Wednesday, October 30, 2013

Melupakan..

忘記 她 等於忘掉了一切
等於將方和向拋掉
遺失了自己

http://www.youtube.com/watch?v=OcqNr_a8IPE

Iya ini lagu lawas. In Cantonese, pulak nya..
Judul lagunya dalam cantonese; Mong Gei Ta, atau Wàngjì Tā dalam mandarin, atau Forget Him dalam bahasa inggris.
Tapi liriknya itulah yang mau ane komentarin.. Etepatnya sik bukan dikomentarin, tapi mau disangkutpautkan dengan sebuah situasi seorang kawan, tentang melupakan ^ ^

Dan secara ane cowok, "him" (他) ane ganti "her" (她). Bunyinya sih masih sama-sama aja: Tā ^ ^
Namun, secara penyanyi (jadul) nya cewek semua, aslinya mah "him"

Nach,
mari kita sangkutpautkan isi lirik itu dengan "melupakan"

Biasanya nih ya, pengalaman pribadi dan pengalaman orang:  Bila kita sengaja menghindar memaksa diri melupakan seseorang ituh, biasanya sik yang ada malah enggak bisa lupa.
OK, mungkin memang tidak pernah disinggung-singgung lagi, tidak pernah dibicarakan lagi.. Tetapi sebenere kan masih di situ, masih ada di dasar hati dan memori..
Persis kayak orang benci, yang ada malah dipikiriin terus setiap saat, setiap hari..

Keknyah cara terbaik memang ngga usah dilupakan, biarkan saja itu memperkaya pengalaman kita. Syukur-syukur jadi pengalaman indah yang layak dikenangkan..
Kadang-kadang, kalo ane sik, pengalaman pahit pun, nun suatu ketika beberapa waktu kemudian, menjadi kenangan yang penuh hikmah dan ternyata ada hikmahnya.. Bahkan suatu saat, bisa jadi, orang atau sesuatu yang kita lupakan itu bisa ketemu lagi dan/atau dibicarakan kemudian sambil ketawa ketiwi dan <del datetime="2013-10-30T08:11:37+00:00">makin disesali</del> disyukuri...

Jadi, IMSO ( in my sotoy opinion), kalo mau move on itu ngga usah dipaksa sampe segitunya, kalee
Niatnya oke kudu kuat, tapi caranya tidak perlu dengan pemaksaan.

Bukan begitu, Teman ?

Tabik,
Ari AMS

PS:
1) lirik lagunya udah ada di link youtube di atas, kalo penasaran isinya apa silakan diklik dan atau didengarkan. lagunya sendiri sih enak enak aja kok..
2) berasa ngga sik sebenere lirik teks itu ngga terlalu nyambung dengan apa yang ane tulis ? berasa yah ? heheh.. samma doong #ups

Tuesday, October 29, 2013

Terima kasih


Terima kasih TUHAN
Hari ini saya belajar bagaimana rasanya dipermalukan..
Hari ini saya merasakan bagaimana rasanya dihinakan dan diabaikan/dihindari

Karena itu saya berjanji tidak akan mempermalukan, menghina, dan atau mengabaikan seseorang
Karena apa yang kecil bagi saya, bisa jadi besar buat orang lain

Tuesday, October 8, 2013

Orang Orang Kaya Yang Terpinggirkan

Hari  ini, karena 3 tugas yang berbeda, saya  harus meeting marathon di Pangkalpinang - Bandara Soetta Kab. Tangerang, dan akhirnya tiba malam ini di Solo (meeting nya sih besok pagi).

Malam ini, di mulut orong pinggir jalan Jalan Slamet Riyadi, saya menyaksikan betapa kayanya seorang Ibu Warung pinggir jalan. Oke, kejadiannya memang tidak luar biasa.. namun pesan yang saya tangkap luar biasa:

Jam 20.30 WIB tadi, duduk di depan warung yang saya maksud tadi seorang Ibu tua yang (maaf) cacat tangannya. Sementara itu, si Ibu Warung ingin lekas pulang, padahal sepertinya dagangannya masih cukup banyak tersisa.
Lalu ibu itu saya lihat menuang sop ( atau soto ? ) dari panci besar ke sebuah mangkuk kaleng.
Ibu Warung ( IW ): Ibu sudah makan ? Ibu mau sop ?
Ibu Tua ( IT ): *berpikir sejenak* Tapi saya ngga sanggup beli..
IW : Oh ini ngga beli kok Bu..Saya hanya ingin memberikan ini buat anak-anaknya Ibu..
Maka terjadilah mangkuk kaleng itu berpindah tangan.
Setelah berterima kasih, Ibu Tua itu pun pulang.

PS: Saya ngga tau apa yang terjadi setelah itu dengan mangkuk kalengnya :p  Tapi melihat kejadiannya, simpulan saya si Ibu Tua itu warga yang tinggal di sekitar situ,  bukan orang mampu, punya anak masih kecil-kecil, dan mungkin mereka malam ini belum makan..

Kejadian ini mungkin biasa buat Anda. Amalnya  mungkin ngga ada artinya dibandingkan apa yang biasa Anda lakukan..
Tetapi coba lihat lagi deh.. si Ibu Warung ini jelas bukan orang kaya, setidaknya tidak sekaya saya dan Anda, namun ia masih bisa care dengan tetangganya, dan tidak berat sama sekali berbagi dengan mereka..

Saat itu juga mendadak saya merasa miskiiiin sekali.
Saat itu juga saya merasa Ibu Warung ini kaya sekali. Hanya saja mereka bukan kaya secara materi. Hanya saja orang-orang kaya seperti ini sering luput diberitakan, terabaikan, dan mungkin ngga akan pernah masuk di cover majalah tentang bisnis dan dunia usaha..
Karena itu saya merasa terpanggil untuk memberitakan. Saya merasa terpanggil untuk bersaksi bahwa Ibu Warung ini sungguh orang kaya dan orang baik.

BarakALLAHu, ya Ibu.. Semoga TUHAN senantiasa memberkati..

Dan akhirnya ternyata benarlah kata kawan saya, akun twitter @deni_rt.
Di Path-nya dia berkata: Kasihan. Beberapa orang sungguh begitu miskin; yang mereka punya hanya uang < ini aslinya berbahasa Inggris, sih..

Makasih Bro, gw sekarang bener bener jadi ngerasa fakir miskin *nunduktersipumalu*
Makasih atas pelajarannya, Bu Warung.. Saya bisa ada di situ, menyaksikan semua itu, insyaa Allah bukan kebetulan. Saya pasti sedang di-slenthik Gusti Allah: Amal mu ki opo wae, tah Le..?!

PS lagih: Saya ketinggalan momen pas beralih tangan. Ini udah semenit kemudian.
                   Foto dicolong diam-diam pake sabak elektronik-nya galaksi

Sunday, September 29, 2013

Bayu Gawtama: (Mungkin Ada) Surga di Secangkir Kopi

Saya ingat kedua kakek saya, dari jalur Bapak maupun Ibu, selalu mewanti2 kami untuk berhati-hati dengan ucapan dan tindakan.
Hal itu dilakukan dengan menanamkan konsep "hukum sebab akibat" 
Tapii... Setelah dipikir-pikir kemari,  sepertinya "judul"-nya mungkin lebih cocok dengan apa yang sekarang sering disebut2 sebagai "vibrasi"

Konsepnya begini, seingat saya lho-ya
Setiap perbuatan/ucapan kita selalu diiringi dengan "semangat" atau "hawa" tertentu yang menular..  Ambil contoh tertawa senang atau menangis sedih, kita bisa merasakan itu dari orang lain, bukan?
Ketika orang lain "tertular" oleh vibrasi semangat itu, ia memancarkan kembali semangat atau hawa itu kepada orang lainnya lagi termasuk (kembali kepada) kita.

Mungkin itu sebabnya kebanyakan perbuatan baik kembali sebagai hal baik dalam hidup kita  --dan sebaliknya untuk perbuatan kurang baik :( 
Itu mungkin juga sebabnya masakan seseorang dengan orang lainnya bisa terasa berbeda, padahal takaran dan bumbu yang digunakan sama. Semangat atau rasa cinta-nya yang membuatnya berbeda :D

Di bawah ini kembali hadir tulisan mas Gaw Bayu Gawtama tentang itu. 

Selamat menikmati tulisan renyah di bawah itu. Mohon maaf pengantarnya rada-rada bantet, adonannya kurang "jadi" nih :(

Dan selamat hari kopi sedunia ^ ^
 -AMS-


link terkait: https://www.facebook.com/notes/gaw-bayu-gawtama/mungkin-ada-surga-di-secangkir-kopi/10151713022462956

Bayu Gawtama: (Mungkin Ada) Surga di Secangkir Kopi
29 September 2013 at 12:01

Kopinya biasa, sama dengan merek kopi yang biasa diminum, air panas pun dimana tempat sama, kekentalannya bisa dibuat sama, takaran gula bisa disesuaikan dengan selera, bahkan cara mengaduk serta hitungan adukkan pun bisa dijiplak sama persis. Namun kenapa rasa secangkir kopi bisa berbeda jika berbeda orang yang meraciknya?

Mungkin saja ini terlalu subyektif, tapi saya yakin tidak sedikit yang merasakan hal demikian. Kita senang jika yang membuatkan kopi adalah orang-orang yang memang membubuhkan cinta dalam racikannya. Tak selalu orang yang selama ini dekat dan membersamai kehidupan kita seperti isteri atau suami. Orang-orang ini bisa saja pembantu rumah tangga,office boy di kantor kita bekerja, atau sahabat perjalanan yang benar-benar mengenal kita luar dalam, dia tahu cara memberikan –apapun- yang terbaik untuk sahabatnya, terlebih hanya secangkir kopi.

Ikhlas dalam melayani dan memberi. Saya benar-benar tengah belajar untuk bisa melakukan yang terbaik dalam hal ini. Orang yang sedang saya jadikan guru adalah salah seorang office boy di kantor. Sebab, bukan cuma saya yang senang dengan kopi atau teh sajiannya, bisa dibilang semua orang di kantor, bahkan para tamu memujinya.

Kalau ada yang bilang, ya tentu saja sebagai OB, dia akan melayani semua orang di kantor karena memang itu tugasnya. Tapi, OB di kantor bukan cuma satu kan? Anda yang bekerja di sebuah perusahaan dan memiliki beberapa OB, kadang memilih untuk dibuatkan kopi atau teh oleh orang yang menurut Anda “pas” racikannya. Lagi-lagi, bukan karena jenis kopinya, tapi “sesuatu” yang tersaji indah di dalam jiwa si peracik kopi.

Tentu saja bukan sedang belajar membuat kopi senikmat racikannya, namun yang dimaksud adalah belajar memiliki jiwa yang indah karena keikhlasan dalam melayani dan memberi. Melayani orang lain itu bukan cuma dilakukan oleh seorang office boy, pembantu rumah tangga atau siapapun orang yang posisinya dianggap dibawah. Sebagai suami, kita melayani seluruh anggota keluarga, sebagai isteripun demikian. Sebagai pimpinan perusahaan, kita pun melayani seluruh staf yang ada di perusahaan, meskipun ia pemimpin tertinggi. Sebagai Kepala Desa, melayani warga di desanya, dan sebagai Kepala Negara, ia melayani rakyat.

Ada hukum timbal balik yang kita yakini masih berlaku. Anda berbuat baik kepada semua orang, orang pun akan berbuat baik kepada Anda, meski tetap ada yang sebaliknya. Kita mencintai orang lain, balasan cinta pun akan kita dapatkan. Sayangi seluruh makhluk di muka bumi, maka bumi dan seisinya akan menyayangi kita. Begitu juga sebaliknya jika kita membenci, merusak dan membuat orang lain tak nyaman.

Seseorang yang ingin mendapatkan penghargaan dari orang lain, harus pula pandai menghargai. Yang ingin dihormati, harus bisa terlebih dulu menghormati. Mereka yang ingin diberi, harus lebih banyak memberi. Siapapun yang ingin dicintai, harus memantaskan diri untuk dicintai. Berikan yang terbaik untuk orang lain, maka yang terbaik pula yang akan kembali kepada kita.

Bermula dari secangkir kopi yang tersaji nikmat dari racikan jiwa yang indah, boleh jadi keridhaan Allah berasal dari sini. Bukankah surga Allah pun atas dasar keridhaan-Nya? Wallahu ‘a’lam (Gaw)

Friday, September 27, 2013

Pertanyaan Ga Penting: Coffee Meeting

PENDAHULUAN
Sejak kenal Ko Bayu Wirawan, salah satu aktivis ( aktivis ?! Elu kata LSM, Ri ?!) milis ahlikeuangan-indonesia, dari tahun 2003-an, saya jadi sering keikut ciri khas Ako satu ini: bikin “pertanyaan ga penting” !
Tulisan ini salah satu pertanyaan ga penting ituh..
PS: bedanya, kalo Ko mBay, judulnya doang pertanyaan ga penting tapi isinya suka emang ga penting mendasar banget. Kalo saya sih emang asli-aslian ga penting.
LOL :) )
PERTANYAAN GAK PENTING
Beberapa hari ini saya udah beberapa kali diajak meeting sambil ngupi. Meeting-nya cepat tapi suasana santainya dapet.
Yang jadi masalah buat ane, justru judul Coffee Meeting-nya itu.
Kenapa juga kok Coffee Meeting, gitu..!?
Let’s see..
Kalo salinan itu copy dalam bahasa Inggris sedangkan menyalin adalah copying,
maka kalo kopi adalah coffee, lalu apakah ngopi dalam bahasa Inggris?
Coffeeing ?
#ups
Nah..
Andai judulnya Coffee Morning, itu malah jelas Kopi Pagi.. Terjemahannya masih sesuai dengan konteks, dong ?!
Lha kalo Coffee Meeting ? Kalo dibilang Rapat (sambil) Ngopi sepertinya ngga pas, deh.. Tapi kalo dibilang Ketemu Kopi kok rasanya juga ada yang salah, yaa !?
Ada masukan?
Ri, elu ngapain juga sik ngebahas ginian ?
- Laah pan tadi ane udah bilang ini Pertanyaan Ga Penting ? ‘napa protes ?!
+ ….. .....

Saturday, July 6, 2013

Hidup Ini

Walk Into The Light - Free Pics
SEPANJANG BULAN SYA'BAN ini, saya dua kali mendengar pepatah populer ini dikutip dalam khutbah Jum'at :  "Ketika lahir, saya menangis sedangkan orang-orang tersenyum. Saya ingin ketika mati, saya tersenyum sedangkan orang-orang menangis."
Pepatah yang baik.
Tapi saya kurang setuju, sebetulnya

Bukan berarti saya menyalahkan orang yang bersedih ketika orang yang dikasihi meninggalkan dunia fana ini. Tetapi bagi saya, sepanjang orang yang meninggal dunia itu hidupnya baik baik saja --if you know what I mean-- maka saya pikir seharusnya kita justru tenang dan senang saat ia meninggal dunia.

Kok gitu ?
Ya soalnya seharusnya kita yakin dan percaya bahwa TUHAN, insyaa ALLAH memberikan tempat yang sangat baik baginya, baik di alam barzakh maupun kelak di surga setelah pengadilan terakhir.

Jadi harusnya begitu kan ?
Khususnya bila orang yang meninggal dunia adalah orang baik.

Perhatikanlah saat UJE alm. meninggal : Keluarganya sedih (ini wajar),  sekaligus percaya bahwa ALLAH lebih menyayanginya dengan memanggilnya lebih dulu.
Insyaa ALLAH semua orang juga yakin bahwa beliau orang baik dan mendapatkan tempat yang baik di sisi-Nya
Dan karena itulah saya justru ingin begini:
Ketika lahir, saya menangis sedangkan orang-orang tersenyum.
Saya ingin ketika mati, saya tersenyum sedangkan orang-orang tersenyum

<-- tentunya saya ingin dikenang sebagai orang baik dan semua yakin saya mendapat tempat yang baik di sisi-Nya kelak. demikianlah keinginan saya dan semoga terkabul, insyaa ALLAH, aamiyn


Dan karena itu saya juga berharap para malaikat pun tersenyum ketika tiba saatnya mereka harus mencabut nyawa saya, aamiyn.
^ ^

Wednesday, July 3, 2013

Pelajaran Hidup Hari Kemarin

Dalam hidup, kita ngga pernah sendirian. Kita dikelilingi orang orang lain dengan segala variasinya.

Kadang-kadang, orang lain itu berusaha care dan menemani kita dengan gayanya masing-masing.

Sayangnyaa... kadang gaya itu ngga sesuai dengan kita atau sikon-nya ngga tepat. Yang ada, niat baik itu bukannya berhasil dengan baik tetapi malah membuat kita sedikit terganggu..

Terganggu? Marah dong..?!
Tunggu dulu..

Mari cobalah lihat sisi baiknya: mereka itu niatnya menemani, niatnya menghibur kita loh..
Hargailah niat baiknya dan jangan terpaku hanya pada hasil yang kita rasakan atau ditimbulkannya saja

#NoteToMyself

Jujurly, sik.. Saya kemarin sempat emosi duluan sama anak. Niat dia menghibur saya yang sakit, tapi buat saya jadi berisik <-- Ayah yang Buruk :(
#MaafYaNak

Catatan

TUHAN itu adil. Saya terlalu cepat emosi sama anak, eh ternyata ada orang lain yang merasa saya juga memusingkan begitu.

#Kuwalat

Terima kasih TUHAN, Engkau sudah membuatku belajar dengan cepat

#BelajarMakeSepatuOrangLaen

Monday, July 1, 2013

Indah Pada Waktunya


Rencana TUHAN selalu indah pada waktunya. 
Demikianlah yang selalu kita dengar tulisan atau khutbah berkenaan dengan "prasangka baik pada TUHAN". 

Pertanyaannya: seberapa percaya kita pada kalimat itu? Seberapa yakin kita bahwa TUHAN menyiapkan akhir yang indah buat kita? 

Saya sendiri sempat putus asa kok dengan itu. 
Rasanya rencana saya itu udah pasti baiknya, udah pasti baiknya.. tapi ya kok TUHAN belum kasih terwujud juga yaaa.. 

Belum lama ini saya membutuhkan sejumlah dana besar untuk kawin lagi modal usaha dan beberapa rencana lainnya.   Dalam pikiran saya dan istri saat itu, kami akan menjual rumah saya di Bintaro Coret yang belum lunas cicilannya itu, dan lebihan setelah melunasi sisa KPR masih cukup untuk modal usaha, dan DP rumah lagi di daerah yang lebih prospektif lagi kenaikan investasinya.  Lain itu, kami juga masih akan pegang sejumlah lebihan dana di bank.

Nah, luar biasa apa kali bagusnya tampaknya kan rencana ini? 

Dua bulan berlalu sejak kami menawarkan rumah itu dijual, ada lebih dari 8 calon pembeli yang berminat, tetapi kok ya di saat saat terakhir kok ya ngga deal juga :( 
Apaa ya yang salah..? Saya sampai-sampai sempat sambat sama Gusti ALLAH loh: lha yok opo tah Gus kok ra payu payu ki njuk rencanaku sing apik tenan kuwi njuk piye? Kok ya ngga laku laku ini, trus rencana hebatku itu apa kabarnya, TUHAN? 
Rasanya seperti TUHAN menelantarkan kami <--oke itu tuduhan serius buat TUHAN.. Tapi saat itu, itulah yang kami saya rasakan..

Dan rasa ditinggalkan itu kian hebat setelah beberapa rumah tetangga saya di situ terjual dengan mudah --eh, ada yang masih kebanjiran penawaran sih.. Tapi sempat apa kali lah dengar berita apanya itu kan? 

Hari ini, pas mampir ke sana --oiya kami sendiri tidak tinggal di situ sejak 2009-- dapat tambahan keterangan bahwa harga jual rumah tetangga itu, dan penawaran yang masuk buat rumah tetangga yang lain, nyaris dua kali lipat harga yang kami pasang. 
Dua kali! 
Masyaa ALLAH.. 
Alamak..! Rugi kalilah kami bila rumah kami terjual pada harga yang kami minta.. 
Pada detik itu mendadak saya merasa bersyukur bahwa TUHAN, ALLAH SWT, lebih tahu apa yang baik bagi kami. 

Oke.. sementara ini kami masih harus kerja keras untuk menutup cicilan KPR yang seperti ngga habis habis itu, dan masih kerja keras mengumpulkan modal tambahan yang kami perlukan itu 

Moral cerita yang ingin saya sampaikan:  
Ketika tampaknya rencana kita berantakan,  yang perlu kita lakukan ada dua:
- evaluasi rencana, jangan2 rencana kita memang ngaco..
- dan tetaplah percaya bahwa rencana TUHAN jauh lebih indah dari rencana manusia.. dan Dia akan membuatnya indah pada waktunya. 

 -----
Saat ini ada beberapa rencana lagi yang seperti meleset.  Tapi kali ini saya (lebih) yakin bahwa TUHAN menyiapkan akhir yang indah di balik itu semua  --sepanjang kita tidak kehilangan keyakinan dan tetap berprasangka baik pada-Nya :-) 

Saya yakin teman teman semua lebih baik dari saya dalam soal ini.
Akhir kata, mohon maaf jika ada tulisan di atas yang kurang berkenan..

Friday, June 7, 2013

Menilai Manusia


Ajining Diri Saka Lathi, Ajining Sarira Saka Busana

Manusia Dihargai Karena Lidahnya, Manusia Dihargai Karena "Busana"-nya

Jujurly, tulisan ini sebenere idenya gegara tadi shubuh itu ada yang share link kaskus, ulasan twitwar-nya seorang tante doktor dengan seorang sutradara. Sebelumnya tante itu dengan seorang musisi. Baca-baca ke belakang, saya kok jadi merasa manusia gampang sekali menilai manusia lain jelek, ya ? 


Tulisan ini jelas tidak dimaksudkan untuk mengekor berantem yang diatas.

Mari kita kembali ke pepatah jawa jaman WaliSanga tadi:

Ajining diri saka lathi, ajining sarira saka busana.
Manusia dihargai karena lidahnya, manusia dihargai karena "busana"-nya.


Bener banget, kan?

Gegara lidah ( dan sekarang juga jempol tentunyah ) seseorang bisa dinilai..
Dan gegara cara penampilan, orang juga bisa dinilai..

Nah, yang sering jadi masalah itu.. bila lantas orang dinilai HANYA berdasar penampakan penampilan, dan/atau dari sisi perlente, dan/atau  dari sisi gelar, dan/atau  dari sisi kepemilikan. Padahal saya yakin pengertiannya tidak mementingkan citra penampilan seperti itu.

Kebetulan, kedua kakek saya ( yang satu muslim yang satu katolik ) pernah menasihati hal serupa. Yang saya ingat, kurang lebih begini: titik masalahnya bukan soal apa/bagaimana busananya, tapi cara berbusana-nya. Pun busana dalam pepatah ini tidak terbatas pada pakaian dari kain, tetapi juga mencakup "pakaian", yakni berupa agama. 

Agama dalam pengertian ini bukan apa yang tercantum di KTP, melainkan nilai2 yang mengatur sendi2 kehidupan manusia. Dan oleh karena itu, agama sering disebut sebagai ageming ati

Pengertian ageming ati-nya yang dimaksud tidak berarti menyamakan semua agama --> Soal ini kembali ke masing-masing. Saya muslim, pastinya akan bilang islam yang paling cocok buat saya.. Tetapi adik saya katolik, pasti akan bilang katolik yang paling cocok buat dia. --> melainkan, kalo sudah memiliki agama tertentu, pakailah sebaik2nya sebagai pakaian hati dan jiwa
<-- Ini, katanya, adalah bagaimana orang jawa memandang agama.
Etapi gak tau juga kalo jawa hari gini, loh.. Saya ngga punya kompetensi menebak apalagi menjawabnya: lha wong saya ini jawa ngga jelas, jeh :p  

Berkenaan dengan contoh ageming ati, contoh yang diucapkan kedua kakek saya kebetulan juga sama: Apa gunanya kamu beragama kalo masih menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuanmu ? 
--> dan karena itulah kita #eh saya ding, membedakan antara ajaran agama dengan kelakuan umatnya. 

Beberapa tulisan di bawah ini, meski agak beda penyampaiannya, kesimpulan akhirnya sepertinya mirip2 dengan apa yang saya yakini


1) Membumikan Langit: Ajining Diri Soko Lathi
2) Dongeng Ala "Simbah": 
Ajining Diri Jalaran Soko Lathi 
3) kalo yang ini sih tambahan saja: Suara Merdeka: Makna Tembang Ilir-ilir

Kutipan favorit saya, sekaligus penutup tulisan ini adalah:
Jadi ketika pakaian kita sudah baik..maka harus kita dukung dengan tingkah laku dan tindakan yang baik pula agar wibawa dan kehormatan diri kita terjaga dan orang pasti akan mesem kesengsem untuk menghormati kepribadian kita...
Itu. dari sisi kitanya sebagai "pelaku"
Tentunya  kita sebagai "penilai" juga diharap bijak menilai orang lain, tidak terjebak hanya gegara soal penampilan dan/atau atribut yang melekat pada diri seseorang..


Bukan begitu ?

Thursday, May 30, 2013

Mata-Mata

BEBERAPA HARI INI, dan khususnya hari ini, di beberapa milis ada perdebatan mengenai aktivitas mata-mata. Yang dimaksud mata-lelaki mata-mata di sini adalah penerawangan aktivitas yang dimata-matai melalui alat tertentu.
Ini, tentunya dikaitkan dengan kehebohan sadapan sadapan KPK.

Kebanyakan salut dengan sadapan KPK yang menghasilkan isi percakapan yang luar biasa menghadirkan sesuatu yang (tadinya) disangkal-sangkal di pengadilan. 
Tetapi di sebuah milis bertanya mengenai: 
- Mengapa percakapannya hanya sebagian yang diungkap 
- Apa nanti tidak misleading ( siapa tau ada percakapan lain yang bisa membuktikan "jalan cerita" nya ternyata tidak seperti itu) ?

Di milis yang sama, juga milis yang lain dengan bahasa berbeda, mempertanyakan keabsahan dan atau sedikit kekuatiran mengenai:
1) kewenangan menyadap orang diluar struktur pegaeai pemerintah, dan
2) bagaimana jika nanti informasi yang disadap itu diperjualbelikan.

Ini, tentu saja dijawab:
1) as per definisi korupsi*) menyangkut keuangan negara**) tidak hanya menyangkut APBN dan karena semua pihak yang terkait adalah pelaku dalam tindak pidana korupsi, maka penyadapan kepada pihak non penyelenggara pemerintahan tentu tetap perlu dilakukan, dan
2) itu jelas pelanggaran hukum (rahasia negara) yang dikenakan sanksi. 
... 

Saya tidak ada dalam posisi menetapkan siapa benar siapa salah. 
Tapi diskusi itu menambah wawasan saya tentang bagaimana pemberantasan/pengendalian korupsi di Indonesia bisa dilakukan, dengan benturannya dengan hak-hak privat sebagai warganegara.

Yang jelas, aktivitas mata-mata/spionase itu dilakukan oleh setiap orang, bahkan sejak jaman purba.
Ngga percaya ?

Yang paling simpel adalah di kendaraan, kita ternyata perlu kaca spion untuk meyakinkan diri bahwa tidak akan ada gerakan-gerakan dadakan dari arah yang tidak disangka2 yang bisa membahayakan kita (dan atau kita membahayakan orang lain).

Oiya, bahkan Shri Rama pun pernah mengutus Hanuman untuk memata-matai Negeri Alengka, khususnya mencari tahu bagaimana kabar Dewi Shiinta di sana.
Dan yang juga perlu diingat, sesuai kata seorang kawan, bahkan seorang putri salju pun dimata-matai nenek sihir dengan cermin ajaibnya; maka yakinlah bahwa kegiatan mata-mata memang sudah ada sejak dahulu kala dan mungkin terus akan ada di masa yang akan datang.
...

Demikian.

Dan jika Anda merasa tulisan ini ngalor-ngidul ngga jelas. Sama, saya juga merasa begitu.
Mohon maaf jika agak mengganggu :D

Saturday, May 18, 2013

Si Bleki



PAK HARTAWAN tidak menyukai Si Bleki.
Wolf & Full Moon - Free Pic from internet
Bleki adalah seekor anjing. Anjing Pemburu. Begitu hebat dan gagahnya, serta begitu buasnya ia terhadap haSil buruannya bagaikan seekor serigala, sehingga ia dijuluki Serigala Pemburu. Itulah Si Bleki, anjing pemburu andalan Pak Hartawan bila pergi berburu.
Ah, Bleki..! Badannya yang besar dan warna bulunya yang hitam mulus menambah pesona kegagahan anjing pemburu itu, Bulatan putih di atas kelopak matanya, menambah pesona kecantikan tersendiri, mengiringi kesan buas yang ada.
Telah cukup lama Bleki tinggal di rumah Pak Hartawan. Sebetulnya, Bleki telah tinggal di rumah itu sejak hari pernikahan Pak Hartawan dengan Bu Hartawan. Benar, Bleki memang milik Bu Hartawan.  Bu Hartawan sangat menyayangi Si Bleki.
Sayangnyaa.. Pak Hartawan, sebaliknya, sangat tidak menyukai Si Bleki.
Bleki telah dipelihara Bu Hartawan sejak masa gadisnya. Saat menikah, Bu Hartawan memutuskan untuk tetap memelihara Si Bleki.
“Untuk menjaga keamanan,” begitu kata Bu Hartawan setiap kali ditanyai tentang ini.
Tetap saja, Pak Hartawan tidak menyukai Si Bleki,

Selain saat berburu, Bleki ternyata seekor anjing penjaga yang sangat baik. Setiap orang yang ia curigai mengganggu stabilitas rumah tangga dab segala iSi rumah Bapak dan Ibu Hartawan akan ia jaga.  Bisa-bisa diikutinya terus orang itu, ke mana pun ia pergi. Salah satu orang uang selalu diawaSinya adalah Pak Hartawan sendiri. Itu, salah satu sebab Pak Hartawan tidak menyukai Bleki.
Sebab ketidaksukaan Pak Hartawan lainnya ialah sebab Bu Hartawan seolah sangat terikat dengan Bleki. Apa-apa Bleki.. ! Apa-apa selalu Bleki.. ! Selalu Bleki, Bleki, dan Bleki ! Biaya harian Bleki sampai-sampai nyaris melampaui biaya sehari-hari Bapak dan Ibu Hartawan. Perhatian Bu Hartawan terhadap Bleki juga nyaris melebihi perhatian Bu Hartawan kepada Pak Hartawan.
Pak Hartawan tidak suka Bleki. Itu sudah jelas.
Dan Bleki sendiri pun agaknya juga tidak suka pada Pak Hartawan.
Keduanya menyadari bahwa keduanya tidak saling menyukai.
Sudah jelas Pak Haryawan tidak tahan dengan kehadiran Bleki. Bahkan ia, dijaga oleh Bleki di rumahnya sendiri.
Apa-apaan ini !? Begitu selalu pikirnya. Tetapi tak berani juga diungkapkannya pikirannya itu pada Bu Hartawan.. sebab setiap ada pembicaraan menyangkut Bleki, reaksi Bu Hartawan bisa menjadi sangat menyeramkan seperti induk serigala menjaga anaknya.

SUATU HARI, dirancangnya sebuah rencana untuk menyingkirkan Bleki. Malam-malam, dipancingnya Bleki ke garasi. Sesuai perkiraan Pak Hartawan. Bleki akan mengikuti setiap gerak-geriknya.
Berhasil ! Pak Hartawan berhasil menjebak Bleki masuk ke dalam bagasi Porsche-nya.
Segera dilarikannya sedan mewah itu ke hutan di pinggur kota. Dengan sekali sentakan tuas di dashboard-nya kap bagasi membuka dan Bleki segera melompat keluar..
Hehehe.. Pak Haryawan tersenyum puas melihat Bleki hanya bisa berdiri mematung mengawasi Porsche Pak Hartawan berputar melaju pulang. Sepanjang perjalanan pulang, tertawalah Pak Hartawan melampiaskan segala kegeramannya selama ini. Tertawa ia karena girangnya lepas dari Bleki.
Pak Hartawan masih tersenyum sangat lebar saat mobilnya itu sampai rumah. Diparkirnya Porsche itu di garasi dengan riang bersiul-siul. Bernyanyi kecil, Pak Hartawan melangkah dengan riang mengikuti irama memasuki rumahnya.
Tersenyum lebar, Pak Hartawan menghampiri istrinya yang tengah bersantai membaca surat kabar di ruang keluarga.  
Tetapi..
Sirnalah senyum itu seketika, ketika Pak Hartawan menyadari istrinya membaca surat kabar sambil membelai kepala seekor anjing..
Coba tebak.. Siapa lagi, kalau bukan Bleki !?
..dan mata serta mulut Bleki berayun, menggeh-menggeh seiring dengusan napasnya, bagai tengah mengejek Pak Hartawan yang gagal menyingkirkannya.
Pak Hartawan tak tahan lagi.
Berlari kecil ia ke kamar mandi..  mengunci diri, diam menenangkan diri.

SEMAKIN LAMA, Pak Hartawan semakin ingin melenyapkan Bleki.
Kali ini, Pak Hartawan sungguh-sungguh dan sungguh ingin melenyapkan Bleki.
Sudah beberapa hari ini, Pak Hartawan Sibuk mencari-cari orang upahan. Orang-orang terbaik di bidangnya: Pembunuh profesional !
Dijanjikannya upah yang sangat tinggi bila Sang Profesional dan kawanannya mampu menyingkirkan Bleki lenyap dari muka bumi.
Sang Profesional itu mengangkat alis dan terkekeh pelan saat mengetahui sasaran mereka, Bleki, hanyalah seekor anjing.
Pak Hartawan mengernyitkan kening. Dari pengalamannya kemarin, ia tahu menyingkirkan Bleki bukanlah pekerjaan main-main. Itulah sebabnya Pak Hartawan dengan sangat serius memperingatkan para profesional itu untuk tidak main-main.
Ya ! Sang Profesional itu kini tidak main-main !

Malamnya, sengaja pintu pagar pekarangan tidak dikunci Pak Hartawan. Seperti telah diduga, Bleki mengetahui ada pintu yang berada dalam keadaan tak terkunci. Tentu saja, Bleki segera berjaga-jaga di halaman, menjaga setiap kemungkinan.
Tapi, manalah sanggup kelihaian Sang Profesional ia lawan ?! Sebuah peluru bius yang ditembakkan dari jarak jauh dengan senapan berperedam berhasil melumpuhkan Bleki.
Segera saja, tubuh Bleki telah berada dalam karung.
Sementara karung berisi Bleki dipindahkan oleh kawanan pembunuh itu, Sang Profesional mengetuk pintu rumah Pak Hartawan bak tetamu yang hendak berjumpa.
Pak Hartawan keluar. Dari senyum Sang Profesional, tahulah ia bahwa Bleki sudah berhasil dilumpuhkan. Maka berpamitanlah Pak Hartawan kepada istrinya seolah ada keperluan bersama kawan. Tak mau pula Pak Hartawan kehilangan saat saat menegangkan menyaksikan Bleki lenyap dari pandangan.
Beriringan, mobil Pak Hartawan dan mobil Sang Profesional berikut kawanannya menuju pelabuhan.  Di pelabuhan, telah menunggu rekan Sang Profesional lainnya dengan beban pemberat. Segera saja Sang Profesional membuang karung beriSi Bleki yang telah dibebani pemberat. Pemberat yang pastinya cukup berat untuk memastikan karung berisi Bleki itu tenggelam sampai ke dasar laut. Ya, Sang Profesional melemparkan karung itu ke air yang dalam di tengah keheningan malam dermaga.
Sekian menit berlalu dan tidak ada tanda kehidupan, Pak Hartawan segera menyerahkan uang pada Sang Profesional sesuai perjanjian. Lalu pulanglah Pak Hartawan dengan riang.

Sampai di gerbang depan, terkejutlah Pak Hartawan melihat ada mobil polisi dan ambulans. Segera saja ia berlari mendekat untuk segera mengetahui apa yang terjadi.
Setibanya di dalam, segera saja ia dipeluk oleh Sang Istri. Diceritakan oleh Sang Istri apa yang telah terjadi. Bahwa ada penjahat yang merampok uang di rumah, tetapi untunglah ada perlawanan dari Si Bleki sehingga penjahat itu tersudut dan mati tenggelam di kolam renang.
Bleki !?
Pak Hartawan terkejut.
Alarm di kepalanya berbunyi.
Firasat buruk segera muncul di lubuk hati.
Segeralah Pak Hartawan berlari ke lokasi. Firasatnya mencoba mendua apa yang terjadi.. Kebetulan pula mayat Sang Penjahat tengah dievakuasi.
Dan tak lagi terkejut Pak Hartawan melihat wajah Sang Profesional mati..
Dan tak lagi terkejut Pak Hartawan saat disodoran polisi barang bukti. Dikenalinya amplop berisi uang itu sebagai amplop yang tadi diserahkannya kepada Sang Profesional untuk membunuh Bleki..
Ah betul.. di mana Bleki !?
Astagaa ! Bleki tengah bermalas-malasan di  atas kursi kolam renang, mengawasi Pak Hartawan yang geram setengah mati. Ya ! Pak Hartawan kalah lagi satu kali !

MALAM ITU, Pak Hartawan duduk merokok di kursi.
Kesal di hatinya kian menjadi.
Dipandanginya Si Bleki yang juga tengah mengawasi.
Semakin lama, semakin kuatlah rasa benci..
Semakin lama, semakin besar nafsu amarah di hati..
Semakin lama, semakin hilang kendali penguasaan diri..
Pak Hartawan tegak berdiri.
Dilangkahkannya kaki menuju gudang penyimpanan perkakas besi.
Diambilnya dengan penuh nafsu kapak besi.
Segera saja Pak Hartawan berlari mengejar Bleki yang masih tegak berdiam mengawasi.
Sekian gelap mata hati, sepersekian kejap ayunan kapak besi.. Tak sempat mengelak Si Bleki, segeralah ia tersungkur mati.
Ya ! Bleki kini terkapar mati..!
Puas Pak Hartawan memandangi tubuh Si Mati.. kala didengarnya jerit kemarahan dan tak puas hati.. Ya ! Bu Hartawan yang berteriak, memprotes tindakan Sang Suami.
Bu Hartawan tidak melihat ada alasan Pak Hartawan untuk membunuh Si Bleki. Dengan kasar Bu Hartawan menanyakan tindakan suaminya yang dikatakannya sebagai kejam tak terperi.
Gelap mata Pak Hartawan.
Dengan tangan masih menggenggam kapak besi, sepersekian kejap saja, nasib Bu Hartawan segera menyusul Si Bleki.
....
Tertegun sejenak Pak hartawan melihat hasil perbuatan diri.
....
Tapi lalu tertawalah ia  melepas segala emosi yang berkecamuk di dalam hati.
Tertawa ia seorang diri.
Puas tertawa, diseretnya kedua tubuh itu ke halaman belakang. Digalinya semacam lubang di sana.. lalu dikuburkannya kedia tubuh itu di sana.
Terkekeh puas, ia berkata: “Teruntuk istriku, yang lebih mencintai anjing daripada suaminya.. Yang mati dan dikubur bersama anjing kesayangannya..”
Tertawalah Pak Hartawan.
Tertawa..
Tawa pilu ?! Lara ?! Bahagia ?!
Entahlah.. tumpah ruah segala emosi.

MALAM INI, Pak Hartawan duduk merokok di kursi.
Dalam genggamannya, ada kapak besi.
Menit demi menit terus berganti.
Jam demi jam, duduklah Pak Hartawan dalam sepi.
Hanya duduk dan merokok di kursi.
Sedang dalam genggaman tangannya ada kapak besi.
Hanya duduk menanti.
Menanti pembalasan dari Si Bleki.
....

MALAM ITU JUGA, sudah berdiri di luar jendela, dua sosok tubuh memperhatikan Pak Hartawan duduk di kursi.
Seorang perempuan dan seekor anjing.
Yang perempuan membelai-belai Si Anjing. Si Anjing terus memperhatikan yang duduk di kursi..
Si Perempuan, dengan lembut berkata pada Si Anjing, “Kasihan sekali Suamiku. Dia tidak tahu apa yang telah dia nikahi..”
Si Anjin mendengus, seakan membenarkan perkataan Si Perempuan tadi.
Si Perempuan menghela napas panjang seperti menyesalkan perbuatan suaminya. Penuh kelembutan, dipandanginya wajah Sang Suami yang masih saja duduk membisu dalam sepi.
“Dia tidak tahu bahwa kita, kaum Manusia-Serigala tidak semudah itu mati..”
Si Anjing, salah ! Si Serigala mendengus membenarkan perkataan ini.
“Ia sudah melukai kita. Tetapi.. Apakah kita harus juga membalas perlakuan Suamiku tadi ?” Si Perempuan bertanya pada diri sendiri.. Menengok ia pada Sang Serigala bagai hendak minta sepakatnya hati, “Bagaimanapun juga, dia suamiku yang kucintai..”
Si Serigala kali ini diam tak bereaksi.. seakan menyerahkan keputusan pada Sang Istri sendiri.
Si Perempuan, alias Sang Istri, masih terdiam sambil terus saja membelai kepala Si Serigala Bleki.
....

PAK HARTAWAN masih terus duduk di kursi..
Duduk merokok terus seorang diri.
Sedang di genggaman tangannya ada kapak besi.
Terus menanti..
Menanti pembalasan dari Serigala Bleki..
.... 


Kamis 25 Juli 1996 02:46 WITA
Kompleks  III No. 7
Jalan Balaikota Lama II, Home Base, Wua-wua, Kendari 93117

Dulu, tulisan ini dibuat karena mendadak teringat kawan SMA seangkatan, yang meninggal dunia beberapa waktu sebelumnya:  Aryo “Bancet” Soegiarto (alm). Usia saya 23 tahun saat itu.
Malam sebelumnya, Rabu 24 Juli 1996 23:30 WITA s.d Kamis 25 Juli 1996 01:00 WITA,  tema Happy Landing yang kami bawakan di radio adalah “Bagaimana bila malam ini adalah malam terakhir kita di dunia”

Pada saatnya nanti, kami pun akan menyusulmu pulang, bro..
Sebab mati, adalah masa depan yang paling pasti.

Thursday, May 16, 2013

Trust



SAAT SESEORANG MEMUTUSKAN untuk menikah dengan seseorang, yang terjadi sebetulnya masing2 percaya atau mempunyai keyakinan yang memadai --jiah, bahasa auditor keluar--  bahwa pasangannya itu dapat diandalkan atau yang terbaik 
PS: kriterianya bisa beda antara satu orang dengan yang lain.. 


Menikahkan usaha dan atau berusaha bersama-sama, ternyata juga membutuhkan hal yang sama. Usaha ngga akan berjalan lancar, bila pengusahanya satu sama lain tidak punya kepercayaan.

Namun begitu, asal percaya, ternyata juga tidak cukup untuk dunia usaha.
Teman lama dan atau saling mengenal di luar usaha, bahkan yang biasa ledek2an atau curcol2an, atau bahkan terikat hubungan saudara atau suami-istri, ternyata itu juga masih belum cukup..

Hmm.. tetapi itu nanti di kajian lain, ane sendiri belum selesai diajarinnya :D


Bagaimana agar tumbuh kepercayaan di dalam dunia usaha itu, sudah banyak teori/tulisan yang membahasnya. Saya cuma share definisi "Trust" menurut Merriam-Webster Dictionary aja di marih <-- sok atuh di klik, heula 

Mengelola Hati

BELUM LAMA INI*)  saya ada post ulang tulisan lama berjudul "sambat" ( tulisan itu dulu ditulis sebagai Facebook Notes, lalu disalin ke Blog, dan kemudian Blog itu di share ke FB lagi <-- ide siapa ya dodol begini ?! ) yang intinya saya minta tolong agar TUHAN ikut bantu menata ulang hidup saya. 

Naaah sudah minta sendiri begitu, kan.. ?!
Tapi kenapa juga yah, saat permintaan itu dikabulkan TUHAN,  dan kebetulan DIA menata situasinya tidak sesuai keinginan, saya kok tetap kecewa ya ? 


Ah, tengok lah, apa kali kan si Ari ini? Dia sendiri minta diaturkan, begitu dikabulkan malah kecewa pulak. Kayak mana si Ari ini,  ah!


Setelah dipikir-pikir ( dipikir aja sik, ngga pake dipikir-pikir berulang kali gitu kok ) saya merasa sedang diajari me-manage hati: 
Apakah saya mampu tetap berprasangka baik sama TUHAN kalo DIA menetapkan sesuatu yang tidak sesuai harapan ?  Apa lalu ibadah saya turun ( kualitas dan kuantitasnya ? ),  apakah.. apakah..  dan lain-lain, dan lain-lain, etcetra, etcetra..

Mungkin begitu.

Apapun yang terjadi pada saya,  kehidupan toh terus berjalan dengan segala kebahagiaan yang menyertainya..  Mau yang baik ada, yang buruk ya ada juga. Tapi pada akhirnya itu kan tergantung pilihan Anda, kan ?!
Saya? Saya maunya memilih yang baik. 

Sepanjang saya berpikir semua itu demi kebaikan, maka selama itu juga saya akan selalu bisa bersyukur dan.. tetap bahagia.

Jadi ?
Jadi yaudah.. gitu aja..

---


+ Jadi simpulan tulisan ini apa ya ?
- Tergantung elo sendiri, Sob.. mau menyimpulkan apa
+ Dih.. gitu, sik ?!
- Ya salah elo bacanya serius banget :p   Udah.. Ngga usah dipikirin.. Jalanin aja, Sob. Percaya aja TUHAN itu Mahabaik dan menyiapkan akhir yang indah buat elu ^ ^

---

*) tulisan ini repost status FB tanggal 31 Januari 2013 
    "Sambat" di blog-kan 29 Januari 2013, di FB Notes 13 Desember 2012

Sunday, May 12, 2013

Buku Harian Ayah



AKU INGIN

Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

cerita di bawah ini saya dapatkan dari milis BeCeKa  4 tahun yang lalu
semoga bermanfaat, khususnya buat saya sendiri.. yang memang lagi perlu :(


---------- Pesan terusan ----------
Tanggal: 18 Februari 2009 13:56
Subjek: [BeCeKa] FW: (repost) Buku Harian Ayah

---

Subject: (repost) Buku Harian Ayah

Buku Harian Ayah

Ayah dan ibu telah menikah lebih dari 30 tahun, saya sama sekali tidak pernah melihat mereka bertengkar.

Di dalam hati saya, perkawinan ayah dan ibu ini selalu menjadi teladan bagi saya, juga selalu berusaha keras agar diri saya bisa menjadi seorang pria yang baik, seorang suami yang baik seperti ayah saya. Namun harapan tinggallah harapan, sementara penerapannya sangatlah sulit. Tak lama setelah menikah, saya dan istri mulai sering bertengkar hanya akibat hal - hal kecil dalam rumah tangga. 

Malam minggu pulang ke kampung halaman, saya tidak kuasa menahan diri hingga menuturkan segala keluhan tersebut pada ayah. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ayah mendengarkan segala keluhan saya, dan setelah beliau berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, ayah mengusung keluar belasan buku catatan dan ditumpuknya begitu saja di hadapan saya. Sebagian besar buku tersebut halamannya telah menguning, kelihatannya buku? buku tersebut telah disimpan selama puluhan tahun.

Ayah saya tidak banyak mengenyam pendidikan, apa bisa beliau menulis buku harian? Dengan penuh rasa ingin tahu saya mengambil salah satu dari buku-buku itu. Tulisannya memang adalah tulisan tangan ayah, agak miring dan sangat aneh sekali, ada yang sangat jelas, ada juga yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembus beberapa halaman kertas. Saya segera tertarik dengan hal tersebut, mulailah saya baca Dengan seksama halaman demi halaman isi buku itu.

Semuanya merupaka catatan hal-hal sepele, "Suhu udara mulai berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untuk saya."
"Anak - anak terlalu berisik, untung ada dia."

Sedikit demi sedikit tercatat, semua itu adalah catatan mengenai berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, mengenai cinta ibu terhadap anak-anak dan terhadap keluarga ini. 

Dalam sekejap saya sudah membaca habis beberapa buku, arus hangat mengalir di dalam hati saya, mata saya berlinang air mata. Saya mengangkat kepala, dengan penuh rasa haru saya berkata pada ayah "Ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu."

Ayah menggelengkan kepalanyadan berkata, "Tidak perlu kagum, kamu juga bisa."

Ayah berkata lagi, "Menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidakmungkin sama sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan? Intinya adalah harus bisa belajar untuk saling pengertian dan toleran. Setiap orang memiliki masa emosional, ibumu terkadang kalau sedang kesal, juga suka mencari gara - gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah, mengomel. Waktu itu saya bersembunyi di depan rumah, di dalam buku catatan
saya tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati saya penuh dengan amarah waktu menulis kertasnya sobek akibat tembus oleh pena. Tapi saya masih saja terus menulis satu demi satu kebaikannya, saya renungkan bolak balik dan akhirnya emosinya juga tidak ada lagi, yang tinggal semuanya adalah kebaikan dari ibumu."

Dengan terpesona saya mendengarkannya. Lalu saya bertanya pada ayah, "Ayah, apakah ibuku pernah melihat catatan-catatan ini?"

Ayah hanya tertawa dan berkata, "Ibumu juga memiliki buku catatan. Dalam buku catatannya itu semua isinya adalah tentang kebaikan diriku. Kadang kala dimalam hari,menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling menertawakan pihak lain. ha. ha. ha."

Memandang wajah ayah yang dipenuhi senyuman dan setumpuk buku catatan yang berada di atas meja, tiba - tiba saya sadar akan rahasia dari suatu pernikahan :

"Cinta itu sebenarnya sangat sederhana, ingat dan catat kebaikan dari orang lain. Lupakan segala kesalahan dari pihak lain."


repost dari FB notes 18 Februari 2009
https://www.facebook.com/notes/ari-ams/buku-harian-ayah/52342152662