Friday, June 29, 2007

Anak-anak (Lagi)




Monday, June 4, 2007

Cinta Putih dan Pertanyaan Seorang Jomblowan

Mari kita jaga sebentuk cinta putih
Yang telah terbina
Sepenuhnya terjalin pengertian
Antara engkau dan aku oh..
Masihlah panjang
Jalan hidup mesti ditempuh
S'moga tak lekang oleh waktu

Reff#
Cukup bagiku hadirmu
Membawa cinta selalu
Lewat warna sikap kasihku
Kau ungkap.. tlah terjawab

Jika kau bertanya
Sejauh mana cinta membuat bahagia
Sepenuhnya t'rimalah apa adanya
Dua beda menyatu saling mengisi
Tanpa pernah mengekang diri
Jadikan percaya yang utama

Back to Reff#

 

cinta putih ● katon bagaskara ● gemini

teks dari  http://www.iloveblue.com/lirik/lyric_artist_indonesia_barat_bali_song/210.htm

 

Belum lama ini ada seorang jomblo-er yang nampak gelisah, mencoba numpang bertanya mencari pencerahan pada seorang Bapak salah satu narasumber kegiatan kami:  “Pak, dulu waktu Bapak memutuskan untuk menikah, apa alasan Bapak ?”
 

Saat itu sebenarnya kami tengah berada di salah satu warung kopi di banda aceh serta membicarakan soalan lain.  Si Bapak yang ditanya, meski sedikit terkejut mendengar pertanyaan out of topic itu, segera menjawab, “Terus terang saya ngga tahu, Mas.  Waktu itu saya hanya merasa ngga bisa menjalani hidup ini dengan baik kecuali bila bersamanya.  Kalo seperti itu dibilang cinta, ya mungkin itulah. Kalo yang begitu dibilang karena Allah, ya mudah-mudahan benar begitulah. Setidaknya saya berharap begitulah...”
 

Agaknya belum puas, kawan kami ini bertanya lebih lanjut, “Tapi bagaimana Bapak bisa yakin dialah orangnya ? Bapak kan belum tahu siapa dia betul-betul ?”
 

“Yah, kalo dipikir-pikir Mas ini benar juga,” jawab si Bapak, “Tapi waktu itu saya lihat dia orangnya telaten, sopan sama yang tua, membimbing sama yang muda, serta cukup taat sama perintah agama. Orangnya juga cukup menarik.. Cukuplah itu buat saya. Dan karena saya waktu itu sudah bekerja dan –eh- ada lah dorongan-dorongan yang  mulai agak-agak mengganggu, jadi saya waktu itu berpikir mau tunggu apa lagi?! Jadi saya datang dan minta nasihat Pak Ustadz, lalu Pak Ustadz dan orangtua saya meminta izin pada orangtuanya. Lalu kami menikah. Begitu..”
 

Sang Jomblo-er tertegun, “Begitu saja ? Tapi apa nggak jadi sering bertengkar nantinya Pak ? Kan baik Bapak maupun Istri Bapak belum terlalu kenal ?!”
 

“Wah ngga tahu juga ya Mas, “ jawab si Bapak bingung, “Tapi saya mau protes apa sama Istri saya, lha wong saya sendiri juga ngga kalah banyak kok jelek-jeleknya ?”
 

“Jadi yah kami mencoba saling menerima apa adanya sambil memperbaiki diri sendiri.. Lha wong menikah itu ternyata satu paket Mas, mau bagusnya juga harus mau terima jeleknya. Lagipula saya sendiri juga bukan yang terbaik, kok Mas..” lanjut si Bapak, “Kami cuma bisa berdoa sama Allah, minta supaya pernikahan kami ini penuh barokah, ya buat kami sendiri, buat anak-anak kami, buat semuanya..”
 

Pada saat itu, tiba2 HP seorang kawan berdering, dengan ringtone mp3 lagu ini. Dan entah karena penjelasan Si Bapak, atau entah karena isi teks lagu ini, yang jelas rekan kami jomblo-er itu manggut-manggut. Entah-entah juga apakah itu artinya ia paham atau justru karena semakin bingung dus ragu.
 

Saya sendiri tidak tahu jawaban Si Bapak ini benar atau tidak. Tetapi setidaknya jawaban Beliau membuat saya mencoba menata ulang tujuan pernikahan saya agar lebih barokah. 

Kalau Anda bagaimana ?
 

Salam, Ari Latoeng

 

PS: Btw rekan jombloer kami ini bukan jomblo betulan, melainkan berada dalam hubungan yang kurang jelas :p  Mudah2an dirimu dan siapapun pasangan pilihanmu selalu dirahmati Allah. Amiyn.