Monday, November 27, 2006

Gubuk Maya GusMus

http://www.gusmus.net/
Tentang komunitas mata air:

Menghormati yang tua
Menyayangi yang muda
Mengasihi sesama

Wednesday, November 22, 2006

tentang angkot yang berhenti di tengah jalan


Rabu pagi kemarin, tanggal 20 september, saya berangkat pagi-pagi sekali
dari pamulang -lebih pagi dari biasanya- ke kantor. hari ini saya ingin
lebih pagi di kantor, sebab ada lampiran untuk laporan pajak yang
terselip dan belum ketemu, padahal tanggal 20 itu tanggal laporan
pajak..!


jalur pondok cabe, meski lebih pagi, tetap saja padat meski
belum macet seperti kalo biasanya saya berangkat lebih siang... meski
masih pagi, namun orang-orang pagi itu nampaknya cukup bersemangat..
ehm.. setidaknya nampak dari cara mereka mengemudi yang.. apa ya..
kencang dan "lincah" ;p


sampai suatu ketika, kok ada angkot kosong
berhenti masih agak di tengah jalan.. orang-orang yang sudah
"bersemangat tinggi" tentu ngga mau jalannya dihalangi angkot yang
tidak punya disiplin lalu lintas seperti itu, termasuk saya juga sih
sebenere.. klakson pun riuh membahana seperti perayaaan tahun baru,
dan masih ada pula yang sempat memberikan bonus cacian.. sementara itu
saya lihat sang pengemudi sedikit panik..


lewat beberapa menit, saya mendadak tersadar bahwa di sisi angkot kosong yang berhenti itu tidak ada berdiri calon penumpang !
loh,
jadi angkot itu tadi bukan sedang mau menaikkan penumpang..! bisa jadi
ia.. mogok..di tengah padatnya lalu lintas orang-orang yang
terburu-buru berangkat ke tujuannya..


saya kok.. tiba-tiba.. merasa bersalah. kalo saja saya mau
bersabar sejenak, mungkin saya akan sempat melihat masalah sebenarnya..
dan reaksi saya ketika itu --karena tahu ia sedang punya masalah--
kemungkinan besar tidak akan marah-marah sehingga memberi "sedekah"
klakson.. tetapi karena saya sedang terburu-buru, saya melihat masalah
ini hanya dari sisi saya: bahwa angkot ini menghalangi jalan saya..
begitu saja..


hmm.. jangan2 begitulah semua "perselisihan" dalam hidup kita
terjadi: karena kita ngga punya waktu untuk melihat masalah dari sisi
orang lain..?

alamak.. mudah2an saya belum dihitung berbuat dzalim..

mohon ampun duh Gusti Allah..

Pamulang, 21 September 2006



Ujian atau musibah, keduanya, atau bukan keduanya, siapa yang tahu ?

Pada pelaksanaan shalat jumat di masjid belakang
gedung kantor kami tadi siang (24/03/06), Al Khatib berbicara mengenai masalah
hidup. Masalah hidup memang banyak banget. Tapi justru dari sini kita diuji
apakah kita memang bernilai di mata Allah atau ternyata cuma sampah.. Jika
Allah menyayangi ummat-Nya, maka ia akan memberikan mereka ujian.. Lalu khotbah
mulai membahas tentang "sabar" dst dst



Selesai shalat, sambil menunggu makan siang disiapkan di kantin, rekan saya
berkomentar agak panjang.



Si X : Beberapa waktu yang lalu, saya punya kebutuhan mendadak diluar
rencana. Ibu mendadak sakit sementara adik ipar perlu membayar uang kuliah
sementara mertua juga pas sedang tidak punya uang. Jumlah uang yang dibutuhkan
banyak.   Karena kami lah yang kebetulan ada uang --meski sebetulnya
sudah dianggarkan keperluannya-- ya kami bantu dulu. Kami sesuaikan saja
pengeluaran-pengeluaran lain terpaksa disesuaikan. Tapi itu pun ternyata masih
kurang, sehingga ada sebuah tagihan yang terpaksa tidak dibayar dulu.

Saya : Itu sebabnya ada petugas penagihan ke kantor beberapa hari yang
lalu ?

(Sebutlah Pak Petugas Penagihan itu namanya Pak Y)



Si X: Iya. Memalukan memang, tapi mau gimana lagi..Yah akhirnya dengan
pinjam uang sana sini akhirnya bisa juga kubayar tagihan itu..

Lalu Si X berkata lagi : Di situlah, kata-kata Khatib tadi tiba-tiba membuka
mata saya, asal saya tabah dan sabar, maka insya Allah saya dianggap lulus dari
ujian-Nya, kan ?!

Saya : Kalo itu ujian.. Nah kalo itu musibah ?! (saya menggodanya)



Si X : Memang itu juga sedikit masalah, saya ngga pernah tau ini ujian
apa musibah, atau malah bukan dua-duanya..

Saya : Bukan dua-duanya ?!



Si X : Iya. Saya cuma membuka kemungkinan: bisa jadi saya cuma bagian
dari rencana-Nya yang besar, saya ngga pernah tahu.

Saya : Maksudnya ?



Si X : Pernah ngga kepikiran begini: bisa jadi semua ini cuma
pelaksanaan rencana Allah agar Pak Y kemarin dapat rezeki.. ?!

Saya : Jadi ini bukan ujian atau musibah buat kamu, tapi hanya sebagai
jalan buat Pak Y kemarin dapat rejeki ?!



Si X : Atau bisa jadi, semuanya terjadi sekaligus.. Maksudku, entah ini
ujian atau musibah buat saya, juga sekaligus jalan buat Pak Y untuk mendapatkan
rezeki

Saya:
??



Rekan saya ini lalu menutupkan mata, masih tersenyum senang, dan berujar lirih,
"Atas apapun yang sudah dan akan terjadi Ya Allah, terima kasih sudah
melibatkan saya dalam rencana-Mu yang indah.."



Dan ia masih seperti itu, menutup mata dan tersenyum, sampai makanan kami
datang..

Dia memang sudah jelas tidak akan keras-keras mengucapkan kata-kata begitu
(daripada dianggap aneh !)

Tapi saya lihat dia tulus sekali mengucapkan itu. Saya sampai iri.. (kok saya
ngga bisa kayak gitu ya?)



Saya jadi berpikir-pikir, mungkin kawan saya benar juga ya.. mungkin hidup itu
seperti itu.. satu sama lain saling kait mengkait.. Dalam pekerjaan kami,
misalnya.. Ketika kami menang tender, ada pihak yang kalah tender.. mungkin
juga ngga mampu bayar tagihan kayak kawan saya minggu lalu.. Memang itu bisa
jadi ujian buat dia, tapi mungkin itu juga "jalan" buat orang lain
untuk beramal baik, misalnya saja dengan menghibur yang kalah ini.. atau memacu
semangat yang kalah untuk lebih baik, supaya pada giliran berikut jadi
pemenang..

Siapa tahu saja memang begitu..  Entahlah..

Saya ini ternyata ngga tau apa-apa..  Mungkin saya salah, kali ya ?

Tapi saya masih saja terpesona dengan kawan saya yang hubungannya dengan Allah
SWT nampak begitu "khusus" sekali..

Sekali lagi: saya sampai iri..



Pamulang, 24 Maret 2006



Juga Madrasah Cinta


Saya pernah mengenal sebuah keluarga yang
hidupnya pas-pasan.. Oh bukan pas butuh pas ada duit.. tapi betul-betul pas di
garis kemiskinan.. Tidak cukup miskin untuk dikasihani, tapi juga tidak cukup
kaya untuk bisa membeli sedikit kemewahan..



Suatu saat, karena satu dan lain hal, uang mereka tinggal Rp8.000,- di tanggal
24.. masih ada 3 hari lagi sebelum gajian.. Tapi yang membuat miris adalah
mereka kehabisan susu anak satu-satunya, padahal anak ini boleh dibilang ngga
suka ASI.. O iya, mereka hampir kehabisan beras dan minyak tanah..



Akhirnya, mereka menjual semua koran bekas yang ada di rumahnya, dan
sebuah kipas angin rusak, dan mendapatkan harga yang cukup untuk satu box SGM
yang 150g. Yah, disiasati takarannya agar bisa cukup untuk 3 hari. Sambil
sedikit memaksa anak untuk ASI bila memungkinkan..

Orangtuanya ? Oh mereka lebih memilih berpuasa.. Bersahur tiap hari hanya
dengan sebungkus mie.. dan berbuka dengan air putih..

Yah, orang boleh menyebut religius, boleh menyebut memanfaatkan situasi.. tapi
kalo saya sih bilangnya menyedihkan..

O ya, uang 8.000 itu dibelikan 3 bungkus indomie, beras sedikit, dan
minyak tanah.. (harga tahun 2003, tapi ya tetep aja sedikit dapetnya)



----

Kisah ini dituturkan langsung oleh yang bersangkutan untuk saya, pada saat tiba giliran saya yang mengeluh hidup kok
rumit sih..

Dan kalo denger ceritanya, ternyata apa yang rumit buat saya itu ngga ada
seujung kukunya masalah dia.. jadi pengen malu..

(Dan saya tahu masih buaaaanyak lagi di negeri ini yang lebih susah dari ini)



Tapi bukan soal kesulitan hidup itu yang mau saya ceritakan.. Tapi betapa
orangtua rela sengsara demi anaknya.. Biar orangtua ngga usah makan asal
anaknya bisa makan..



Tulisan Mas Bayu Gawtama yang ini, membuat saya inget lagi sama pasangan yang di atas tadi..


Ironis, karena saya masih selalu lupa bersyukur sama Allah, bahwa dia sudah
begitu baik sama saya.. Yah, mudah2an dengan baca ini lagi, mulai sore ini,
saya ngga lupa lagi..




Pamulang, 14 Maret 2006

livingschool_community

http://groups.yahoo.com/group/livingschool_community/
"Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru". LivingSchool Community adalah komunitas orang-orang yang mau belajar dan mengambil hikmah dari setiap perjalanan kehidupan yang dilaluinya, kumpulan orang-orang yang senantiasa belajar dari semua orang yang ditemuinya, belajar dari setiap kejadian yang berlangsung di muka bumi, setiap jam, menit dan detik.

Tak belajar berarti sombong, tak belajar juga berarti bodoh, pada masanya orang-orang yang tak pernah belajar merekalah orang-orang kalah.

Jika Anda termasuk para pemelajar, mari bergabung di komunitas ini. Dan jadikan komunitas ini sebagai salah satu sekolah kita.

Terima kasih

AhliKeuangan-Indonesia

http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/
Selamat Datang di Milis Financier atau Ahli Keuangan di Indonesia or overseas.

Milis ini terbuka untuk profesi akuntansi, keuangan, perbankan, economics secara umum dan mahasiswa/i sebagai forum.

Perspektif Online - Wimar Witoelar

http://perspektif.net/
Welcome to Perspektif Online

We are back on TV in current style, we are on radio, newspapers, magazines, and we are stronger than ever online; sharing extraordinary viewpoints of ordinary people.

Tuesday, November 21, 2006

K U D E T A

menarik. dari bloknya godonk..

Link

Suara Belakangan

http://wzapsheque.blogspot.com/
Suara yang muncul belakangan. Dari orang terbelakang. Berbunyi membelakangi nalar. Yang tak pernah didengar. Samar-samar. Lamat-lamat. Lama-lama hilang...ilang...lang...ang...ng...

Friday, November 17, 2006

M. Huda: Jihad Melawan Kemiskinan

Ini adalah tulisan M. Huda di Mediacare.

Eh, terlepas dari perluasan makna hadits  (dengan membuat hadits baru ;p you know what I mean lah):  "Sesungguhnya jihad melawan kemiskinan dan kebodohan hadiahnya adalah surga dengan 72 bidadari perawan!!!" 
secara garis besar saya setuju dengan tulisan ini. Sebab masalah utama di Indonesia adalah kemiskinan, maka kita perangi kemiskinan.


--- "M. Huda" <huda_ya@...> wrote:

Jihad Melawan Kemiskinan

Saya memiliki seorang teman wanita yang sangat cantik, cerdas dan penuh keperdulian. Dia memakai gelang putih gading dan di situ tertulis, "Make proverty history". Saya menyukai tulisan itu dan membuat saya berpikir tentang sesuatu.
 
Yep, jika musuh besar amerika adalah teroris, musuh besar indonesia adalah kemiskinan. Lebih dari 60% manusia di bumi hidup dalam kemiskinan dan kebodohan, Indonesia menyumbang sedikitnya sekitar 50% kemiskinan dunia, sisanya tersebar di Afrika, Timur Tengah (bukan negara-negara GCC tentu), Asia dan Eropa Timur. Ini adalah momok sesungguhnya dari bangsa ini yang tanah dan lautnya kaya raya.
Jika boleh mengeluarkan hadits, ini dia hadits yang benarnya, "Sesungguhnya jihad melawan kemiskinan dan kebodohan hadiahnya adalah surga dengan 72 bidadari perawan!!!"
 
Ada orang bijak berkata, "untuk mengalahkan musuhmu, kau harus mengenalnya terlebih dahulu". Musuh utama kita adalah kemiskinan karenanya kita harus mengenal dan mempelajari lebih dahulu aspek-aspek dan hal-hal tentang kemiskinan, sehingga kita bisa memusnahkannya dari muka bumi ini, setidaknya dari Indonesia.
 
Kemiskinan dan salah satu solusinya.
 
Ada 2 jenis kemiskinan: 1. kemiskinan natural dan 2. kemiskinan struktural.
 
Kemiskinan natural disebabkan oleh kurang atau sedikitnya resource di alam, kemiskinan seperti ini umumnya ditemukan di Afrika, sedangkan kemiskinan struktural lebih disebabkan karena kesalahan faktor manusia yang memiliki akses ke sumber daya, baik dalam hal produksi, jalur distribusi, manajemen pemeliharaan maupun pemerataan. Kemiskinan struktural dapat ditemukan di Indonesia, di mana alamnya kaya raya dan memiliki cukup sumber daya untuk seluruh populasi, tapi kemiskinan menyebar di mana-mana. Kelompok manusia yang paling memiliki akses ke sumber daya alam tentu saja pemerintah, sehingga kemiskinan struktural sebagian besar disebabkan karena kesalahan pemerintah yang kurang mampu dalam melakukan manajemen sumber daya. Di Indonesia budaya dan perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi penyebab utama rusaknya perekonomian negara yang melahirkan banyak sekali kemiskinan.
 
Kemiskinan bagaimanapun akan kembali melahirkan kemiskinan. Hal ini dapat kita temukan pada orang-orang di pemerintahan Indonesia yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin yang kembali menyebabkan kemiskinan pada masyarakat yang dipimpinnya. Jika kita melakukan penelitian ke tempat-tempat yang dipenuhi kemiskinan, maka kita akan menemukan umumnya kemiskinan membentuk karakter buruk pada masyarakat. Kemiskinan membentuk hal-hal buruk di bawah ini pada manusia:
 
1. Suka memelas
2. Licik
3. Pelit dan tamak
4. Penuh Dendam kemiskinan
5. Kehilangan idealisme
6. Penuh rasa iri hati
7. Kurang jujur
8. Tidak patuh peraturan
 
dan lain sebagainya.
 
Hal-hal tersebut dapat ditemukan pada orang-orang di pemerintahan Indonesia yang umumnya "mantan" orang miskin. Walau mantan, sifat-sifat orang miskin masih ada di orang-orang pemerintahan kita. Kita bisa melihat bahwa mereka:
 
- Dipenuhi dendam kemiskinan : ingin selalu membeli benda-benda, karena dia terbiasa sejak kecil untuk menahan keinginan memiliki benda-benda dan keinginan tertahan ini dilampiaskan ketika menjadi pejabat. Mungkin dulunya ketika masih kecil, bahkan untuk membeli mainan mobil-mobilan saja tidak bisa, akhirnya ketika menjadi pejabat, dia membeli banyak sekali mobil pribadi, bahkan cara apapun dia lakukan untuk dapat membeli mobil pribadi. Inilah dendam kemiskinan. Orang miskin memang dipenuhi dendam kemiskinan.
 
- Licik : karena dulunya miskin, dia terbiasa tersudut untuk tidak ada pilihan lain kecuali berbuat curang untuk hidup. Sejak kecil dia terpaksa harus berbohong, mencontek, licik, dll. Mungkin dulu salah satu pejabat kita pernah ketiduran ketika mengangon kambing dan kambingnya jatuh ke jurang. Karena takut dipukul majikannya, maka dia mencari jalan untuk berbohong dan selamat. Kemiskinan memang melahirkan orang-orang curang dan licik.
 
- Tidak punya idealisme : tidak ada pikiran atau jiwa untuk memajukan bangsa dan tanah air,  hidup demi negara, agama atau Tuhan, dll, yang ada di otaknya hanya uang uang dan uang. Ini disebabkan hidupnya yang miskin membuatnya terlalu sibuk untuk menumbuhkan idealisme. Kemiskinan dan penderitaan telah membunuh idealismenya. Mereka lebih buruk dari teroris.
 
- Suka memelas : ketika pejabat kita kena tuduhan korupsi, maka umumnya mereka akan langsung memelas dan berpura-pura tertindas. Hal ini memang kebiasaan orang miskin yang sulit dihilangkan, memelas dan suka membuat kesan dirinya menjadi orang tertindas. Ini dilakukan agar orang menjadi simpati dan memang orang lemah dan tertindas selalu terlihat baik walau sebenarnya jahat sekalipun. Sifat suka memelas ini tumbuh di antara orang-orang miskin. Sifat memelas orang miskin inipun tampak sekali di pejabat-pejabat pemerintahan kita.
 
- Tidak mematuhi peraturan dan hukum : kemiskinan telah memenjarakan dan tidak memberikannya kebebasan seumur hidupnya, sehingga ketika dia diberikan peraturan dan hukum, dia cenderung akan melanggarnya. Itulah sifat orang miskin yang selalu terkekang oleh kemiskinannya, sehingga hukum dan peraturan akan dilihatnya sebagai bentuk kekangan yang semakin bertambah, bukan sebagai perjanjian yang dibuat untuk kebaikan bersama.
 
- dan  masih banyak sifat orang miskin dari para pejabat pemerintahan di Indonesia.
 
Walau tidak semua mantan orang miskin berperilaku demikian, tapi jika kita perhatikan lebih lanjut, maka mayoritas orang miskin atau mantan orang miskin adalah seperti itu. Ini memang bentukan kemiskinan. Kemiskinan memang telah melahirkan hal-hal buruk lainnya, bukan hanya sekedar melahirkan penderitaan dan kesulitan hidup secara pribadi. Pada kenyataannya kemiskinan itu menular.
 
Karenanya, selain dengan cara-cara yang telah dilakukan selama ini seperti membangun ekonomi kerakyatan, memberantas KKN, dan lain sebagainya, salah satu cara lain untuk memberantas kemiskinan adalah melarang mantan orang-orang miskin untuk duduk di kursi pemerintahan. Jika kita melihat tampang orang miskin mencalonkan diri untuk menjadi presiden atau menjadi pemimpin partai, maka janganlah kita
memilihnya, jika kita memilihnya maka kita melakukan kesalahan besar. Kita bisa melihat betapa banyak pejabat kita yang terdiri dari mantan orang miskin yang dulunya hidup susah, dari wajahnya saja sudah kelihatan tampang kemiskinannya. Itu sebabnya pemerintah kita rusak dan bangsa Indonesia menjadi semakin miskin karena mantan orang-orang miskin yang duduk di kursi pemerintahan.
 
Akan lebih baik jika orang-orang di pemerintahan berasal dari keluarga menengah dan terpelajar serta dari keluarga multikultur (campuran), ada banyak alasan untuk itu. Bagaimanapun, ini akan sangat buruk memiliki orang-orang pemerintah yang berasal dari mantan orang-orang miskin bertampang miskin. Kemiskinan adalah musuh utama kita, dan mantan orang-orang miskin di pemerintahan kitalah yang telah menyebabkannya. Ingat, kemiskinan itu menular.
 
Karenanya, saya harap kita tidak membiarkan orang miskin dan mantan orang miskin di pemerintahan. Saya yakin dan memiliki perasaan kuat bahwa itu adalah salah satu cara yang ampuh untuk menghapus kemiskinan dari negara ini. Insya Allah, tidak ada lagi mantan orang miskin duduk di kursi pemerintahan.
 
Hapuskan kemiskinan dari bangsa ini, jadikan itu hanya ada di buku sejarah dan mimpi buruk yang telah lewat.

Tuesday, November 14, 2006

SCHOOL of LIFE, for a better life

http://schooloflife.multiply.com/
Selamat datang di gerbang School of Life, sekolah bagi para pembelajar kehidupan yang senantiasa berupaya memperbaiki diri bagi kehidupan yang lebih baik di hari esok. Life Sharing, metode yang digunakan dalam School of Life, agar masing-masing anggota mendapatkan hikmah dari anggota yang lain, sebab sesuai motto School of Life, "Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru".

Cerita Pendek Online

http://cerpenonline.multiply.com/
Selamat datang di Cerpen Online, silahkan menyalurkan bakat menulis anda, bisa berupa cerpen, cerber, puisi dll.

Toha Monolog

cerita ini juga bisa dilihat di http://cerpenonline.multiply.com/journal/item/60



Toha membanting kalender saku di
tangannya. Lebih tepatnya: melepaskan genggaman jemarinya.



Ini hari Rabu, tanggal 26  Januari 2005.



Masih tanggal Dua puluh Enam..



Baru nanti,  tanggal 1 Februari ia akan menerima bayaran
gajinya yang tak seberapa. Dan itu artinya pada hari Selasa minggu depan.. Masih
enam hari lagi. Maaf, koreksi: tujuh hari, karena hari ini toh belum berakhir..



 



Ia mencoba memantikkan api dengan
geretan kayunya. Gagal.



Dicobanya lagi.



Masih gagal.



Sial ! Anginnya terlalu kencang !



Toha memasukkan rokok –batangan
terakhir miliknya-- yang tadi sudah menempel di bibir ke saku kemeja lusuhnya.



 



Ia menghela napas panjang. Masih
berdiri di halte bis itu.



Uangku tinggal sebelas ribu.



Enam hari lagi.. Lima hari kerja.



Lagi-lagi ia menghela napas.



Kalau pulang pergi dua ribu.. Yah.. alhamdulilLah masih ada
sisa dapat lah dua batang rokok.. Tiga batang lah, kalo pake nego..



Tersenyum kecil ia memikirkan
lawakannya sendiri.



Lalu ia menghela napas panjang
(lagi) sambil mencoba duduk di trotoar jalan itu, memperhatikan mobil dan orang
lalu lalang di depan wajahnya.  Masygul,
dilihatnya beberapa ibu menenteng kantung asoy belanjaan dari minimarket yang
tidak jauh dari tempatnya duduk.



Ia jadi ingat istrinya di rumah.



Kalau tidak salah, uang yang ada di Marni tinggal dua puluh
ribu lebih sedikit.



Ia menghembuskan napas panjang.



Lalu tiba-tiba ia menyeka keringat
yang tak sengaja masuk ke mulutnya.



Masih enam hari ke depan dan hanya
dua puluh ribu. Artinya sekitar tiga ribu sehari buat makan.



Apa yang masih ada di rumah ya?



Beras? AlhamduliLlah cukup.



Minyak goreng? Ah itu Marni yang lebih tahu bagaimana
memanfaatkan setengah liter lebih sedikit untuk enam hari.



Minyak tanah? Alamak.. Cukup tidak ya ?



Aduh !



Toha menepuk keningnya sendiri.
Lumayan keras.



Taruhlah tidak cukup.  Lalu tinggal dua ribu buat makan sehari. Kalau
hanya aku dan Marni, aku yakin cukup.. toh aku makan siang jatah pabrik.. Tapi,
bagaimana dengan Anisa ?



Kembali Toha menghela napas panjang.
Teringat dia akan putrinya semata wayang yang baru berusia delapan bulan.



Karena ASI Ibunya sedikit, maka
Anisa harus diberi tambahan susu. Dan itu cukup berat untuk satpam pabrik
bergaji 600 ribu sebulan.



Ngebon lagi nih kayaknya.



Untung juga ada Koperasi Karyawan..



Yah..kalo begitu kayaknya aman nih..



 



Lalu ia nyengir sendiri membayangkan
minggu depan gajian. Enam ratus ribu,
Coy !!



Potong hutang, susu anak dan rokok, masih
sisa sekitar limaratus ribu dah..



Lalu potong sewa rumah petak seratus
lima puluh ribu.



Masih ada tiga ratus lima puluh ribu.



Belanja, target lima puluh ribu per minggu.. Itu sudah buat
makan sama buat perlengkapannya..bumbu, minyak, beras, sumbu kompor –siapa tau butuh—lalu
sabun, odol, dan lain-lain.. termasuk lilin buat kalo mati lampu.. sama obat
nyamuk.. sama beli obat kalo sakit..sama..ehm..kadang-kadang sih..buat beli
kondom di minimarket depan gang, biar orang lihat dan dibilang gaul dikit.. ihik..



Lalu ia nyengir sendiri.



Hehehe, lupa..biasanya juga kudu nambah limapuluh ribu
lagi..Mana cukup lima puluh ribu buat semua gituan, hehehe? Sedang yang sisa
seminggu ini aja, dari yang harusnya lima puluh ribu nyatanya adanya cuman dua
puluh ribu..



Hehehe..bulan depan bulan pendek..Kalau hanya empat minggu
ditambah lima puluh ribu lagi, masih ada sisa seratus  ribu tuh kayaknya.. Ada hari raya, tapi kan
kalo hari raya yang ini kan ngga pake beli-beli apa-apa..



Seratus ribu..



Lagi-lagi, Toha menghela napas.



Lima puluh ribu jatah preman buat gue dong.. Lha kan gue
juga butuh ongkos sama rokok juga, iyak !?



Yang lima puluh ribu lagi ?! Buat bayar siskamling, listrik,
kebersihan, air..



Eh, itu cukup ngga ya ?



Wah, kalo gitu jatah preman tiga puluh ribu ajah deh.. biar
cukup !



 



Lalu Toha kembali menghela napas.



Kalo ngga salah, udah tiga bulan ini Marni ngga pernah pake
bedak.



Malah si kecil Anisa yang  pake.



Toha meringis kecil.



Marni kecewa nggak ya?



Perasaan kok gue ngga pernah bikin dia seneng ya?



Dia bahagia kagak sih kawin ama gue?



Toha menarik napas panjang



Terakhir aku bisa beliin dia baju, lima bulan yang lalu. Itu
juga long-dress sepuluh ribuan di emper tanah abang..



Mata Toha menerawang jauh.



Kapan ya, gue bisa lihat dia tersenyum bahagia?



Marni..



 



Toha ingat dia mengenal Marni
sewaktu ia masih jadi kernet metro.



Kebetulan mereka tinggal di daerah
yang sama. Satu RW lah..



Marni seorang buruh pabrik, tidak
jauh dari rumah.. hanya satu kali naik metro.. Dan dari metro itu pula Toha dan
Marni berkenalan dan semakin akrab..apalagi ternyata tetanggaan..



Toha sendiri penghasilannya waktu
itu dua atau tiga ratus ribu sebulan. Tergantung banyak tidaknya penumpang
lah..



Tapi waktu itu dia nekat mendekati
Marni. Eh ternyata bersambut. Dan menikahlah mereka.



AlhamduliLlah, mereka cepat dikaruniai momongan. Akhir bulan ke-8 hamil,
Marni terpaksa cuti hamil dan ternyataa.. keuangan segera jadi masalah utama.
Maka Marni bicara dengan beberapa atasannya, sehingga Toha bisa jadi satpam di
pabrik tempat Marni kerja. Sayangnyaa, karena di pabrik itu tidak boleh ada dua
orang karyawan yang menikah, maka salah satu harus keluar.. Marni memilih mengalah,
dia yang keluar.  Toh dia memang belum
bisa bekerja setidaknya sampai sekitar 3 bulan ke depan. Toh sekarang Toha
kerjanya pasti, pasti waktunya, pasti gajinya,maupun pasti dapat pensiunnya.. dan
yang pasti gaji Toha jadi berlipat, bahkan melebihi gaji Marni dan Toha bila
mereka tetap pada pekerjaan lama masing-masing, masih dapat penggantian biaya
kesehatan pula..



Marni seperti itu lantas bukannya tidak
ingin bekerja. Setelah melahirkan,  Marni
juga bikin kue-kue kecil dan berkeliling, tepatnya sih mangkal di tempat-tempat
tertentu. Tapi suatu ketika, dagangan Marni diambil paksa petugas tramtib
dengan dalih penertiban.



Toha meringis.  



Seandainya kami punya uang, kami pasti akan berjualan di
tempat resmi. Tapi yah.. mau bagaimana lagi, sanggupnya hanya itu.. Itu aja
diambil petugas.. padahal sebagai pedagang kecil, seluruh dagangan Marni adalah
modal untuk dagang esok harinya..



Sejak itu, Marni sudah kapok
berjualan.. Itu katanya, tapi Toha tahu Marni hanya ngga mau Toha berhutang
lagi untuk modal.. Toha tahu istrinya menyisihkan beberapa ribu tiap bulan di
celengan kecil yang disimpan disudut dapur, untuk modal jualan lagi.. suatu
saat..



 



Ah, Marni.



Toha tersenyum.



Tiba-tiba ia ingin segera pulang.



Tiba-tiba ia ingin memberikan Marni
sesuatu.



Dia tidak terlalu peduli lagi dengan
ongkos pulang perginya yang masih 5 hari kerja.. toh ia masih punya banyak
kawan di metro..



Toha tahu. Ia akan membelikan Marni
sesuatu.



Lalu langkah kakinya membawanya
menembus kerumunan orang yang sedang menunggu bis menuju ke toko kecil yang
menjual perhiasan mainan.. Ia akan membelikan istrinya anting-anting yang
sekilas nampak seperti perak dengan harga yang hanya 8.000-an..



Aku kan masih punya sebelas ribu. Cukuplah.. masih ada sisanya sedikit..



Tersenyum Toha menimang benda itu,
membayangkan rasa senang istrinya nanti. Lalu Toha segera tersadar  dan segera meraih dompetnya..



Tapii..



Astagaa..!!



Dompetku mana ?!



Dompetnya hilang...



Alamak..!!



Toha tiba-tiba pusing.



Hilang sudah bayangan wajah gembira
istrinya.



Pusing sudah ia membayangkan setiap
kali naik metro harus bilang numpang..



Pusing ia memikirkan masih tujuh
hari lagi sebelum ia gajian..



Mendadak Toha pucat pasi.



Apa kata Marni nanti ?!



.....



 



 



Epilog Tidak
Monolog



 



Marni membelai pipi suaminya mesra.



“Abang yang sabar, yah ? Insya Allah
ini semua hanya ujian dari Allah, untuk menguji iman kita..”



Toha tersenyum. Istrinya benar.
Apakah ini hanya kalimat hiburan atau benar-benar keluar dari lubuk hati, tapi
kalimat itu benar adanya.



Toha hanya berharap, agar mereka
diberi anugerah untuk tetap dapat bersyukur, dalam kondisi bagaimanapun..



Harapan dan Iman, yah.. itulah harta
mereka yang paling berharga..



 



Kalau Anda, bagaimana ?



 



 



Kampung Opas,
Pangkalpinang



Bumi Serumpun
Sebalai



26.01.05