis kecil menangis. "Saya tidak dapat ke sekolah Minggu" jawab si gadis kecil. Melihat penampilan gadis kecil yang kotor dan tidak terurus, sang pastor mengerti alasan penolakan si gadis kecil untuk ke sekolah Minggu. Segera dituntunnya gadis kecil itu ke ruang sekolah Minggu di gereja dan dicarikannya tempat duduk yang masih kosong.

Sang gadis kecil begitu tergugah perasaannya, sebelum tidur ia selalu memikirkan anak miskin lainnya yang senasib dengannya, yang seolah tidak mempunyai tempat untuk memuliakan Yesus. Sejak itu, gadis kecil kecil itu berkawan dengan sang pastor. Dua tahun kemudian, si gadis kecil meninggal di tempat tinggalnya di daerah kumuh. Orangtuanya meminta bantuan sang pastor yang baik untuk prosesi pemakaman yang sangat sederhana.

Saat pemakaman selesai dan kamar tidur si gadis kecil dirapikan, orang tuanya menemukan sebuah dompet lusuh, kumal dan sobek-sobek. Dompet tersebut kemungkinan adalah dompet yang ditemukan oleh si gadis kecil di tempat sampah. Dalam dompet lusuh tersebut, ditemukan uang sejumlah 57 sen dan secarik kertas bertuliskan tangan yang ditulis oleh gadis kecil itu, isinya "Uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil agar gereja tersebut dapat diperbesar sehingga lebih banyak anak-anak bisa datang ke sekolah Minggu." Selama 2 tahun, sejak ia tidak dapat masuk gereja itu, si gadis kecil menabungkan uangnya sampai sejumlah 57 sen untuk suatu maksud yang sangat mulia. Ketika sang pastor membaca catatan kecil ini, matanya sembab dan ia sadar apa yang harus diperbuatnya. Dengan berbekal dompet tua dan catatan kecil itu, sang pastor berusaha memotivasi para pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan maksud mulia si gadis kecil untuk memperbesar bangunan gereja.

Ceritanya tidak berakhir sampai di sini. Satu surat kabar besar mempublikasikan berita ini terus-menerus. Akhirnya seorang pengembang yang membaca berita ini tergerak dan ia menawarkan lokasi di dekat gereja kecil seharga 57 sen. Para jemaat pun dengan sukarela memberikan dana dan melakukan pemberitaan, akhirnya bagaikan bola salju yang bergulir, dalam 5 tahun terkumpul dana sebesar 250.000 dollar (pada waktu itu setara dengan emas seberat 1 ton).

 Cerita di atas merupakan hasil nyata tindakan "cinta kasih" seorang gadis kecil miskin, yang kekurangan makan dan tidak terawat, tetapi peduli dengan sesamanya yang menderita. Bila Anda ke Philadelphia, Anda akan melihat "Temple Baptist Church" dengan kapasitas penduduk 3.300 orang, "Temple University" tempat beribu-ribu murid belajar, "Good Samarian Hospital" serta sebuah bangunan khusus sekolah Minggu yang lengkap dengan beratus-ratus pengajar untuk memastikan tidak ada satu anak pun yang tidak mendapat tempat di sekolah Minggu. Dalam salah satu ruangan, tampak foto si gadis kecil, yang tabungannya sebesar 57 sen, namun dikumpulkan berdasarkan rasa "cinta kasih" sesama yang telah membuat sejarah. Tampak pula berjajar rapi foto sang pastor baik hati yang telah mengulurkan tangan kepada si gadis kecil miskin itu, yaitu pastor DR. Russel H. Conwell, penulis buku "Acres of Diamonds" - kisah nyata.


Wednesday, December 19, 2007

DBaonk: Jangkrik Buat Sang Satpam

Kalau Anda mengira dunia itu suram.. Anda salah ! Masih ada yang mengalami kehidupan lebih suram dari Anda (yang mampu baca tulisan ini via internet ;p) ! Maka bangkitlah, Saudaraku !

Kalau Anda mengira dunia itu indah.. Anda salah ! Masih ada diluar lingkungan Anda, orang-orang yang belum sampat menikmati atau sedang diuji untuk menikmati dunia yang muram ! Dan itu sebabnya Tuhan menciptakan orang-orang kayak Anda !! Untuk membagi sedikit keindahan dunia bagi mereka ! Masalahnya, maukah Anda, wahai Saudaraku ?

salam, ari ams


Link

Tuesday, December 11, 2007

Episode UGD: Bukan Urusan Saya...

dari blog tetangga
sengaja dimuat di sini sebagai informasi dan (mudah2an) pencegahan kejadian berikut

Link

Tuesday, November 20, 2007

Dongeng Putri Tidur versi Baru

kadang-kadang saya iri dengan kreativitas anak-anak,

versi 01
Putri Aurora: Nissa (3 th)
Pangeran : Chacha (4,5 th)
Sutradara : Ibunya anak-anak
Skenario : terserah pemain, deh

Sang Pangeran akhirnya menemukan Putri Aurora, masih terbaring tidur
di ranjangnya. Sang Pangeran hendak membangunkan Sang Putri dengan
cara menciumnya..
Tapi... Sang Putri mendadak bangun dan berlari terbirit-birit ketakutan

Sutradara : Lho lho.. kok Putrinya ketakutan ?
Putri Aurora: Habis giginya Pangeran bau belon sikat gigi..
(kejadiannya memang hari minggu pagi-pagi sekali. jadi yah.. boro-boro
anak-anak udah mandi dan gosok gigi, Bapaknya bangun aja belon..)
*gubrag*

versi 02
Putri Aurora: Chacha, gantian ceritanya
Pangeran : Nissa
Sutradara : masih Ibunya anak-anak
Skenario : tetep terserah pemain

Sang Pangeran akhirnya menemukan Putri Aurora, masih terbaring tidur
di ranjangnya. Sang Pangeran hendak membangunkan Sang Putri dengan
cara menciumnya..
Tapi... Sang Pangeran tidak jadi mencium, berbalik arah dan muntah-muntah

Sutradara : Lho lho.. kok sekarang Pangerannya muntah-muntah ?
Pangeran : Habis Putrinya kan belon mandi seratus tahun..
* halah*

mohon maaf kalau kurang berkenan, hanya intermezzo

Wednesday, September 12, 2007

Mohon Maaf Lahir Bathin (plus Bimbo: hidup dan pesan nabi.mp3 attch)

dear all,


dalam kesempatan ini, izinkan kami memohon maaf atas segala silap dan kesalahan, lisan dan tulisan, perkataan dan perbuatan, lahir dan batin, disadari maupun tidak, disengaja maupun tidak, yang kami lakukan sepanjang waktu ini.

kami tahu kami tidak mungkin mengembalikan semuanya seperti sedia kala sebab hidup ini berjalan terus, tidak bisa kembali, tapi kami yakin bahwa dengan niat yang tulus ikhlas, maka setidaknya qalbu kita bisa kembali putih bersih bagaikan sehelai kertas yang baru.

insya Allah kondisi itu, akan membuat perbedaan pada langkah-langkah kehidupan yang selanjutnya, insya Allah, amiyn.

mudah2an Ramadhan ini menjadikan kita insan yang lebih baik lagi, insya Allah. amiyn

ari & keluarga
    

Hidup dan Pesan Nabi


Hidup bagaikan garis lurus
Tak pernah kembali ke masa yang lalu.
Hidup bukan bulatan bola, yang tiada ujung dan tiada pangkal

Hidup ini melangkah terus, semakin mendekat ke titik terakhir.
Setiap langkah, hilanglah jatah menikmati hidup, nikmati dunia.

*Reff
Pesan nabi, tentang mati
Jangan takut mati karena pasti terjadi.
Setiap insan pasti mati, hanya soal waktu.

Pesan nabi, tentang mati
janganlah minta mati datang kepadamu,
dan janganlah kau berbuat menyebabkan mati.

*end of Reff

Tiga rahasia Ilahi yang berkaitan dengan hidup manusia
Kesatu, tentang kelahiran
Kedua pernikahan
Ketiga kematian
Penuhi hidup dengan cinta
Ingatkan diri saat untuk berpisah
Tegakkan shalat lima waktu dan ingatkan diri saat dishalatkan

*go to Reff

*Reff2
Pesan nabi, jangan takut mati,
meski kau sembunyi, dia menghampiri
takutlah ada kehidupan sesudah kau mati, renungkanlah itu
*end of Reff2

(Lirik lagu Hidup dan Pesan Nabi - Bimbo-)

Monday, August 20, 2007

PPN ? Siapa Takut..!?

tulisan ini dibuat dalam rangka lomba artikel menyambut ulang tahun mailing list khusus pembayar pajak (tax-ina@yahoogroups.com) yang ke-4 per 14-08-2007.

PPN ? Siapa Takut..!?

by Anton MS Wardhana

 

 

Terus terang saja, tulisan ini berangkat dari rasa penasaran: mengapa sih kebanyakan orang rada “anti” dengan Pajak Pertambahan Nilai ? Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menguraikan apa dan bagaimana itu PPN, secara udah pada bosen dengernya kayaknya, tetapi mengenai beberapa pendekatan penggunaan PPN dalam usaha.

 

Beberapa waktu yang lalu, seorang rekan wirausaha bertanya tentang kapan sebuah usaha harus memungut PPN. Ia bertanya demikian sebab rekanannya mempertanyakan status Pengusaha Kena Pajak-nya alias status berhak (dan wajib) memungut PPN dalam usahanya. Setelah saya jelaskan, omzet rekan ini ternyata sudah di atas ambang batas seorang pengusaha tidak wajib memungut PPN 

--ahem.. kayaknya laris nih Boss bisnisnya ?! *tuing*tuing*  <ari.ams

--hush ! serius dikit !  <bu momod

 

Keadaan yang demikian, ternyata malah membuat rekan kami ini tersenyum kecut. Ketika ditanya mengapa, sang rekan mengemukakan beberapa alasan:

1.       kalau PKP, banyak kerjaan administrasi tambahan setiap bulan, kalo telat dendanya gede pula, apalagi yang mulai tahun depan 

2.       kalau memungut PPN, harga jual jadi tidak bersaing lagi, kalah sama toko sebelah 

3.       tapi intinya, kalo harus pake PPN, kok kayaknya tambah susah aja, geto lowh..

 

Hmm.. Alasan nomor satu, dengan terbitnya Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan yang baru yang No 28 Th 2007 itu lho.. yah iya juga sih (hiks). Kalo alasan nomor dua, kalo gw bilang sih itu salah elu sendiri  ngapain juga milih buka toko persis di sebelah toko saingan..

--halah !  <oom momod

--ups ! ok, back to laptop ! <ari.ams (katro mode on)

 

Memang sih dengan dikukuhkan sebagai PKP, seorang pengusaha jadi ketambahan beban administratif yang lumayan berat. Tapi, lihat dulu dong:

1.       Pasti memang berat kalo dilakukan dengan sistem SKS alias Sistem Kebut tanggal Setor PPN  *maksa*dot*com*.    Tapi betul, kan ? Seandainya setiap kali kita menerbitkan dan atau menerima invoice  langsung kita input itu data PPN-nya dalam suatu sistem yang langsung nyambung ke SPT (seperti e-SPT PPN itu lho), rasanya pekerjaan beratnya sudah cukup terbantu deh

2.       Kalau pekerjaan administratif itu enggak dilakukan, mana kita tahu berapa PPN yang masih harus dibayar ke kas negara, atau sebaliknya: yang bisa kita mintakan restitusi atau kompensasi dari negara. Itu pun, kalo pake cara nomor satu, sudah bisa dilakukan otomatis kok, asal rajin tiap transaksi langsung diinput ajah. Jadi ngga pake seradak seruduk menjelang tanggal 15 atau tanggal 20.

3.       Oh iya, kalo usaha elo pengin diklasifikasi jadi kelas B alias bisa ikut tender kelas M-M-an gitu, ini biasanya kalo bouwheer-nya pemerintah nih, umumnya dia minta status PKP elo, prend

4.       Dan tambahan pekerjaan administratif ini, khususnya di bagian ekualisasi PPN, bisa dimanfaatkan  untuk pengendalian internal, yakni untuk menguji ketaatan dan keandalan pencatatan data dan...

--mas, kayaknya elo udah mulai ngecap, deh !  <mas penyelenggara

--duh ! ya jangan buka rahasia gitu dong, Yan.. kan gw malu.. <ari.ams (tersipu mode on)

 

Oke deh kita masuk alasan nomor dua: harga jadi tidak bersaing. Ah, masa iya ? Memang sih, bila harga jual kita dikenakan PPN, tidak otomatis harga jual kita menjadi lebih bersaing

--yah, ni orang ! emang sebelumnya guwa bilang apa yah, bro ?! <rekan yang wirausaha

--iye dah, iyee !  <ari.ams 

 

Intinya, dengan dikenakan PPN,  harga jual dan atau profit margin kita tidak selalu juga lantas jadi lebih buruk ! Sebab, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita berbicara strategi PPN, antara lain :

 

1.       Kastemer dan Vendor

 

Apakah pelanggan kita kebanyakan sudah PKP atau banyak yang non PKP ? ketika banyak yang sudah PKP, maka perubahan status perusahaan kita menjadi PKP akan ikut menguntungkan mereka dari sisi kredit pajak. Dan itu poin plus tersendiri, artinya: pelanggan tidak akan menghilang gara-gara kita berubah jadi PKP.

 

Begitu juga dengan pemasok, ketika banyak yang ternyata PKP, perubahan status kita menjadi PKP akan menguntungkan perusahaan dari sisi pengkreditan PPN dan penurunan cost/biaya. 

 

By the way, adakalanya juga nih ya pada saat-saat tertentu, seperti kombinasi pemasok PKP dan pembeli non PKP, secara cash flow justru lebih bagus bila kita tetap non PKP. Apalagi bila dikaitkan dengan harga jual yang bagi pembeli non PKP tentu dianggap lebih mahal.   Dan mungkin juga itulah sebabnya, sampai pada level tertentu, seorang pengusaha diperbolehkan atau tidak wajib memungut PPN.   Nah, sepanjang memang kasusnya demikian dan kesempatannya diberikan oleh peraturan, yah.. ahem.. sebaiknya dimanfaatkan. Ya nggak sih prend   ?!

--so, kenapa ngga selamanya aja ngga usah mungut PPN ? <rekan yang wirausaha

--yah ! kalo udah lewat ambang batas PKP, artinya udah jadi pengusaha gede, bo.. masa ngga malu sih masih ngembat jatahnya pengusaha kecil..!?   <ari.ams 

 

2.       Strategi Penentuan Harga dan/atau Laba Kotor

 

Sebenarnya dalam penentuan harga dan atau laba kotor, kita bisa melakukan perbandingan atau perhitungan sederhana bilamana kita PKP atau tetap bertahan non PKP.  Dalam hal itu, secara garis besar ada tiga pendekatan yang bisa dilakukan:

 

2.1.  Harga beli dan Harga Jual pada level yang sama

 

Misalnya PT A membeli barang dari supplier PKP seharga Rp5 juta (diluar PPN) dan dijual seharga Rp6 juta (diluar PPN), maka:

 

Keterangan

PKP

Non PKP

Harga Beli

Rp5.000.000,- +PPN

Rp5.500.000,-

Uang Dikeluarkan

Rp5.500.000,-

Rp5.500.000,-

Harga Jual

Rp6.000.000,- +PPN

Rp6.000.000,-

Uang Diterima

Rp6.600.000,-

Rp6.000.000,-

Laba Kotor

Rp1jt (Rp6jt-/-5jt)

Rp0,5jt (Rp6jt-/-Rp5,5jt)

Penerimaan Kas

Rp1jt ((Rp6jt-/-5jt)-(Rp0,6jt-/-0,5jt))

Rp1jt ((Rp6jt-/-5jt)-/-Rp0,5jt)

 

Sebenarnya penerimaan kas yang betul-betul diterima adalah 1,1 juta (6,6jt-/-5,5jt) tetapi kan ada hutang PPN 0,1jt yang harus dibayar (0,6jt-/-0,5jt) jadi pada akhirnya penerimaan kas hanya 1 juta, dengan keuntungan pemanfaatan waktu atas uang senilai 0,1 juta sebelum disetor ke kas negara. [perhitungan terlampir]

 

Kesimpulan, dengan jalan seperti ini maka seharusnya sih mengenakan PPN lebih untung.

 

Tapi masalahnya, metode ini otomatis mengalami kenaikan harga/biaya, maksud saya setidaknya bagi konsumen harus mengeluarkan dana 10% ekstra (kecuali tentu bagi pembeli yang PKP, soalnya bisa dikreditkan). Dan ini mungkin akan berdampak pada penurunan penjualan.  Kecuali, tentu saja bila diimbangi dengan strategi pemasaran lain dan atau kondisi seperti kastemer dan vendor kebanyakan PKP.

 

2.2.  Jumlah yang dibayar oleh konsumen sama

 

Dengan kasus yang serupa, tetapi dalam hal ini jumlah uang yang dikeluarkan pembeli sama-sama Rp6.000000 (misalnya). Bagi PKP harga tersebut termasuk PPN, bagi Non PKP tentu diluar PPN.

 

Keterangan

PKP

Non PKP

Harga Beli

Rp5.000.000,- +PPN

Rp5.500.000,-

Uang Dikeluarkan

Rp5.500.000,-

Rp5.500.000,-

Harga Jual

Rp6.000.000,- incl PPN (=Rp5.454.545,- +PPN

Rp6.000.000,-

Uang Diterima

Rp6.000.000,-

Rp6.000.000,-

Laba Kotor

Rp0,45jt (Rp5,45jt-/-5jt)

Rp0,5jt (Rp6jt-/-Rp5,5jt)

Penerimaan Kas

Rp0,45jt ((Rp6jt-/-5,5jt)-/-45rb))

Rp0,5jt (Rp6jt-/-Rp5,5jt)

 

Uang yang diterima sebenarnya Rp0,45jt (Rp6jt-/-Rp5,5jt) tetapi tanggal 15 bulan berikutnya ada hutang pajak senilai Rp45rb yang harus disetor ke kas negara. Jatuh-jatuhnya Rp0,45jt  dengan keunggulan waktu pemanfaatan Rp45rb sampai tanggal 15 bulan berikut. [perhitungan terlampir]

 

Kesimpulan, pada kondisi jumlah yang dibayar oleh konsumen yang sama persis (sangat boleh bersaing dong !? buat yang PKP, harga jualnya kan malah lebih rendah tuh..) metode ini sayangnya menghasilkan angka laba bersih di neraca yang lebih kecil bagi yang PKP daripada yang Non PKP meski tidak terlalu signifikan. Dan memang secara cash basis, angka yang diterima oleh PT A selaku PKP lebih kecil karena dipotong Hutang PPN (PPN Keluaran > PPN Masukan). Tapi ini pada level penjualan yang sama, lho.

 

Di sisi lain, mengingat harga jual resminya yang jadi lebih murah dibanding perusahan saingan yang non PKP, hal ini bisa jadi akan mendongkrak angka penjualan menjadi tinggi sehingga margin laba dan kas yang diterima jadi lebih besar dari sebelumnya.  Masalah klasiknya tentu saja: dengan harga jual kita yang jadi begitu menggiurkan, kastemer lain (yang bukan kastemer lama) pada tahu itu dan tertarik, tidak ? Kalo nggak, ya sama juga bohong.. Tapi bagian ini sih biar dipikirkan kawan-kawan di milis pemasaran aja kali ya..?!

 

2.3.  Jumlah laba kotornya sama

 

Kasus dasarnya sama, tetapi dalam hal ini PT A, baik sebagai PKP maupun bukan, sangat fokus pada cash margin. Dalam hal ini asumsinya margin penerimaan kasnya sama-sama Rp 500.000 sesuai perhitungan penerimaan kas bagi PT A bila Non PKP.

 

Keterangan

PKP

Non PKP

Harga Beli

Rp5.000.000,- +PPN

Rp5.500.000,-

Uang Dikeluarkan

Rp5.500.000,-

Rp5.500.000,-

Harga Jual

Rp5.500.000,- +PPN

Rp6.000.000,-

Uang Diterima

Rp6.050.000,-

Rp6.000.000,-

Laba Kotor

Rp0,5jt (Rp5,5jt-/-5jt)

Rp0,5jt (Rp6jt-/-Rp5,5jt)

Penerimaan Kas

Rp0,5jt ((Rp6,05jt-/-5jt)-(Rp0,55jt-/-0,5jt))

Rp0,5jt (Rp6jt-/-Rp5,5jt)

 

Uang masuk sebenarnya Rp0,55jt (Rp6,05jt-/-Rp5jt) tetapi tanggal 15 bulan berikutnya ada Rp50.000,- yang harus disetor ke Kas Negara. Jadi hasil akhirnya Rp500.000,- juga, dengan keuntungan time value of money Rp50.000,- sampai tanggal 15 bulan depan. [perhitungan terlampir]

 

Kesimpulan, pada kondisi ini harga jual perusahaan yang PKP masih lebih rendah dibanding yang non PKP (so masih bisa bersaing dong !?) Sedang jumlah uang yang dikeluarkan kastemer PKP memang sedikit lebih besar dari yang non PKP. Tetapi bila kastemernya PKP, tentu hal ini tidak jadi masalah sebab cost dilihat dari angka harga jual murninya diluar PPN.

 

Metode ini menghasilkan angka margin kotor di laporan laba rugi yang sama besar bagi perusahaan baik PKP maupun bukan, begitu pun secara cash basis. 

 

 

Oke deh, jadi kesimpulannya jangan buru-buru bilang PPN itu menakutkan, PPN itu bikin ngga mampu bersaing de el el de es be. Sebab tidak selalu demikian.

--bro bro, “tidak selalu demikian”  itu.. artinya biasanya begitu, dong ?! <rekan yang wirausaha

--halah ! mental loser, deh elu tuh ye ?!  <ari.ams 

 

Kita harus selalu bisa menilai situasi dan kondisinya dengan tepat, agar strategi/rencana perpajakan kita benar-benar mendatangkan yang terbaik bagi usaha kita..  hmm..dan atau usahanya boss kita, deh. Contohnya, bisa lihat perhitungan-perhitungan sederhana di atas.

 

Memang sih perhitungan di atas itu sangat sangat sederhana. Pasti ada banyak hal yang belum dipertimbangkan dan atau memerlukan koordinasi dengan pihak-pihak lain di dalam perusahaan.  Namun dengan perhitungan yang seperti ini dan tentunya dengan penguasaan kita  tentang produk kita sendiri, maka seharusnya keputusan menjadi PKP atau bukan PKP bukan lagi soal mental ataupun isyu, melainkan benar-benar soal perhitungan dan perencanaan. 

 

Jadi, jangan takut sama PPN, geto loh bo..

 

Dan, omong-omong, lokasi wirausaha rekan saya ini dekat rumahnya Oom Ika di BSD. Di deket situ itu ada sebuah rumah makan kecil yang menunya boleh dibilang sangat jarang ada di Jakarta, yaitu Mangut. Mangut ini semacam...

--mas, lanjutan kulinernya di sebelah aja, mas !  <mr. president, Republik OOT

--oh.. sendhika dawuh, pak presiden !  <ari.ams 

 

Dan dengan demikian, tulisan ini harus disudahi sebelum saya kena dikenakan pasal menghina Presiden Republik OOT dan menyebarkan hasutan terhadap status PKP.

 

11 Agustus 2007

koreksi 12.08.2007 dan 18.08.2007

Anton M.S. Wardhana

 

Anton MS Wardhana alias Ari AMS a.k.a Ari Latung. Pekerjaan: ngga jelas. OB di sini dan Cleaning Service di sana. Kadang juga jadi as-pri istrinya: jualan bakso..! (tapi lebih sering dimakan sendiri, sih..enak soalnya..)

--Latung !!!  <moderators, mas penyelenggara, dan presiden OOT

--iya, iya.. wis rampung ! gw diem, deh !  <ari.ams 

...

--tapi, kan..  <ari.ams 

--avada kedavra !! cruccio !! sectum sempra !! kamehame ha !! (teriakan2 mantra dan jurus para mods dan panitia membungkam ari.ams)

...

...

@EOF

Wednesday, July 4, 2007

Si Bodoh (part 03)


Sebagai sequel dari tulisan yang lalu, Kembali tentang seseorang yang sering dianggap tolol tapi keras kepala. Siapa lagi kalau bukan Guo Jing (aka Kwee Ceng) dalam The Legend of Condor Heroes. Kali ini, kita akan menandingkan Guo Jing dengan seorang yang sering disebut-sebut pahlawan, tokoh legendaris, penakluk. Siapa lagi kalau bukan ayah angkatnya, Temujin atau Jenghiz Khan. Kha Khan bangsa Mongol.

Berikut ini adalah kutipan percakapan episode akhir cerita itu
dikutip dari http://serialsilat.tungning.com/lpr_haru.php
 
 
SIA TIAUW ENG HIONG (MEMANAH BURUNG RADJAWALI)
Dituturkan oleh: Aulia, Jilid Ke-XIX, Halaman 1606-1608

Jenghiz Khan menahan kudanja, ia memandang ke empat pendjuru.

"Anak Tjeng," ia berkata, "negara besar jang aku membangunnja, berdjaman-djaman tidak ada bandingannja! Dari tengah-tengah negaraku ini untuk sampai di daerah paling udjung di sekitarnja, di timur dan selatan, di barat dan utara, semuanja seperdjalanan satu tahun lamanja! Kau bilang, di antara pendekar-pendekar di djaman dulu hingga di djaman sekarang ini, siapakah jang dapat melawan aku?"

Kwee Tjeng berdiam sekian lama, baru ia menjahut: "Di dalam halnja kegagahan, semendjak dulu hingga sekarang ini, tidak ada orang jang dapat menandinginja, hanjalah, oleh karena keangkaran Khan seorang, maka di kolong langit ini entah telah bertumpuk berapa banjak tulangbelulang putih serta mengalirkan airmatanja setahu berapa banjak anak-anak piatu dan djanda..."

Sepasang alisnja Jenghiz Khan bangun berdiri, tjambuknja menjambar ke pundak si anak muda!

Kwee Tjeng melihat itu, ia tidak takut, ia berdiam sadja.

Tjambuk itu berhenti di tengah udara.

"Apa kau bilang?" membentak pendekar mongolia itu.

Kwee Tjeng berpikir: "Setelah hari ini dan selandjutnja, pasti aku dan khan ini tidak bakal bertemu pula, maka itu biarnja dia bakal djadi gusar sekali, apa jang aku pikir mesti aku mengutarakannja!" Maka ia menjahuti dengan gagah: "Khan jang agung! Kau telah memelihara aku dan mendidik aku, kau djuga telah memaksakan kematiannja ibuku! Tapi itulah budi dan dendaman pribadi, tak usahlah itu dibitjarakan! Sekarang aku hendak tanja kau dengan satu pertanjaan sadja: "Kalau seorang telah mati dan dia dikubur di dalam tanah, berapa luas dia dapat tanah kuburannja itu?"

Jenghiz Khan melengak, lalu ia mengajun bundar tjambuknja. "Itulah lebih-kurang seluas ini," sahutnja.

"Benar," berkata Kwee Tjeng. "Sekarang kau telah membinasakan demikian banjak orang, kau telah mengalirkan demikian banjak darah, kau djuga telah merampas demikian banjak negara, di achirnja, apakah gunanja semua itu?"

Khan jang agung itu, pendekar dari Mongolia, berdiam. Tidak dapat ia membuka mulutnja.

Kwee Tjeng berkata pula: "Pendekar djaman dahulu hingga djaman sekarang ini, mereka jang dikagumi orang djaman belakangan, mesti dia jang telah membuatnja rakjat berbahagia dan jang menjinta rakjatnja! Menurut pandanganku sendiri, siapa jang membunuh banjak orang, belum tentu dialah satu pendekar!"

Dengan "pendekar" itu, Kwee Tjeng maksudkan "eng hiong."

"Apakah seumurku aku belum pernah mealkukan pekerdjaan baik?" khan itu tanja.

"Pekerdjaan baik itu pasti ada dan djuga besar sekali," mendjawab Kwee Tjeng. "Kau telah menerdjang ke Utara, kau telah menumpuk majat setinggi gunung, apakh itu jang dinamakan djasa atau dosa, itulah sukar dibilang..."

Kwee Tjeng djudjur, maka apa jang ia pikir lantas ia mengutarakannja.

Jenghiz Khan besar kepala, ia biasa merasa puas akan dirinja sendiri, sekarang di saat-saat dari hari achirnja, ia mesti mendengar kata-kata tadjam itu, ia tidak dapat kata-kata untuk membilang suatu apa. Ia lantas membajangi segala perbuatannja duludulu. Ia pun memandang kelilingan. Ia merasa seperti kehilangan sesuatu. Lewat lagi sesaat, mendadak ia berseru: "Oweh!" dan memuntahkan darah hidup!

Kwee Tjeng kaget. Ia lantas mengerti bahwa barusan ia telah bitjara terlalu tadjam. Ia lantas mempepajang pendekar itu.

"Kha Khan, mari kita pulang untuk beristirahat," katanja. "Barusan aku telah salah omong, harap dimaafkan."

Tapi Jenghiz Khan tertawa, tawar tertawanja, parasnja pun menjadi kuning-pias. "Orang di kiri-kananku," katanja, "tidak seorang djuga jang bernjali besar sebagai kau, jang berani omong padaku setjara begini djudjur."

Ia lantas mengangkat alisnja, ia kelihatan djumawa. Ia kata njaring: "Seumurku aku telah malang-melintang di kolong langit ini, aku telah memukul musna negara lain tak terhitung banjaknja, tetapi menurut kau, aku bukannja satu pendekar! Hm, sungguh kata-katanja seorang botjah!"

Ia mentjambuk kudanja, ia melarikannja pulang.

* * *

Malam itu Jenghiz Khan berpulang ke lain dunia di dalam Kemah Emasnja, maka menurut pesannja jang terachir, Ogotai menggantikan ia mendjadi khan jang maha agung. Di saat napasnja terachirnja, beberapa kali ia menjebut-njebut: "Pendekar... Pendekar..." Rupanja ia terpengaruh sangat perkataannja Kwee Tjeng.

Kwee Tjeng dan Oey Yong menanti sampai upatjara permakaman selesai, di itu hari djuga mereka pulang ke Selatan. Di sepandjang djalan, hati mereka bukan main terharunja, sebab mereka melihat di antara rumput-rumput tebal tak sedikit tulang-belulang putih kurban bentjana perang. Mereka ngelamun, kapan akan datangnja djaman aman-sentosa hingga rakjat dapat hidup aman dan berbahagia...


- Tammat -


Kalau membaca ini, mungkin Guo Jing sebenernya ngga bodoh. Mungkin dia malah lebih bijaksana daripada saya, yang mungkin (mungkin lho..) kalau saja diberi kesempatan untuk melahap dunia mungkin akan saya lakukan saking maruknya..

Monday, June 4, 2007

Cinta Putih dan Pertanyaan Seorang Jomblowan

Mari kita jaga sebentuk cinta putih
Yang telah terbina
Sepenuhnya terjalin pengertian
Antara engkau dan aku oh..
Masihlah panjang
Jalan hidup mesti ditempuh
S'moga tak lekang oleh waktu

Reff#
Cukup bagiku hadirmu
Membawa cinta selalu
Lewat warna sikap kasihku
Kau ungkap.. tlah terjawab

Jika kau bertanya
Sejauh mana cinta membuat bahagia
Sepenuhnya t'rimalah apa adanya
Dua beda menyatu saling mengisi
Tanpa pernah mengekang diri
Jadikan percaya yang utama

Back to Reff#

 

cinta putih ● katon bagaskara ● gemini

teks dari  http://www.iloveblue.com/lirik/lyric_artist_indonesia_barat_bali_song/210.htm

 

Belum lama ini ada seorang jomblo-er yang nampak gelisah, mencoba numpang bertanya mencari pencerahan pada seorang Bapak salah satu narasumber kegiatan kami:  “Pak, dulu waktu Bapak memutuskan untuk menikah, apa alasan Bapak ?”
 

Saat itu sebenarnya kami tengah berada di salah satu warung kopi di banda aceh serta membicarakan soalan lain.  Si Bapak yang ditanya, meski sedikit terkejut mendengar pertanyaan out of topic itu, segera menjawab, “Terus terang saya ngga tahu, Mas.  Waktu itu saya hanya merasa ngga bisa menjalani hidup ini dengan baik kecuali bila bersamanya.  Kalo seperti itu dibilang cinta, ya mungkin itulah. Kalo yang begitu dibilang karena Allah, ya mudah-mudahan benar begitulah. Setidaknya saya berharap begitulah...”
 

Agaknya belum puas, kawan kami ini bertanya lebih lanjut, “Tapi bagaimana Bapak bisa yakin dialah orangnya ? Bapak kan belum tahu siapa dia betul-betul ?”
 

“Yah, kalo dipikir-pikir Mas ini benar juga,” jawab si Bapak, “Tapi waktu itu saya lihat dia orangnya telaten, sopan sama yang tua, membimbing sama yang muda, serta cukup taat sama perintah agama. Orangnya juga cukup menarik.. Cukuplah itu buat saya. Dan karena saya waktu itu sudah bekerja dan –eh- ada lah dorongan-dorongan yang  mulai agak-agak mengganggu, jadi saya waktu itu berpikir mau tunggu apa lagi?! Jadi saya datang dan minta nasihat Pak Ustadz, lalu Pak Ustadz dan orangtua saya meminta izin pada orangtuanya. Lalu kami menikah. Begitu..”
 

Sang Jomblo-er tertegun, “Begitu saja ? Tapi apa nggak jadi sering bertengkar nantinya Pak ? Kan baik Bapak maupun Istri Bapak belum terlalu kenal ?!”
 

“Wah ngga tahu juga ya Mas, “ jawab si Bapak bingung, “Tapi saya mau protes apa sama Istri saya, lha wong saya sendiri juga ngga kalah banyak kok jelek-jeleknya ?”
 

“Jadi yah kami mencoba saling menerima apa adanya sambil memperbaiki diri sendiri.. Lha wong menikah itu ternyata satu paket Mas, mau bagusnya juga harus mau terima jeleknya. Lagipula saya sendiri juga bukan yang terbaik, kok Mas..” lanjut si Bapak, “Kami cuma bisa berdoa sama Allah, minta supaya pernikahan kami ini penuh barokah, ya buat kami sendiri, buat anak-anak kami, buat semuanya..”
 

Pada saat itu, tiba2 HP seorang kawan berdering, dengan ringtone mp3 lagu ini. Dan entah karena penjelasan Si Bapak, atau entah karena isi teks lagu ini, yang jelas rekan kami jomblo-er itu manggut-manggut. Entah-entah juga apakah itu artinya ia paham atau justru karena semakin bingung dus ragu.
 

Saya sendiri tidak tahu jawaban Si Bapak ini benar atau tidak. Tetapi setidaknya jawaban Beliau membuat saya mencoba menata ulang tujuan pernikahan saya agar lebih barokah. 

Kalau Anda bagaimana ?
 

Salam, Ari Latoeng

 

PS: Btw rekan jombloer kami ini bukan jomblo betulan, melainkan berada dalam hubungan yang kurang jelas :p  Mudah2an dirimu dan siapapun pasangan pilihanmu selalu dirahmati Allah. Amiyn.

Saturday, May 19, 2007

Ketika Cinta Bersembunyi..

Have I told you lately that I love you
Have I told you there’s no one else above you
Fill my heart with gladness
Take away all my sadness
Ease my troubles that’s what you do

For the morning sun in all its glory
Greets the day with hope and comfort too
You fill my life with laughter
And somehow you make it better
Ease my troubles that’s what you do

 

There’s a love that’s divine
And its yours and its mine like the sun
And at the end of the day
We should give thanks and pray
To the one, to the one

Have I told you lately that I love you
Have I told you there’s no one else above you
Fill my heart with gladness
Take away all my sadness
Ease my troubles that’s what you do
….

 

Pernah nggak  Anda merasa bersalah karena ternyata orang yang sangat Anda sayangi merasa tidak yakin Anda mencintai dia atau tidak ? Saya pernah. 

 

Sudah beberapa waktu ini, saya pulang kantor cukup malam, di saat anak-anak kami sudah tidur. Setelah beristiorahat sebentar, maka saya akan mulai bekerja lagi.   Hari itu pun tidak terkecuali. Hari itu, waktu itu, saya tengah bekerja di meja kerja saya di rumah, di dekat TV.   Seperti biasa, waktu itu sudah menjelang tengah malam, persis seperti saat ini, saat saya menuliskan ini. 

 

Tiba-tiba ada derit pintu yang terbuka dan muncullah salah satu putri kami. Setelah menyapa sebentar, ia langsung tiduran di depan TV yang menyala (ini sebetulnya pemborosan sebab sebetulnya saya tidak menontonnya juga).  Dan begitulah ia, si kecil ini, tiduran di depan TV, antara mengantuk dan menonton. Biasanya, saya ngga terlalu protes sebab dalam waktu 10-15 menit juga ia akan segera tertidur pulas dan segera saya mengangkatnya kembali ke kamarnya.

 

Hari itu, setelah lewat 15 menit. Ternyata ia masih memperhatikan acara TV. Wah, untungnya acara di TV sedang bukan yang tidak-tidak. Saat itu tengah acara berita dari sebuah stasiun TV.

Ingin tahu, saya ambil posisi tiduran di sampingnya. Ternyata ia memang tidak langsung sadar bahwa saya ada di sampingnya. Namun, ketika ia sadar, ia hanya melengos pelan, maksud saya menoleh ke saya sebentar lalu kembali memperhatikan TV –yang entah ia paham atau tidak isinya— sambil berkata, “Papa kerjalah..”

Terdiam sebentar, lalu ia menengok lagi, “Papa main komputer lah.. Ngga usah temenin aku lah..”

 

Seketika itu saya tahu saya sudah membuat kesalahan dengan mengabaikan waktu untuk keluarga. Oh memang pekerjaan saya sedang banyak-banyaknya, tapi tetap saja saya merasa salah: sampai-sampai anak ini sudah merasa terbiasa dengan ketidakhadiran saya di sisinya.

 

Saat itu, rasanya seluruh dunia jadi ngga penting lagi.

Saat itu saya Ingin punya waktu yang berkualitas dengan keluarga saya, khususnya si kecil ini.

 

Sebab saya bekerja adalah agar ia bisa menjalani kehidupannya, sekarang dan esok. Bahkan bila saya ada masalah dan down, melihat mereka, saya akan bersemangat kembali. 

Bila  kerja keras saya justru menghancurkan impian itu, lantas apa artinya semua kerja keras itu selain hanya untuk memuaskan ego saya saja ?

 

Duh. Saya salah lagi deh..

 

And have I told you lately that I love you
Have I told you there’s no one else above you
You fill my heart with gladness
Take away my sadness
Ease my troubles that’s what you do

 

Take away all my sadness
Fill my life with gladness
Ease my troubles that’s what you do

Take away all my sadness
Fill my life with gladness
Ease my troubles that’s what you do

 

 

----- ams

 

Lirik lagu Have I Told You Lately diambil dari http://www.lyricsfreak.com/r/rod+stewart/have+i+told+you+lately_20117585.html

Tapi sebenere dibanding Rod Stewart, saya lebih suka versi “Mbah Brewok” Kenny Rogers,  heheh.. lebih suasana ngopi, gitu loh..