Tuesday, December 2, 2008

BayuGawtama: Sobat, Tolong Bantu Jawab SMS Ini...

Berikut adalah email Mas Gaw di forum_ayah@yahoogroups.com
Barangkali ada diantara rekan2 yang memiliki kelapangan rizki bagi mereka di bawah ini ?

Jujurly ma friends,
saya selalu iri dengan orang2 seperti Mas Gaw, juga Mas Andi PS cs di ACT, juga Mbak Kosi cs di Portalinfaq, juga dengan tim lapangan TIC (a.l -oom Budi Panci, oom Wisnu, nte Peni, nte Desma, nte Lina, oom Gerrit, oom Tj, dll dsb)..  Juga dengan Bu Edo dan teman2  (that means you brother Don, mbak Putri, dll dll saya malah sudah lupa nama-namanya), juga Mbak Rina dan Mas Heli di kelompok lain, bahkan dengan kawan-kawan saya di sini Lia, Ima, dan Mega.. (tidak disangka2 mereka bertiga ini relawan pengajar untuk anak2 "kolong") dan semua teman2 yang saya lupa sebut namanya..

Mereka semua yang saya sebut di atas ini berinteraksi langsung dengan mereka yang membutuhkan. Mereka care dan dengan sigap bertindak setiap saat dibutuhkan. Tanpa memandang agama, tanpa memandang ras, tanpa memandang status

Saya..?
Saya sempat mencoba ikut, tetapi ternyata saya tidak sekuat itu komitmennya.
Ini memang memalukan. Tapi yah.. gimana lagi.. Saya ngga akan menutup-nutupinya. Inilah saya, manusia yang baru bisa berkomitmen tetapi ternyata mempertahankan komitmen tidak semudah kelihatannya.

Tapi saya tahu, setidaknya saya masih bisa melakukan satu hal..Saya masih bisa, setidak-tidaknya,  menyebarluaskan jangkauan tawaran ini..
Btw, jika rekan2 ingin bertindak "sendiri" tidak melalui siapapun, saya rasa Mas Gaw tidak akan keberatan untuk memberikan informasi yang diperlukan.

BR, ari.ams.latoeng


---------- Pesan terusan ----------
Dari: Bayu Gautama <bayugautama@yahoo.com>
Tanggal: 2 Desember 2008 20:26
Subjek: [Forum_Ayah] Sobat, Tolong Bantu Jawab SMS Ini...
- Sembunyikan kutipan teks -

Dalam sepekan ini, saya intensif berkirim pesan singkat dengan Ibu Uun, relawan kemanusiaan di Parung Panjang. Atas jasa ibu Uun inilah, akhirnya kami, para relawan_pelangi memupuk keberanian mengetuk hati para dermawan untuk berbagi cinta Idul Adha di Desa Jagabita, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, tanggal 8 Desember 2008 nanti.

Setelah berkali-kali menyambangi langsung desa yang dimaksud, kami melihat langsung kondisi sebuah desa yang sangat memprihatinkan. Desa Jagabita, hanya satu dari beberapa desa di Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor yang merupakan desa tertinggal. Tingkat perekonomian yang rendah, pendidikan yang carut marut, keterampilan yang minim, dan akses pengetahuan yang terbatas, membuat desa tersebut dikelilingi berbagai problem.

Salah satu problem terbesar adalah kesehatan. Kasus gizi buruk bisa ditemui di banyak rumah-rumah di desa itu, juga beragam penyakit lainnya seperti TBC, kaki gajah, kanker terus menggerogoti kekuatan masyarakat. Mereka sangat miskin dan semakin tak berdaya karena tak memiliki cukup uang untuk biaya ke puskesmas. Kartu Gakin sangat mahal harganya, kadang mereka harus mengeluarkan uang sampai Rp. 350.000,- untuk mendapatkan kartu tersebut. Padahal, untuk ongkos ojek ke puskesmas yang sepuluh ribu saja mereka tak sanggup.

Pekerjaan rata-rata sebagai petani penggarap sawah dan ladang yang bukan milik sendiri. Dengan kondisi demikian, sekolah tak lagi penting buat keluarga miskin disana, bisa makan saja sudah bagus. Maka tak heran, jika ada sekolah yang terbengkalai, madrasah tak terurus, bangunan majelis yang nyaris roboh. Nasib guru pun menambah pilu keterpurukan sebuah komunitas, komunitas tertinggal. Ya, guru mengaji seperti Maryudi yang hanya dibayar Rp. 100,-/minggu per anak. Angka yang bahkan tak pernah dilirik oleh anak-anak kita.

Ibu Uun, adalah sosok perempuan berani yang tak pernah setengah-setengah berbuat untuk kampung yang bukan kampung aslinya. Ia hanya peduli pada urusan kemanusiaan, semangatnya tak pernah kendor meski beberapa kali diteror, didatangi aparat, bahkan diusir dari tempat tinggalnya sendiri. Saya hanya bersimpati melihat perjuangannya, agar ia tak sendiri berjuang untuk desa itu.

"Kalau saya diam saja, tahun ini dan tahun-tahun berikutnya akan banyak anak-anak yang mati pak… mati karena kekurangan gizi," Wanita ini bisa menunjukkan kepada Anda, tentang Ayu yang berusia 12 tahun hanya punya berat badan 10 kg, atau Chairul bocah 8 tahun dengan berat badan 9 kg. Ada juga Resa putri Guru Maryudi, usianya 4 tahun dengan berat badan di bawah 7 kg. Tanya sama bu Uun, berapa banyak lagi anak-anak seperti Chairul, Resa di desa itu, saya yakin Anda tidak akan sanggup mengikuti jejak langkah Ibu itu untuk menyambangi rumah-rumah yang di dalamnya terdapat anak-anak gizi buruk atau warga lain dengan jenis penyakit lainnya.

Memang kegiatan sehari tak menyelesaikan persoalan yang sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Tetapi bergerak dan bergabung dalam aksi nyata, jauh lebih bermanfaat ketimbang sumbang komentar, setidaknya bantulah menyebarkan informasi ini.

Oya, kembali soal pesan singkat (SMS) yang dikirim Ibu Uun dalam sepekan ini, berikut saya kutipkan bunyi SMS-nya:

SMS 1: "Aswr. Pak mau menolong ibu aan gak, tumor tulang parah, sekarang ada di rumah saya. karena diusir sama suaminya, plus dengan anak-anaknya 8 orang"

SMS 2: "Aswr. Mas Gaw, di rumah ada anak yang dibuang sama bapaknya. Umur 7 tahun, cewek, namanya Ipah. Ipah minta disekolahkan. Mas Gaw mau cariin orang tua asuh dong untuk Ipah, tks…"

Hmm… dua SMS dulu ya, bantu saya menjawab SMS-SMS ini. Dalam sembilan bulan terakhir, saya sudah sering menerima SMS semacam ini dari Ibu Uun. Saya minta tolong bukan karena saya lelah, tapi saya ingin berbagi kesempatan, berbagi ladang amal buat saudara-saudara. Terima kasih

Wassalaam
Gaw

a. BCA KCP Cinere No. Rekening :267-106-5401 atas Mohd. Heriyadi Arifin
b. Bank Muamalat Cab. Arthaloka No. 9000-251-877 an Kosirotun
c. BNI Cab. Bekasi No. 001-558-7547 an Kosirotun
d. Mandiri KCP Jkt. Wisma Indosemen : No. 122-000-441-8870 an Kosirotun
(mohon konfirmasi setelah transfer ke nomor 08128510372 dengan Kosirotun, ketik; nama spasi jagabita spasi jumlah)

silahkan lihat semua informasinya di
http://warnaislam.com
http://gawtama.multiply.com


Bayu Gawtama
Life-Sharer
http://bayugawtama.net
087 87 877 1961

Wednesday, November 19, 2008

Makan Apa ?

pesan mas gaw yang saya ambil dari idaarimurtiandfriends

dulu tahun 92, sekelompok mahasiswa kampus kami pernah membuat acara  live in..  boleh percaya boleh tidak, acara itu murni  diusulkan , didanai, dan dilakukan oleh mahasiswa yang baru naik ke tahun kedua :)
tujuan dari live in itu adalah hmm.. gampangnya kayak.. Jika Aku Menjadi.. deh
bedanya, dalam live in, full 3-4 hari berbaur --salah-- "menjadi" bagian dari keluarga yang sebelumnya tidak kiat kenal dan tidak terbayang seperti apa kehidupannya itu.. mencoba melihat situasi dari kacamata orang lain, yang mungkin sekali lebih berkekurangan dibanding kita (kalo pun justru kita yang lebih kekurangan, setidaknya situasi dan kondisi untuk mengambil keputusan, dan atau caranya, masak sih ya 100% sama persis dengan yang kita alami, tha ?)

saya sendiri, saat itu pertama kali dalam hidup saya makan tiwul.. ( bukan nasi aking ! suwer, bukan nasi aking..! ). kali pertama sih rasanya eksotis.. gilaaa, guwa makan tiwul, jek.. siangnya ketemu tiwul lagi, malamnya ketemu tiwul lagi..
mulailah saya merasa heran akan kedayatahanan keluarga baru saya. ternyata kuncinya adalah mensyukuri nikmat-Nya, teman-teman.. keluarga ini menyikapi segala hal sebagai anugerah Tuhan.

itu dari satu sisi. di sisi lain, saat itu saya merasa ingin sekali membelikan mereka sesuatu, yang meski pun mungkin saya mampunya cuma membelikan sekali, tapi insya Allah lebih baik dari yang biasanya mereka makan.. tidak sekedar perbaikan gizi, lha wong cuman sekali.. tapi itu adalah wujud kepedulian yang pasti bisa mereka rasakan juga.
pikiran saya simpel, jika tiwul saja mereka syukuri seperti itu.. bagaimana jika yang terhidang itu tongseng  kambing--misalnya-- ?

untuk membeli sesuatu itu..saat itu saya gagal, teman-teman.. bukan apa-apa, lha anu.. waktu itu saya bodho banget (sampe sekarang masih, sih..) tidak kepikiran oleh saya pinjam kendaraan rekan saya sebentar ke kota (rada) besar terdekat..
tapi ya emang ga kepikiran, abis gimana yah.. to be jujurly ya, saya baru bisa naik motor itu ya setelah itu.. dari situlah saya tahu uenaknya naik motor --dan keterusan, sampe sekarang..

kali ini ada tawaran serupa. (bukan tawaran naik motor, mas.. suwer deh..) bagaimana jika kita sekali2 berbagi rasa syukur dengan kawan-kawan ini ?
bukan berarti mereka belum bersyukur..
pikiran saya simpel, selain mereka mestinya akan --mudah2an-- jadi merasa tidak dipinggirkan --ada yang perhatian, gitu loh--...... kalo buat saya, belajar berbagi begini sebenarnya baik buat saya, sebab dengan demikian saya juga belajar bersyukur..

bagaimana dengan teman-teman ?

BR, ari.ams
 

---------- Forwarded message ----------
From: bayugautama 
Date: 2008/11/19
Subject: Makan Apa?
 
Waktu saya kecil, ada sebuah permainan kelompok dengan cara bernyanyi yang judulnya "Sedang Apa?". Dimainkan oleh dua kelompok anak yang dimulai dengan pertanyaan "sedang apa?" kemudian dijawab oleh kelompok kedua misalnya, "sedang makan, sekarang makan apa, makan apa sekarang?" Masih ingat dengan permainan ini?

Saya tidak tahu apakah saat ini permainan yang cukup menggali kreativitas anak ini masih disukai anak-anak atau tidak, masih diajarkan guru-guru di sekolah atau tidak. Tapi dugaan saya, masih ada sekolah-sekolah yang mengajarkannya kepada para muridnya. Namun saya tidak sedang ingin membahas kreativitas permainan tersebut, melainkan hal lain.

Seandainya pertanyaan "makan apa?" itu disodorkan kepada Chairul, 7 tahun, bocah penderita gizi buruk di Desa Jagabita, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, sudah bisa dipastikan ada tiga jawaban; "nasi", "kerupuk" atau "nggak makan".

Irul, anak yang sudah ditinggal `kabur' ayahnya sejak ia berumur kurang dari tiga tahun itu hanya berbobot 13,5 kg. Anak lain seusianya yang tumbuh sehat dan normal memiliki berat badan berkisar 25 – 30 kg, bahkan ada yang lebih dari itu. Dari angka tersebut, jelas Irul tidak normal. Perutnya buncit dengan tulang-tulang iga dan pangkal lengan yang menonjol, wajah pucat, mata yang kosong, diduga anak ini menderita gizi buruk.

Irul hanyalah contoh potret sebagian anak negeri ini, anak-anak yang tidak punya pilihan untuk makan. Kalau pun ada, pilihannya hanya dua, makan seadanya atau tidak makan sama sekali. Jangan membayangkan "makan seadanya" itu seperti di meja makan kita, "seadanya" itu bisa berarti ada sayur, ada ayam, tahu, tempe, sambal, ada juga telur. Namun "makan seadanya" di rumah Irul itu ya hanya nasi tanpa pelengkap, atau adanya singkong, bahkan tidak ada apa-apa.

Tidak sedikit orang tua yang kebingungan urusan makan ini. Ada anak-anak di luar sana yang mau makan saja susah, berbeda dengan anak-anak lainnya yang susah disuruh makan. Hampir mirip sih, yang di luar mau makan susah, sedangkan anak-anak lainnya disuruh makan susah.
Sama-sama susah dan sama-sama bikin bingung orang tua. Yang satu bingung anaknya makan apa karena tidak ada apa-apa, yang lain bingung membujuk agar anaknya mau makan, sampai-sampai apapun akan disediakan.

Ide menarik, sesekali ajaklah anak-anak kita yang sering susah disuruh makan itu untuk bertemu dengan anak-anak yang kurus kering perut buncit yang mau makan tapi sering tidak punya apa-apa untuk dimakan. Entah mereka akan mengerti atau tidak, setidaknya mereka mulai ditunjukkan pada lingkungan yang jauh dari yang sehari-hari dilihatnya. Bahwa mereka semestinya bersyukur masih bisa bertemu makanan lezat setiap hari, ketimbang anak-anak lain yang tak seberuntung dirinya. Kalau pun anak-anak masih terlalu kecil untuk mengambil pelajaran dari kenyataan itu, mungkin orang tuanya yang bisa belajar bersyukur dan berbagi.

Memang kasus gizi buruk tak semata karena faktor kemiskinan. Tradisi dan minimnya pengetahuan tentang makanan murah dan bergizi pada masyarakat kita pun mempengaruhi kondisi tersebut. Tetapi jelas kemiskinan menjadi penyebab utama terjadinya kasus gizi buruk dan busung lapar di berbagai daerah, sebuah kenyataan yang dulu hanya kita lihat terjadi di negeri lain.

Teman saya pernah berpesan, "kalau cangkir kepenuhan saat menuang teh dari teko, tuangkan ke cangkir yang lain. Mubazir kalau sampai luber dan tumpah ke meja". (gaw)

-----------------------

Relawan Pelangi, Portal Warnaislam.com, Komunitas MPers (Multiplyers),
Komunitas My Quran, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), Remaja Masjid
Attin, YISC Al Azhar, mengajak Anda bersama-sama bahu membahu
membuktikan cinta, dengan mengadakan bakti sosial di Desa Jagabita,
Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Kegiatannya berupa layanan
kesehatan, perbaikan madrasah dan bangunan majelis ta'lim serta
pemotongan hewan kurban pada saat hari raya Idul Adha nanti. Kegiatan
akan dilangsungkan pada hari raya Idul Adha tahun ini, tanggal 8
Desember 2008 usai sholat Id.

Informasi kegiatan hubungi :
Gaw 0852 190 68581
Balisdjadi 0813 999 80000

- BCA KCP Cinere No. Rekening :267-106-5401 atas Mohd. Heriyadi Arifin
- Bank Muamalat Cab. Arthaloka No. 9000-251-877 an Kosirotun
- BNI Cab. Bekasi No. 001-558-7547 an Kosirotun
- Mandiri KCP Jkt. Wisma Indosemen : No. 122-000-441-8870 an Kosirotun

Mohon konfirmasi ke nomor 08128510372 (Kosi), ketik: nama spasi
jagabita spasi jumlah donasi

Friday, November 7, 2008

YUSUF MANSUR VS SEKURITI POM BENSIN

as.wr.wb,

subhanaLlah
Insya Allah, ini kisah nyata
meneruskan dari kawan

was.wr.wb,
ari.ams


---------- Pesan terusan ----------
Dari: Daniman, Ardi
Tanggal: 6 November 2008 16:19
Subjek: FW: YUSUF MANSUR VS SEKURITI POM BENSIN 

-fwd-

Semoga bermanfaat


From: Indajani, Ina

Sent: 06 Nopember 2008 16:01
Subject: FW: YUSUF MANSUR VS SEKURITI POM BENSIN

-----Original Message-----
From: Erika, Ade Chika
Sent: Thursday, November 06, 2008 11:00 AM
Subject: FW: YUSUF MANSUR VS SEKURITI POM BENSIN

 

Ini ada cerita ringan, dialog antara Ust. Yusuf Mansur dengan Security POM Bensin

Agak panjang, tapi percaya deh enak kok dibacanya ….

SEMOGA BERMANFAAT

 

Banyak yang mau berubah,
tapi memilih jalan mundur.

Andakah orangnya?


Satu hari saya jalan melintas di satu daerah.. Tetidur di dalam mobil. Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya pesen ke supir saya: "Nanti di depan ke kiri ya".
"Masih banyak, Pak Ustadz".
Saya paham. Supir saya mengira saya pengen beli bensin. Padahal bukan. Saya pengen pipis.
Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti. "PakUstadz!". Dari jauh ia melambai dan mendekati saya.
Saya menghentikan langkah. Menunggu beliau.
"Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan hanya melihat di TV saja…". Saya senyum aja. Ga ke-geeran, insya Allah, he he he.
"Saya ke toilet dulu ya".
"Nanti saya pengen ngobrol boleh Ustadz?"
"Saya buru-buru loh. Tentang apaan sih?"
"Saya bosen jadi satpam Pak Ustadz".
Sejurus kemudian saya sadar, ini Allah pasti yang "berhentiin" saya. Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun pengen pipis. Eh nemu pom bensin. Akhirnya ketemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya kudu bicara dengan dia. Sekuriti ini barangkali "target operasi" dakwah hari ini. Bukan jadwal setelah ini. Begitu pikir saya.
Saya katakan pada sekuriti yang mulia ini, "Ok, ntar habis dari toilet ya".

***

"Jadi, pegimana? Bosen jadi satpam? Emangnya ga gajian?", tanya saya membuka percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada minimart nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan.
"Gaji mah ada Ustadz. Tapi masa gini-gini aja?"
"Gini-gini aja itu, kalo ibadahnya gitu-gitu aja, ya emang udah begitu. Distel kayak apa juga, agak susah buat ngerubahnya".
"Wah, ustadz langsung nembak aja nih".
Saya meminta maaf kepada sekuriti ini umpama ada perkataan saya yang salah. Tapi umumnya begitu lah manusia. Rizki mah mau banyak, tapi sama Allah ga mau mendekat. Rizki mah mau nambah, tapi ibadah dari dulu ya begitu-begitu saja.
"Udah shalat ashar?"
"Barusan Pak Ustadz. Soalnya kita kan tugas. Tugas juga kan ibadah, iya ga? Ya saya pikir sama saja".
"Oh, jadi ga apa-apa telat ya? Karena situ pikir kerja situ adalah juga ibadah?"
Sekuriti itu senyum aja.
Disebut jujur mengatakan itu, bisa ya bisa tidak. Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar menganggap kerjaannya ibadah, tapi bisa juga ga. Cuma sebatas omongan doangan. Lagian, kalo nganggap kerjaan-kerjaan kita ibadah, apa yang kita lakukan di dunia ini juga ibadah, kalau kita niatkan sebagai ibadah. Tapi, itu ada syaratnya. Apa syaratnya? Yakni kalau ibadah wajibnya, tetap nomor satu. Kalau ibadah wajibnya nomor tujuh belas, ya disebut bohong dah tuh kerjaan adalah ibadah. Misalnya lagi, kita niatkan usaha kita sebagai ibadah, boleh ga? Bagus malah. Bukan hanya boleh. Tapi kemudian kita menerima tamu sementara Allah datang. Artinya kita menerima tamu pas waktu shalat datang, dan kemudian kita abaikan shalat, kita abaikan Allah, maka yang demikian masihkah pantas disebut usaha kita adalah ibadah? Apalagi kalau kemudian hasil kerjaan dan hasil usaha, buat Allah nya lebih sedikit ketimbang buat kebutuhan-kebutuhan kita. Kayaknya perlu dipikirin lagi tuh sebutan-sebutan ibadah.
"Disebut barusan itu maksudnya jam setengah limaan ya? Saya kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini", saya mengejar.
"Ya, kurang lebih dah".
Saya mengingat diri saya dulu yang dikoreksi oleh seorang faqih, seorang 'alim, bahwa shalat itu kudu tepat waktu. Di awal waktu. Tiada disebut perhatian sama Yang Memberi Rizki bila shalatnya tidak tepat waktu. Aqimish shalaata lidzikrii, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Lalu, kita bersantai-santai dalam mendirikan shalat. Entar-entaran. Itu kan jadi sama saja dengan mengentar-entarkan mengingat Allah. Maka lalu saya ingatkan sekuriti yang entahlah saya merasa he is the man yang Allah sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya.
"Gini ya Kang. Kalo situ shalatnya jam setengah lima, memang untuk mengejar ketertinggalan dunia saja, jauh tuh. Butuh perjalanan satu setengah jam andai ashar ini kayak sekarang, jam tiga kurang dikit. Bila dalam sehari semalam kita shalat telat terus, dan kemudian dikalikan sejak akil baligh, sejak diwajibkan shalat, kita telat terus, maka berapa jarak ketertinggalan kita tuh? 5x satu setengah jam, lalu dikali sekian hari dalam sebulan, dan sekian bulan dalam setahun, dan dikali lagi sekian tahun kita telat. Itu baru telat saja, belum kalo ketinggalan atau kelupaan, atau yang lebih bahayanya lagi kalau bener-benar lewat tuh shalat? Wuah, makin jauh saja mestinya kita dari senang".

Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, percakapan ini kurang lebih begitu. Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya omongin. Dari raut mukanya, nampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga saudara-saudara ya? He he he. Belagu ya saya? Masa omongan cetek begini kudu nanya paham apa engga sama lawan bicara?
Saya katakan pada dia. Jika dia alumni SMU, yang selama ini telat shalatnya, maka kawan-kawan selitingnya mah udah di mana, dia masih seperti diam di tempat. Bila seseorang membuka usaha, lalu ada lagi yang buka usaha, sementara yang satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit usahanya, bisa jadi sebab ibadah yang satu itu bagus sedang yang lain tidak.
Dan saya mengingatkan kepada peserta KuliahOnline untuk tidak menggunakan mata telanjang untuk mengukur kenapa si Fulan tidak shalat, dan cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan yang satu yang rajin shalat dan banyak kebaikannya, lalu hidupnya susah. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini cukup kompleks. Tapi bisa diurai satu satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa kehidupan yang cair dan dekat dengan fakta. Insya Allah ada waktunya pembahasan yang demikian.
Kembali kepada si sekuriti, saya tanya, "Terus, mau berubah?"
"Mau Pak Ustadz. Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalo ga serius?"
"Ya udah, deketin Allah dah. Ngebut ke Allah nya".
"Ngebut gimana?"
"Satu, benahin shalatnya. Jangan setengah lima-an lagi shalat asharnya. Pantangan telat. Buru tuh rizki dengan kita yang datang menjemput Allah. Jangan sampe keduluan Allah".
Si sekuriti mengaku mengerti, bahwa maksudnya, sebelum azan udah standby di atas sajadah. Kita ini pengen rizkinya Allah, tapi ga kenal sama Yang Bagi-bagiin rizki. Contohnya ya pekerja-pekerja di tanah air ini.. Kan aneh. Dia pada kerja supaya dapat gaji. Dan gaji itu rizki. Tapi giliran Allah memanggil, sedang Allah lah Tuhan yang sejatinya menjadikan seseorang bekerja, malah kelakuannya seperti ga menghargai Allah. Nemuin klien, rapih, wangi, dan persiapannya masya Allah. Eh, giliran ketemu Allah, amit-amit pakaiannya, ga ada persiapan, dan tidak segan-segan menunjukkan wajah dan fisik lelahnya. Ini namanya ga kenal sama Allah.
"Yang kedua," saya teruskan. "Yang kedua, keluarin sedekahnya".
Saya inget betul. Sekuriti itu tertawa. "Pak Ustadz,  pegimana mau sedekah, hari gini aja nih, udah pada habis belanjaan. Hutang di warung juga terpaksa dibuka lagi,. Alias udah mulai ngambil dulu bayar belakangan".
"Ah, ente nya aja kali yang kebanyakan beban. Emang gajinya berapa?"
"Satu koma tujuh, Pak ustadz".
"Wuah, itu mah gede banget. Maaf ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang sering sebut orang kecil, itu udah gede".
"Yah, pan kudu bayar motor, bayar kontrakan, bayar susu anak, bayar ini bayar itu. Emang ga cukup Pak ustadz".
"Itu kerja bisa gede, emang udah lama kerjanya?"
"Kerjanya sih udah tujuh taon. Tapi gede gaji bukan karena udah lama kerjanya. Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, ustadz".
"Koq bisa?"
"Ya, sebab saya tinggal di mess. Jadi dihitung sama bos pegimana gitu sampe ketemu angka 1,7jt".
"Terus, kenapa masih kurang?"
"Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak".
"Secara dunianya, lepas aja itu tanggungan. Kayak motor. Ngapain juga ente kredit motor? Kan ga perlu?"
"Pengen kayak orang-orang Pak Ustadz".
"Ya susah kalo begitu mah. Pengen kayak orang-orang, motornya. Bukan ilmu dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot".
Sekuriti ini nyengir. Emang ini motor kalo dilepas, dia punya 900 ribu. Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu. Ga jelas tuh darimana dia nutupin kebutuhan dia yang lain. Kontrakan saja sudah 450 ribu sama air dan listrik. Kalo ngelihat keuangan model begini, ya nombok dah jadinya.
"Ya udah, udah keterlanjuran ya? Ok. Shalatnya gimana? Mau diubah?"
"Mau Ustadz. Saya benahin dah".
"Bareng sama istri ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat sendal, lakukan berdua. Makin cakep kalo anak-anak juga dikerahin.. Ikutan semuanya ngebenahin shalat".
"Siap ustadz".
"Tapi sedekahnya tetap kudu loh".
"Yah Ustadz. Kan saya udah bilang, ga ada".
"Sedekahin aja motornya. Kalo engga apa keq".
"Jangan Ustadz. Saya sayang-sayang ini motor. Susah lagi belinya. Tabungan juga ga ada. Emas juga ga punya".

Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia. Tapi saya akan cari terus. Sebab tanggung. Kalo dia hanya betulin shalatnya saja, tapi sedekahnya tetap ga keluar, lama keajaiban itu akan muncul. Setidaknya menurut ilmu yang saya dapat. Kecuali Allah berkehendak lain. Ya lain soal itu mah.
Sebentar kemudian saya bilang sama ini sekuriti, "Kang, kalo saya unjukin bahwa situ bisa sedekah, yang besar lagi sedekahnya, situ mau percaya?". Si sekuriti mengangguk. "Ok, kalo sudah saya tunjukkan, mau ngejalanin?". Sekuriti ini ngangguk lagi. "Selama saya bisa, saya akan jalanin," katanya, manteb.
"Gajian bulan depan masih ada ga?"
"Masih. Kan belum bisa diambil?"
"Bisa. Dicoba dulu".
"Entar bulan depan saya hidup pegimana?"
"Yakin ga sama Allah?"
"Yakin".
"Ya kalo yakin, titik. Jangan koma. Jangan pake kalau".
Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon. Untuk sedekah. Sedapetnya. Tapi usahakan semua. Supaya bisa signifikan besaran sedekahnya. Sehingga perubahannya berasa. Dia janji akan ngebenahin mati-matian shalatnya. Trmasuk dia akan polin shalat taubatnya, shalat hajatnya, shalat dhuha dan tahajjudnya. Dia juga janji akan rajinin di waktu senggang untuk baca al Qur'an. Perasaan udah lama banget dia emang ga lari kepada Allah. Shalat Jum'at aja nunggu komat, sebab dia sekuriti. Wah, susah dah. Dan itu dia aminin. Itulah barangkali yang sudah membuat Allah mengunci mati dirinya hanya menjadi sekuriti sekian tahun, padahal dia Sarjana Akuntansi!

Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi. Pantesan juga dia ga betah dengan posisinya sebagai sekuriti. Ga kena di hati. Ga sesuai sama rencana. Tapi ya begitu dah hidup.. Apa boleh buta, eh, apa boleh buat. Yang penting kerja dan ada gajinya.
Bagi saya sendiri, ga mengapa punya banyak keinginan. Asal keinginan itu keinginan yang diperbolehkan, masih dalam batas-batas wajar. Dan ga apa-apa juga memimpikan sesuatu yang belom kesampaian sama kita. Asal apa? Asal kita barengin dengan peningkatan ibadah kita. Kayak sekarang ini, biarin aja harga barang pada naik. Ga usah kuatir. Ancem aja diri, agar mau menambah ibadah-ibadahnya. Jangan malah berleha-leha. Akhirnya hidup kemakan dengan tingginya harga,. Ga kebagian.

***

Sekuriti ini kemudian maju ke atasannya, mau kasbon. Ketika ditanya buat apa? Dia nyengir ga jawab. Tapi ketika ditanya berapa? Dia jawab, Pol. Satu koma tujuh. Semuanya.
"Mana bisa?" kata komandannya.
"Ya Pak, saya kan ga pernah kasbon. Ga pernah berani. Baru ini saya berani".
Komandannya terus mengejar, buat apa? Akhirnya mau ga mau sekuriti ini jawab dengan menceritakan pertemuannya dengan saya.

Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk ketemu langsung sama ownernya ini pom bensin.. Katanya, kalau pake jalur formal, dapet kasbonan 30% aja belum tentu lolos cepet. Alhamdulillah, bos besarnya menyetujui. Sebab komandannya ini ikutan merayu, "Buat sedekah katanya Pak", begitu kata komandannya.
Subhaanallaah, satu pom bensin itu menyaksikan perubahan ini. Sebab cerita si sekuriti ini sama komandannya, yang merupakan kisah pertemuannya dengan saya, menjadi kisah yang dinanti the end story nya. Termasuk dinanti oleh bos nya.
"Kita coba lihat, berubah ga tuh si sekuriti nasibnya", begitu lah pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa si sekuriti ini ingin berubah bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah.

Hari demi hari, sekuriti ini dilihat sama kawan-kawannya rajin betul shalatnya. Tepat waktu terus. Dan lumayan istiqamah ibadah-ibadah sunnahnya. Bos nya yang mengetahui hal ini, senang. Sebab tempat kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh begini. Apalagi kenyataannya si sekuriti ga mengurangi kedisiplinan kerjaannya.. Malah tambah cerah muka nya.
Sekuriti ini mengaku dia cerah, sebab dia menunggu janjinya Allah. Dan dia tahu janji Allah pastilah datang. Begitu katanya, menantang ledekan kawan-kawannya yang pada mau ikutan rajin shalat dan sedekah, asal dengan catatan dia berhasil dulu.
Saya ketawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa, saya demen ama yang begini. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal diam. Dan barangkali akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si sekuriti. Supaya benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang belum punya iman. Dan saya pun tersenyum dengan keadaan ini, sebab Allah pasti tidak akan mempermalukannya juga, sebagaimana Allah tidak akan mempermalukan si sekuriti.
Suatu hari bos nya pernah berkata, "Kita lihatin nih dia. Kalo dia ga kasbon saja, berarti dia berhasil. Tapi kalo dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal. Sebab buat apa sedekah 1 bulan gaji di depan yang diambil di muka, kalau kemudian kas bon. Percuma".
Tapi subhaanallah, sampe akhir bulan berikutnya, si sekuriti ini ga kasbon.
Berhasil kah?
Tunggu dulu. Kawan-kawannya ini ga melihat motor besarnya lagi. Jadi, tidak kasbonnya dia ini, sebab kata mereka barangkali aman sebab jual motor. Bukan dari keajaiban mendekati Allah.
Saatnya ngumpul dengan si bos, ditanyalah si sekuriti ini sesuatu urusan yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya.
"Bener nih, ga kasbon? Udah akhir bulan loh. Yang lain bakalan gajian. Sedang situ kan udah diambil bulan kemaren".
Sekuriti ini bilang tadinya sih dia udah siap-siap emang mau kasbon kalo ampe pertengahan bulan ini ga ada tanda-tanda. Tapi kemudian cerita si sekuriti ini benar-benar bikin bengong orang pada.
Sebab apa? Sebab kata si sekuriti, pasca dia benahin shalatnya, dan dia sedekah besar yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya, yakni hidupnya di bulan depan yang dia pertaruhkan, trjadi keajaiban. Di kampung, ada transaksi tanah, yang melibatkan dirinya. Padahal dirinya ga trlibat secara fisik. Sekedar memediasi saja lewat sms ke pembeli dan penjual. Katanya, dari transaksi ini, Allah persis mengganti 10x lipat. Bahkan lebih. Dia sedekah 1,7jt gajinya. Tapi Allah mengaruniainya komisi penjualan tanah di kampungnya sebesar 17,5jt. Dan itu trjadi begitu cepat. Sampe-sampe bulan kemaren juga belum selesai. Masih tanggalan bulan kemaren, belum berganti bulan.
Kata si sekuriti, sadar kekuatannya ampe kayak gitu, akhirnya dia malu sama Allah. Motornya yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual! Uangnya melek-melek buat sedekah. Tuh motor dia pake buat ngeberangkatin satu-satunya ibunya yang masih hidup. Subhaanallaah kan? Itu jual motor, kurang. Sebab itu motor dijual cepat harganya ga nyampe 13 juta. Tapi dia tambahin 12 juta dari 17jt uang cash yang dia punya. Sehingga ibunya punya 25 juta. Tambahannya dari simpenan ibunya sendiri.
Si sekuriti masih bercerita, bahwa dia merasa aman dengan uang 5 juta lebihan transaksi. Dan dia merasa ga perlu lagi motor. Dengan uang ini, ia aman. Ga perlu kasbon.

Mendadak si bos itu yang kagum. Dia lalu kumpulin semua karyawannya, dan menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan yang dilaluinya selama 1 bulan setengah ini.
Apakah cukup sampe di situ perubahan yang trjadi pada diri si sekuriti?
Engga. Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut sebagai sarjana S1 Akuntansi. Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner yang lain, dan dijadikan staff keuangan di sana. Masya Allah, masya Allah, masya Allah. Berubah, berubah, berubah.

Saudara-saudaraku sekalian.. Cerita ini bukan sekedar cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja. Tapi soal tauhid. soal keyakinan dan iman seseorang kepada Allah, Tuhannya. Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia hingga mampu berbuat sesuatu. Tauhid yang menggerakkan! Begitu saya mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah. Dan dia baru sedikit mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini dipake sama dia, dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat perubahan dirinya, buat perubahan hidupnya.
Subhaanallaah, masya Allah.

Dan lihat juga cerita ini, seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar sebagai pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita ini? Kayaknya kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan lebih dikenang sebagai sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali lagi pada rutinitas dunia.
Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi manusia-manusia pembelajar.

Pertanyaan ini juga layak juga diajukan kepada Peserta KuliahOnline yang saat ini mengikuti esai ini? Apa yang ada di benak Saudara? Biasa sajakah? Atau mau bertanya, siapa sekuriti ini yang dimaksud? Di mana pom bensinnya? Bisa kah kita bertemu dengan orang aslinya? Berdoa saja. Sebab kenyataannya juga buat saya tidak gampang menghadirkan testimoni aslinya. Semua orang punya prinsip hidup yang berbeda. Di antara semua peserta KuliahOnline saja ada yang insya Allah saya yakin mengalami keajaiban-keajaiban dalam hidup ini. Sebagiannya memilih diam saja, dan sebagiannya lagi memilih menceritakan ini kepada satu dua orang saja, dan hanya orang-orang tertentu saja yang memilih untuk benar-benar terbuka untuk dicontoh. Dan memang bukan apa-apa, ketika sudah dipublish, memang tidak gampang buat seseorang menempatkan dirinya untuk menjadi contoh.
Yang lebih penting buat kita sekarang ini, bagaimana kemudian kisah ini mengisnpirasikan kita semua untuk kemudian sama-sama mencontoh saja kisah ini. Kita ngebut sengebut2nya menuju Allah. Yang merasa dosanya banyak, sudah, jangan terus-terusan meratapi dosanya. Kejar saja ampunan Allah dengan memperbanyak taubat dan istighfar, lalu mengejarnya dengan amal saleh. Persis seeperti yang kemaren-kemaren juga dijadikan statement esai penutup.

Kepada Allah semua kebenaran dan niat dikembalikan. Salam saya buat keluarga dan kawan-kawan di sekeliling saudara semua. Saya merapihkan tulisan ini di halaman parkir rumah sakit Harapan Kita.. Masih di dalam mobil. Sambil menunggu dunia terang. Insya Allah hari ini bayi saya, Muhammad Yusuf al Haafidz akan pulang ke rumah untuk yang pertama kalinya. Terima kasih banyak atas doa-doanya dan perhatiannya. Mudah-mudahan allah membalas amal baik saudara semua.

Dari semalam saya tulis esai ini. Tapi rampungnya sedikit sedikit. Ini juga tadinya bukan esai sekuriti ini yang mau saya jadikan tulisan. Tapi ya Allah jugalah yang menggerakkan tangan ini menulis.

Semalam, file yang dibuka adalah tentang langkah konkrit untuk berubah. Lalu saya lampirkan kalimat pendahuluan. Siapa sangka, kalimat pendahuluan ini saja sudah 10 halaman, hampipr 11 halaman. Saya pikir, esai ini saja sudah kepanjangan. Jadi, ya sampe ketemu dah di esai berikutnya. Saya berhutang banyak kepada saudara semua.. Di antaranya, saya jadi ikut belajar.

Semalam saya ikutan tarawih di pesantren Daarul Qur'an internasional. Sebuah pesantren yang dikemas secara modern dan internasional. Tapi tarawihnya dijejek 1 juz sekali tarawih. Masya Allah, semua yang terlibat, terlihat menikmati. Ga makmumnya, ga imam-imamnya, ga para tamu dan wali santri yang ikut. Semua menikmati. Jika ada di antara peserta KuliahOnline yang pengen ikutan tarawih 1 juz ini, silahkan datang saja langsung ya. Insya Allah saya usahakan ada. Sebab saya juga kebagian menjadi salah satu imam jaganya. Ya, kondisi-kondisi begini yang saya demen. Saya kurangin jadwal, tapi masih tetep bisa ngajar lewat KuliahOnline ini. Dan saya masih sempet mengkader ustadz-ustadz muda untuk diperjalankan ke seantero negeri. Sementara saya akhirnya bisa mendampingi para santri dan guru-guru memimpin dan mengembangkan pesantren Daarul Qur'an ini.

Ok, kelihatannya matahari sudah mulai kelihatan. Saya baru pulang juga langsung dari TPI. Siaran langsung jam 5 ba'da shubuh tadi. Istri saya meluncurnya dari rumah. Doakan keluarga kami ya. Saya juga tiada henti mendoakan saudara dan jamaah semua


Thursday, November 6, 2008

Kemenangan Obama dan Kepentingan Indonesia

Ini tulisan kawan Bina Yumanto tentang Obama

Selain yang sudah disebutkan di bawah, Bagi saya, kemenangan Obama menyiratkan harapan perubahan paradigma (mudah2an demikian :) dari USA yang main bombardir dulu dan minta maaf belakangan bahwa tuduhannya salah (dasar anak kecil sok jagoan ;p) menjadi rekan yang mencoba lebih paham dan lebih mencoba untuk belajar hidup sama-sama.
Juga bagi saya, Obama seperti "jalan keluar" (mudah2an begitu) buat ekonomi amerika.. kalo ekonomi amerika pulih, minimal eksportir dan pedagang/petani/perajin kita kembali mendapatkan pasarnya :) sukur2 kalo nular perbaikannya ke Indo.. yah agak lebih dari minimal tuh ya minyak stabil di USD 60 / barrel dan USD stabil di IDR 2,500 lah  *halah*sambil menghindari timpukan rekan2 yang incomenya USD*

udah ah.. mengko ndak tambah kethok nek aku bodho bianget ;p

BR, ari.ams
PS: emang ada yah KPP Kidzania ? ;p

http://www.facebook.com/note.php?note_id=47131290357&ref=nf&

Bina Yumanto's Notes


Kemenangan Obama dan Kepentingan Indonesia


Mungkin banyak dari kita Warga Indonesia ikut gembira dan merasakan kemenangan yang sama saat Senator Barrack Obama memenangi Pemilu Amerika Serikat. Sebagian besar merasa bahagia dan bangga karena Obama pernah tinggal dan bersekolah di Indonesia. Sebagian lagi (termasuk saya) merasakan semangat egaliter dan persamaan hak, tanpa memandang perbedaan ras, warna kulit, suku dan agama, sehingga semboyan E Pluribus Unum yang artinya kurang lebih sama dengan Bhineka Tunggal Ika benar-benar diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, menarik menyimak analisis dari Dewi Fortuna Anwar di Harian Kompas, 3 November 2008 (kalau tidak salah). Memang benar bahwa Partai Demokrat didukung oleh kalangan aktivis lingkungan, aktivis hak asasi manusia dan aktivis-aktivis NGO lainnya. Hal ini banyak berdampak pada kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang cenderung mengedapankan (kalau tidak boleh disebut mencampuri urusan dalam negeri negara lain) isu-isu lingkungan hidup, kelestarian alam, hak asasi manusia dan demokrasi. Kebijakan tersebut tentu saja dapat mempengaruhi ekspor hasil alam Indonesia, kebijakan dan kerjasama Militer, Hankam dan Demokrasi di Indonesia.

Sedangkan banyak perusahaan besar AS, terutama di bidang pertambangan dan energi adalah pendukung Partai Republik. Sehingga kebijakan luar negeri AS ketika dipimpin oleh Partai Republik adalah bagaimana memperoleh akses kepada sumber-sumber ekonomi di seluruh dunia, baik dengan cara damai maupun perang. Partai Republik juga tidak terlalu pusing dengan penerapan Demokrasi dan HAM di negara-negara lain, sepanjang masih mendapat akses ekonomi yang menguntungkan.

Dari analisa DFA tersebut juga didapat fakta bahwa pemerintah Orba eksis sebagian besar (kebetulan?) pada saat AS dipimpin Partai Republik, dan Pak Harto tumbang pada saat Presiden Bill Clinton (Partai Demokrat) memimpin AS. Demikian pula sejak itu Indonesia dirundung embargo ekonomi dan militer yang bahkan baru mulai lepas pada saat kepemimpinan Presiden George W Bush dari Partai Republik.

Kita sebagai bangsa yang mandiri harus mampu mengambil hikmah dan manfaat dari perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat, tentunya dalm hal-hal yang dapat semakin menguntungkan rakyat dan bangsa Indonesia seperti perbaikan dan konservasi lingkungan hidup, pengelolaan sumber daya alam secara bijak, penghematan energi, peningkatan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Pemimpin Indonesia harus mengelola hubungan luar negeri RI - AS untuk sebesar-besar kepentingan bangsa dengan melihat politik LN yang akan dikembangkan oleh Presiden Barrack Obama dari Partai Demokrat yang mengedepankan sifat-sifat di atas.

Satu pertanyaan yang tersisa di hati kecil saya : apakah jika negosiasi blok Cepu dilakukan di era Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat seperti Barrack Obama, apakah pengelolaannya akan jatuh ke tangan bangsa Indonesia sendiri?
Satu hal yang pasti, mulai sekarang semestinya siapapun Presiden Amerika Serikat, Apapun Partainya, kita sendiri, bangsa Indonesia yang menentukan nasib bangsa Indonesia. Bukan Obama, Bukan George W Bush, Bukan Republik bukan Pula Demokrat.

Kita Untung Bangsa (Indonesia) untung...

Bina Yumanto
Sent from my Strawberry powerred by Nasi Pecel

Friday, October 31, 2008

Kemenangan Obama Bagus bagi Indonesia?

URL link http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/31/10023283/kemenangan.obama.bagus.bagi.indonesia

/Home/Internasional/Road to White House
Kemenangan Obama Bagus bagi Indonesia?
 
Jumat, 31 Oktober 2008 | 10:02 WIB

Oleh Bara Hasibuan

Pemilihan Presiden Amerika Serikat kali ini dinantikan dengan antusiasme tinggi oleh banyak kalangan di Indonesia. Antusiasme itu sangat beralasan. Belum pernah terjadi sebelumnya seseorang yang memiliki hubungan historis yang begitu kuat dengan Indonesia menjadi kandidat salah satu partai dan bahkan mempunyai kans yang sangat besar untuk menang.

Banyak kalangan di Indonesia juga menyimpulkan bahwa jika Barack Obama benar-benar terpilih menjadi Presiden AS, secara otomatis hubungan bilateral Indonesia dan AS akan berubah secara dramatis, dalam arti lebih dekat dan menguntungkan Indonesia.

Namun, betulkan begitu? Apakah hanya karena Obama pernah tinggal di Indonesia selama beberapa tahun semasa kecilnya, maka sebagai presiden, ia akan memberikan perhatian ekstra terhadap Indonesia? Satu hal yang pasti, kebijakan luar negeri bukan ditentukan oleh romantisme, melainkan prioritas dan kepentingan strategis.

Masalahnya kita tidak bisa menduga sampai seberapa strategis Indonesia bagi Obama karena Indonesia sebagai isu tidak pernah sekali pun disinggung selama masa kampanye, baik itu di dalam debat maupun pidato. Di dalam sebuah pidato kebijakan luar negeri yang paling komprehensif yang disampaikan Obama tahun lalu di Chicago, Indonesia hanya disinggung satu kali dan itu pun bukan di dalam konteks kepentingan strategis AS.

Rencana kebijakan luar negeri Obama, seperti yang tercantum di dalam situs web kampanyenya, hanya menyatakan bahwa ia akan seek new partnerships in Asia (mencari kerja sama-kerja sama baru di Asia) tanpa menyebutkan secara spesifik negara-negara mana saja di Asia yang akan diberikan prioritas baru.

Satu-satunya referensi serius yang Obama pernah kemukakan mengenai Indonesia adalah dalam konteks masa kecilnya yang ia pernah habiskan di negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Hal itu memberikannya perspektif yang paling unik dibandingkan dengan kandidat-kandidat lainnya untuk menghadapi salah satu tantangan utama yang akan dihadapi oleh Presiden AS nantinya, yaitu memperbaiki citra AS di dunia Muslim.

Kalau proses kampanye tidak dapat dijadikan ukuran bagaimana seorang kandidat memandang satu isu tertentu, cara lain yang bisa dilakukan adalah melihat rekor kandidat tersebut selama karier politiknya, yang dalam konteks Obama adalah posisinya sebagai senator. Sayangnya, itu juga tidak mudah untuk menyimpulkan nilai strategis Obama bagi Indonesia.

Tidak banyak orang di Indonesia—atau bahkan di AS—yang sadar bahwa Obama sebetulnya duduk di Subkomisi Asia Timur dan Pasifik di Komisi Hubungan Internasional Senat, subkomisi yang mengover isu-isu Indonesia. (Di Kongres AS setiap komisi dibagi lagi menjadi subkomisi berdasarkan isu-isu spesifik dan setiap senator/anggota kongres duduk di lebih dari satu komisi). Namun, walaupun begitu, Obama selama ini tidak dikenal sebagai senator yang mengangkat isu Indonesia.

Betul, walaupun kalau berbicara soal prioritas atas Asia di Kongres AS, isu Indonesia kalah dibandingkan dengan China, Korea Utara, Afganistan, India, dan Jepang. Ada beberapa senator dan congressmen (anggota House of Representatives-DPR) yang dikenal sering mengangkat isu Indonesia, apakah itu dalam arti kritis ataupun supportive. Sebut saja Senator Kit Bond, Senator Patrick Leahy, congressman Eni Faleomavaega dan congressman Robert Wexler.

Tidak jelas kenapa Obama tidak pernah menggunakan keanggotannya di SubKomisi Asia Pasifik untuk mengangkat isu-isu Indonesia. Dengan ikatan historis sebesar itu, Obama seharusnya bisa memosisikan dirinya sebagai sekutu Indonesia di Kongres. Satu hal yang mungkin, dari awal kariernya sebagai Senator—yang ia mulai Januari 2005—Obama sudah mulai memikirkan kemungkinan untuk maju sebagai calon presiden pada pemilihan tahun 2008 sehingga ia tidak ingin terlalu diasosiasikan dengan Indonesia. Atau, yang lebih mungkin, bagi Obama, Indonesia tidak memiliki nilai strategis dibandingkan dengan prioritas kebijakan luar negeri lainnya.

Memang dapat dipastikan siapa pun yang memerintah AS nantinya—Obama sekalipun— prioritas kebijakan luar negeri AS pada umumnya tidak akan berubah. AS tetap akan terkonsumsi pada isu-isu yang selama ini menyedot perhatian pemerintahan Bush, seperti situasi di Irak, masalah program nuklir Iran, penyelesaian konflik Israel-Palestina, terorisme global, isu keamanan energi, serta makin agresifnya Rusia sebagai kekuatan ekonomi dan militer.

Secara gaya dan pendekatan betul akan terdapat perbedaan fundamental kalau Obama yang menang, di mana prinsip multilateral lebih ditekankan. Namun, secara prioritas tidak akan ada perubahan dramatis.

Secara spesifik mengenai Asia, kebijakan luar negeri AS nantinya akan tetap pula didominasi isu- isu klasik, seperti berkembangnya China sebagai sebuah kekuatan ekonomi dan militer, penyelesaian isu program nuklir Korea Utara, instabilitas di Pakistan dan Afganistan, serta berkembangnya India sebagai kekuatan ekonomi. AS juga tetap akan mempertahankan hubungan dengan sekutu-sekutu tradisionalnya di Asia Pasifik, yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Australia.

Kongres

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah Kongres, institusi yang juga memiliki otoritas dan peran penting di dalam menentukan arah kebijakan luar negeri AS melalui apa yang sering disebut sebagai power of the purse (kekuatan dompet) atau diartikan dengan kekuatan melalui fungsi budgetingnya. Sering sekali Kongres mengeblok suatu alokasi dana atas program atau bantuan untuk negara tertentu, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu atas program IMET untuk Indonesia. Dalam memberikan persetujuan terhadap alokasi dana, Kongres juga selalu mencantumkan kondisi-kondisi yang menyebabkan ruang gerak pihak eksekutif di dalam memainkan politik luar negeri sering terbatas.

Setelah pemilihan tahun 2008 nanti. hampir pasti Kongres tetap akan dikuasai oleh Partai Demokrat (bahkan dengan jumlah kursi yang lebih banyak). Itu berarti isu-isu seperti hak asasi manusia, peran militer dan buruh, yang selama ini sering mengganjal hubungan bilateral AS dan Indonesia, mungkin akan tetap muncul.

Betul salah satu yang membuat rakyat AS tertarik dengan Obama adalah bahwa, sebagai presiden, ia akan mempunyai kemampuan untuk memobilisasi dukungan dari Kongres, tidak hanya dari anggota-anggota Partai Demokrat, tetapi juga Partai Republik. (Satu hal yang membuat rakyat Amerika muak dengan para politisi di Washington adalah dominannya semangat partisan sempit di proses politik sehingga sering terjadi gridlock atau kemacetan). Namun, belum bisa dipastikan apakah sebagai presiden, Obama akan mampu untuk mengubah posisi anggota-anggota partainya sendiri atas isu-isu yang secara tradisional melekat pada mereka. Tidak dapat dipastikan apakah Obama bersedia untuk memengaruhi anggota Partai Demokrat atas isu yang bukan merupakan prioritas pemerintahannya.

Yang juga penting untuk dicatat, secara ideologis Obama adalah seorang liberal. Bahkan, ia dinobatkan sebagai senator yang paling liberal pada tahun 2007 oleh majalah National Journal. Dengan begitu, secara prinsipil dan insting kemungkinan akan sulit baginya untuk tidak mengacuhkan isu-isu seperti hak asasi manusia dan buruh.

Selama masa kampanye pun, terutama selama proses nominasi Partai Demokrat, Obama beberapa kali mengeluarkan statemen bahwa sebagai presiden, ia akan mencantumkan isu-isu buruh dan hak asasi manusia sebagai kondisi penting dalam menyusun perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain. Ia juga pernah mengkritik tajam berbagai perjanjian perdagangan bebas yang sudah ditandatangani AS, termasuk yang paling penting Area Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) karena kurang memerhatikan isu-isu buruh. Bahkan, ia juga pernah menyatakan, jika terpilih sebagai presiden, ia akan melakukan review atas berbagai perjanjian perdagangan bebas AS yang tidak memerhatikan isu-isu buruh.

Prospek kemenangan Obama

Meskipun demikian, prospek terpilihnya Obama akan tetap merupakan sesuatu yang menggairahkan. Dibandingkan dengan calon dari Partai Republik, John McCain, tidak dapat dibantah Obama-lah yang paling dapat memperbaiki image global AS secara cepat. Ia mempunyai aset yang sangat dahsyat, yaitu latar belakang dan wajahnya. Aset inilah yang merupakan manifestasi dari the new America yang plural dan berdasarkan prinsip siapa pun dengan latar belakang apa pun punya kesempatan untuk maju.

Aset inilah yang juga dapat direpresentasikan soft power AS untuk menghadapi tantangan terbesar yang akan menghadapi pemerintahan AS baru nanti, yaitu bagaimana memenangkan hati dan pikiran banyak pihak di dunia, termasuk di Indonesia, yang selama ini teralienasi oleh berbagai kebijakan kontroversial pemerintahan Bush.

Bayangkan efek yang dapat diciptakan atas citra AS ketika Obama sebagai presiden datang ke Indonesia dan mengunjungi bekas sekolahnya di Menteng. Namun, adalah sesuatu ilusi kalau itu semua akan secara otomatis membawa hubungan AS-Indonesia ke level yang baru, dalam arti lebih menguntungkan Indonesia. Untuk dapat memanfaatkan kemenangan Obama sebagai dasar untuk meningkatkan hubungan AS-Indonesia, tidak semata-mata tergantung dari pihak AS, tetapi kita di Indonesia juga.

Bara Hasibuan Congressional Fellow 2002-2003

Sumber : Kompas Cetak

Tuesday, October 28, 2008

Dahlan Iskan : Kapan Harga BBM Harus Turun (1)

link URL: http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=32136

[ Senin, 27 Oktober 2008 ]
Dahlan Iskan : Kapan Harga BBM Harus Turun (1)

SUDAH pasti harga bahan bakar minyak (BBM) harus turun. Persoalannya tinggal kapan waktu yang terbaik.

Tapi, ada yang lebih mendasar dari itu. Bisakah mementum BBM ini dimanfaatkan ''untuk nyalip di tikungan" dalam krisis global ini. Yakni, untuk meletakkan dasar-dasar yang kukuh dalam penentuan harga BBM yang lebih rasional. Seumur hidup kita belum pernah bisa mengatasi masalah keruwetan BBM. Selalu saja soal BBM jadi isu sensitif multidimensi yang sering membuat instabilitas nasional.

Untuk menata keruwetan BBM, kita belum pernah mendapatkan momentum sebagus dan sehebat sekarang ini. Maka, momentum yang langka ini harus bisa dimanfaatkan secara jitu. Kinilah saatnya kita membuat fondasi yang kukuh di bidang yang amat peka dalam sejarah politik Indonesia. Tapi, kalau momentum ini terlewatkan begitu saja, kesempatan ini akan lewat begitu saja.

Harga BBM sudah terbukti sarat dengan isu politik dan stabilitas. Padahal, sudah terbukti stabilitaslah yang menjadi kunci kemajuan bangsa yang langgeng. Setiap kali ada kenaikan harga BBM, dampak yang terbesar bukan akibat selisih kenaikannya itu sendiri, tapi ekses ketidakstabilannya.

Momentum yang saya maksud itu adalah: inilah untuk yang pertama harga BBM tidak perlu disubsidi. Bisakah momentum ini dipakai untuk menghapuskan sistem subsidi BBM selama-lamanya? Kini saatnya pemerintah melepaskan diri untuk jadi penentu harga BBM. Ini demi kestabilan pemerintah untuk jangka yang panjang. Juga sebagai salah satu rintisan terbentuknya pemerintah yang efektif yang kita cita-citakan bersama. Terutama setelah terbukti kita memerlukan pemerintah yang lebih efektif dari sekarang, meski juga jangan kembali ke sistem Orde Baru. Terlalu banyak energi dan risiko yang dipertaruhkan di bidang BBM ini.

Lalu, siapa yang sebaiknya menentukan harga BBM? Mekanisme pasar bebaskah? Artinya, masyarakat dibiasakan saja membeli BBM seperti membeli lombok. Tiap hari bisa saja harganya tidak sama. Disesuaikan dengan naik turunnya harga BBM di pasar bebas. Toh negara-negara maju juga sudah lama melakukan sistem ini. Kalau tidak mau dengan cara ini, bisa saja harga BBM ditentukan oleh satu komisi independen yang dibentuk DPR. Atau oleh siapa pun yang bisa fair, yang intinya jangan lagi soal BBM mengganggu stabilitas politik nasional. Kinilah saatnya kita membuat sejarah baru di bidang BBM.

Sementara menunggu konsep itu, sebaiknya harga BBM diturunkan sedikit saja dulu. Pertama, menunggu apakah turunnya harga minyak mentah dunia ini sudah stabil. Tidak lagi turun-naik secara drastis. Kedua -dan ini yang lebih penting- tunggu dulu apakah negara kita ini sudah benar-benar akan selamat dari krisis sekarang ini. Setiap negara kini sedang mencari jalan sendiri-sendiri untuk menyelamatkan diri. Indonesia tentu tidak boleh kalah cerdik. Begitu kalah cerdik, kita akan ambruk.

Sekarang ini sudah tiga negara yang ambruk. Mula-mula Islandia, sebuah negara Barat yang belum lama dipuja sebagai negara maju dengan sistem pengelolaan energi panas bumi yang terbaik. Islandia ini bulan lalu seperti pengemis yang keleleran. Minta-minta pinjaman ke berbagai negara maju, tapi tidak ada yang berbelas kasihan. Mengapa?

Sebabnya ya itu tadi: semua negara sekarang ini sedang menyelamatkan diri masing-masing. Sampai-sampai Perdana Menteri Islandia Geir Haarde mengeluh, ''Ternyata dalam keadaan susah, kami ini tidak punya teman baik." Dia menyindir habis-habisan AS, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya sebagai sekutu yang tidak punya solidaritas.

Apa yang kemudian dilakukan Islandia? Pergi ke Rusia! ''Bagaimana lagi?" ujar perdana menteri Islandia. ''Tidak ada jalan lain. Sahabat sendiri tidak membantu." Langkah ini sebenarnya bisa menampar muka negara-negara Barat, tapi toh tidak ada negara yang merasa tertampar. Dalam keadaan seperti ini, harga diri dan solidaritas tidak masuk dalam pertimbangan lagi.

Di Rusia, dia hanya ingin cari pinjaman USD 5 miliar. Setelah berunding bolak-balik, pinjaman tidak bisa cair juga. Gagal. Mengapa? Rusia sendiri harus cari selamat. Sehari sebelum kita menutup pasar modal, Rusia sudah melakukan lebih dulu. Bahkan, ketika kita sudah membuka kembali pasar modal, Rusia masih terus menutup, entah sampai kapan.

Akhirnya, Islandia menyerah ke IMF. Tapi, juga belum dapat jalan keluar yang terbaik.

Lalu, Ukraina. Negara yang semula amat percaya diri bisa sejajar dengan negara Barat ini harus ambruk juga. Ukraina yang begitu pisah dari Rusia langsung bergabung ke persekongkolan negara Barat tidak juga dapat jalan keluar dari sahabat barunya.

Negara ketiga yang menyerah ke IMF adalah Pakistan.

Kita masih belum tahu negara mana lagi yang akan menyusul. Korea Selatan, negara yang paling cepat sembuh setelah krisis moneter tahun 1997, kini sangat parah. Mata uangnya, won, jatuh sampai 30 persen. Keruwetan politiknya, gara-gara di antara 16 menteri kabinet hanya tiga yang Buddha (selebihnya Kristen), juga meningkat.

Satu per satu, negara yang tidak siap akan menyusul seperti Islandia. Kita, alhamdulillah, baru terkena sedikit. Tapi, harga kelapa sawit kita sudah tinggal USD 500 per ton. Harga seperempat dibanding sebulan lalu ini sudah di bawah biaya produksi. Perkebunan besar, yang tahun lalu pesta, kini menangis. Ratusan ribu petani yang punya kebun kecil-kecil (1-2 ha) sudah tidak mau lagi memanen kelapa sawitnya.

Harga kakau turun drastis pula, sedrastis kelapa sawit. Pekan lalu saya ke beberapa provinsi di Indonesia Timur melihat harga kopra juga tinggal sepertiganya. Kita masih belum tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang.

Meski para politisi terlalu sulit untuk bisa ikut merasakan semua ini, yang penting jangan membuat beban tambahan. Karena itu, soal harga BBM jangan dibawa ke politik. BBM memang harus turun, tapi memanfaatkan momentum harga BBM ini bagi perkuatan negara jauh lebih penting.

Saya sangat khawatir gelombang permintaan penurunan harga BBM akan menjadi isu politik yang hanya akan membuat Indonesia menyusul Islandia. Kita tidak ingin jadi pasien IMF sekali lagi. Kita sudah kapok dengan peristiwa sepuluh tahun yang lalu. Konsentrasi mencegah datangnya krisis yang lebih besar jauh lebih penting.

Sekarang ini pemerintah tentu lagi konsentrasi penuh mengurus krisis ini. Tim ekonomi (termasuk Bapepam, BEJ) sudah satu bulan penuh kurang tidur. Saya bisa membayangkan bagaimana Menteri Keuangan Sri Mulyani sampai tidak bisa mengunjungi ibunya yang keadaannya kritis. Bahkan, ketika besoknya sedang memimpin rapat untuk mencari cara menyelamatkan uang para penabung di bank, tiba-tiba dia mendapatkan SMS bahwa ibunya meninggal dunia. Dia menangis karena tidak bisa mendampingi ibunya di saat-saat terakhirnya.

Dalam keadaan berduka seperti itu, rapat juga tidak bisa ditunda. Kalau rapat tidak membuat keputusan, bisa-bisa keesokan harinya bank-bank rontok seperti sepuluh tahun lalu. Dia masih bisa membuat keputusan untuk menjamin semua nasabah bank. Bukan Rp 1 miliar seperti yang diusulkan masyarakat, tapi sampai Rp 2 miliar.

Sampai setelah itu pun, dia masih belum bisa berangkat ke bandara untuk terbang ke Semarang di mana jenazah ibunya sudah menunggunya. Dia masih harus memimpin rapat yang satu lagi untuk menyelamatkan pasar modal. Dia putuskan agar pasar modal dibuka kembali hari Senin dengan taruhan besar. Akibat keputusannya itu begitu kritis: selamat atau hancur. Pilihan begitu sulit. Sampai-sampai dia berpesan kepada pengelola pasar modal agar sebelum membuka transaksi hari Senin itu, mereka lebih dulu mengucapkan tiga kalimat yang bukan dari buku teks ekonomi. Bahkan, kalimat itu harus diucapkan masing-masing tiga kali: Lailahaillallah, Allahu Akbar, dan Bismillah. Barulah dia berangkat ke Semarang. Itu pun harus segera kembali ke Jakarta ''menjaga" keadaan yang gawat.

Tapi, dia tidak mau dipuji. ''Pujilah DPR, khususnya Komisi XI DPR," katanya kepada saya. Dia sangat bangga bahwa kali ini DPR sangat mengerti situasi. ''Semula saya sangat khawatir. Kita ini mestinya lebih rawan daripada negara lain," ujarnya.

Mengapa? ''Pertama, kita ini negara berkembang yang belum kuat seperti negara maju. Kalau negara maju saja rontok, bagaimana kita?" katanya.

''Kedua, kita ini negara demokrasi yang tentu tidak gampang mengambil keputusan," tambahnya. ''Ketiga, sekarang ini sudah dekat pemilu. Tentu bisa-bisa dimanfaatkan untuk isu politik. Gabungan tiga hal itu sudah memenuhi syarat untuk membuat Indonesia hancur. Ternyata masih selamat. Kami bangga dengan sikap Komisi XI DPR," ujarnya.

Tapi, melihat krisis di luar negeri yang terus mewabah seperti wereng, kita belum bisa aman. Yang harus dipikirkan sekarang bukan menurunkan harga BBM, tapi bagaimana menyiapkan skenario terjelek. Yakni menolong orang miskin dalam keadaan sulit nanti. Dana yang sangat besar diperlukan agar bisa mendistribusikan uang ke lapisan paling bawah rakyat kita. Bukan sebulan dua bulan, tapi selama dua tahun.

Yang penting harus transparan. Yang perlu disiapkan bukan saja dana, tapi juga cara penyalurannya. Mumpung masih ada waktu memikirkannya. Yang penting jangan lewat departemen pemerintah. Bisa dalam bentuk bantuan yang bisa langsung sampai ke orang di bawah atau untuk penjaminan kredit usaha mikro dalam jumlah yang besarnya belum pernah terjadi dalam sejarah kita. Menurunkan harga BBM memang perlu, tapi sewajarnya saja. Menyiapkan skenario krisis terburuk harus jadi perhatian utama. (*)

Bakrie & Brothers, dari krisis ke krisis

link URL http://web.bisnis.com/artikel/2id1659.html


Selasa, 28/10/2008 11:45 WIB

Bakrie & Brothers, dari krisis ke krisis

oleh : Abraham Runga Mali

Kalau di Amerika Serikat ada Lehman Brothers, negeri ini punya Bakrie & Brothers. Keduanya sama-sama didirikan oleh keluarga dan disebut dengan nama keluarga yang mendirikannya. Yang lebih penting lagi kedua kelompok usaha itu sama-sama mendapat sorotan tajam dalam krisis finansial pada 2008.

Mengenai Bakrie & Brothers, ingatan saya terseret jauh ke satu dekade lalu ketika krisis finansial menghujam negeri ini. Saat itu, 12 Desember 1997, pemilik kelompok usaha Bakrie, Aburizal Bakrie, bersama Menkeu Mar'ie Muhammad memimpin rombongan yang melobi penyelesaian utang perusahaaan di hadapan aktivis Wall Street yang saat ini juga didera krisis yang sama.

Kira-kira sepelemparan batu dari Wall Street-simbol pasar bebas yang sedang mendapat olok-olokan dunia-Aburizal seusai pertemuan dengan para pengelola keuangan global (fund manager) berpetuah tentang pelajaran yang harus disimak oleh perusahaan di Indonesia dari krisis finansial Asia.

Perusahaan, demikian kata pemilik Grup Bakrie itu, harus berhati-hati dalam mengelola keuangan sebagai antisipasi terhadap sistem keuangan global yang rapuh.

Rekor kapitalisasi pasar saham Grup Bakrie
Perusahaan Harga* Rekor kapitalisasi pasar
Bakrie & Brothers Rp560 Rp52,48 triliun
Bumi Resources Rp8.550 Rp165,87 triliun
Energi Mega Persada Rp1.180 Rp16,99 triliun
Bakrie Telecom Rp380 Rp10,82 triliun
Bakrie Sumatera Plantations Rp2.040 Rp7,71 triliun
Bakrieland Development Rp445 Rp8,86 triliun
T O T A L Rp262,73 triliun
Sumber : Bloomberg.
Keterangan : *) Harga tertinggi tiap-tiap saham perusahaan Grup Bakrie.

Sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia saat itu petuah tersebut memang layak meluncur dari mulutnya. Namun, petuah itu menjadi lebih bermakna karena keluar dari pengalaman bisnis yang digeluti Ical, panggilan Aburizal Bakrie.

Ketika itu, akibat krisis pada 1997/1998, yang ditandai oleh depresiasi rupiah dari level Rp2.000-an hingga sekitar Rp16.000-an, bisnis keluarga Bakrie dicekik utang yang sedemikian besar.

Total utang kelompok usaha itu tercatat sebesar US$1,08 miliar (ekuivalen dengan Rp10 triliun pada saat rupiah dinilai Rp9.000 per US$). Bakrie kemudian melakukan restrukturisasi yang berlangsung hingga empat tahun dan mencapai final pada 2001.

Proses tersebut sangat melelahkan karena harus bernegosiasi dengan kurang lebih 150 kreditor. Melalui pola debt equity swap (menukar utang menjadi saham), para kreditor membentuk sebuah holding sebagai master special purpose vehicle (MSPV) yang menguasai 80% aset di lima anak usahanya, yaitu Bakrie Sumatera Plantations, Bakrie Electronics Company, Bakrie Kasei Corp, Arutmin Indonesia, dan Iridium LLC. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) menguasai sekitar 15% dari total aset-aset itu.

Harga yang dibayarkan oleh keluarga Bakrie pada saat krisis itu sangat mahal. Selain kehilangan Bank Nusa Nasional (BNN), keluarga itu harus melepaskan sejumlah asetnya. Saham keluarga di PT Bakrie & Brothers Tbk menyusut dari 58% menjadi 2,5%. Bisnis keluarga itu pun terjerembab.

Usai menandatangani restukturisasi utang, Ical berujar begini, "Kalau kepada saudara saya gampang menjelaskan. Namun, kepada ibu, itu cukup sulit. Bayangkan, barang yang semula begitu besar tiba-tiba habis. Itu perlu waktu yang pas menjelaskannya."

Namun, justru pada saat yang paling sulit itu semangat dan harapan keluarga Bakrie kembali berkobar untuk menguasai lagi aset-aset perusahaan. Sebuah harapan yang sangat realistis karena dalam negosiasi restrukturisasi utang dengan kreditor disepakati kalau akhirnya Bakrie diperkenankan membeli kembali aset-aset tersebut.

Lalu, seperti diketahui, Bakrie tidak hanya bisa membeli kembali, tetapi justru kembali mengangkasa. Perjalanan bisnis keluarga setelah krisis 1997 itu diringkas dalam sebuah tajuk tulisan yang dipersembahkan kepada Nirwan Bakrie dalam perayaan ulang tahunnya ke-55 setahun lalu: Nirwan, Setelah Terjerembab Kembali Mengangkasa (Mozaik Nirwan D. Bakrie, hal. 54).

Saat itu, Bakrie memang benar mengangkasa dengan sayap-sayap komoditas bersama baling-baling utang. Di tengah keasyikan ekspansi dan berputar dalam roda perekonomian nasional, Ical seperti telah melupakan petuahnya sendiri, tentang kehati-hatian dalam berekspansi, tentang kesiapan dalam menghadapi kerapuhan sistem keuangan global.

Pada awalnya keluarga dan manajemen Bakrie berlangkah dengan sangat tepat melalui visi yang sangat jelas. Pada tahun-tahun sesudah krisis, mereka dengan sangat jeli membidik sektor-sektor komoditas, seperti pertambangan batu bara (PT Bumi Resources Tbk), minyak dan gas bumi (PT Energi Mega Perkasa Tbk), dan kelapa sawit (crude palm oil) yang diwakili oleh Bakrie Plantations.

Walaupun fokus ke komoditas, Bakrie tidak meninggalkan sektor infrastruktur dan properti (PT Bakrieland Development Tbk) dan telekomunikasi (PT Bakrie Telecom Tbk).

Di puncak kejayaannya pada awal tahun ini, Bakrie & Brothers menyatukan anak-anak perusahaannya dengan membeli 35% saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), 40% saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan 40% saham PT Bakrieland Development Tbk (ELTY). Akuisisi internal itu menghabiskan dana sebanyak Rp48,4 triliun.

Sumber dana untuk aksi korporasi itu berasal dari penerbitan saham baru (rights issue), penerbitan waran, dan pinjaman bank. Perseroan melakukan rights issue terbesar dalam sejarah bursa di negeri ini, yaitu senilai Rp40,1 triliun dan waran senilai Rp2,9 triliun. Selebihnya, akan dibiayai dari pinjaman Barclays Capital senilai Rp8,3 triliun.

Gravitasi saham Bumi

Kendati induknya adalah Bakrie & Brothers, Bumi Resources tetap merupakan mutiara termahal dari Grup Bakrie. Seiring dengan booming harga batu bara, Bumi Resources menjadi pusat rotasi dan dinamika bisnis keluarga Bakrie, terutama setelah saham PT Kaltim Prima Coal (KPC) berhasil dikuasainya.

Pada awal 2002 dan 2005, harga saham Bumi Resources masih Rp55,90 dan Rp900 per saham. Pada saat itu, harga batu bara masih sekitar US$30-US$50 per ton. Kemudian harga saham perusahaan pertambangan itu terus mengangkasa seiring dengan meroketnya harga batu bara.

Pada saat harga batu bara di pasar spot mencapai puncaknya tiga bulan yang lalu, yaitu US$1.200 per ton, harga saham Bumi Resources juga berada di level Rp8.550 (12 Juni 2008).

Dalam dua terakhir ini, saham Bumi menjadi primadona para pemodal bursa efek Indonesia. Hampir semua manajer investasi dan pialang serta investor ritel tidak lepas dari gravitasi saham Bumi.

Pelaku pasar modal Indonesia mendapatkan keuntungan besar dari pergerakan saham-saham keluarga Bakrie. Selain pemodal, sejumlah perusahaan sekuritas lokal, seperti PT Danatama Makmur-yang selalu dipercayai oleh kelompok usaha ini sebagai penjamin emisi dan penasihat keuangan-ikut melambung bersama bisnis keluarga Bakrie. Begitu pun institusi keuangan asing, seperti Credit Suisse dan JP Morgan tak ketinggalan.

Melalui riset dan konsensus para analis mereka, harga saham-saham dalam Grup Bakrie terus dikerek naik. Sebuah pembentukan persepsi yang terkadang lepas dari kinerja fundamentalnya.

Maka terjadilah, kapitalisasi saham Bumi Resources pun sempat meroket dan menyentuh Rp163,9 triliun pada 9 Juni 2008, melampaui nilai pasar PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang 13 tahun tidak pernah bergeser dari peringkat pertama.

Naiknya haga saham kelompok Bakrie, tentu saja, langsung menggelembungkan kekayaan kelompok usaha itu. Tidak mengherankan kalau Forbes pada Desember 2007 menobatkan Ical, pemilik Grup Bakrie, sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai US$5,4 miliar.

Kuatnya gravitasi saham Bumi dan saham Grup Bakrie menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya 'pasang naik indeks' di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak 2005, indeks terus bergerak dan mencapai puncaknya pada April 2008,yaitu di level 2.800.

Sebegitu kuatnya gairah saham kelompok Bakrie sampai para investor tidak begitu peduli dengan sejumlah kejadian penting di kelompok usaha itu. Dengan kata lain, sejumlah peristiwa penting yang menimpa perusahaan Grup Bakrie itu tidak cukup kuat mengikis gairah irasional para pelaku pasar (irrational exuberance).

Bakrie terjerembap, Bakrie kembali mengangkasa. Dalam perjalanan menuju puncak bisnis, kelompok usaha itu seakan tidak pernah sepi dari persoalan.

Persoalan kemudian menjadi semakin kompleks karena dikait-kaitkan dengan kepentingan politik, ditafsir dalam bingkai persaingan bisnis dan diembuskan sebagai sentimen spekulasi permainan saham di lantai bursa.

Harap maklum, kejadian itu terkait dengan perusahaan publik milik keluarga Bakrie. Lagi pula di sana hadir seorang Aburizal Bakrie (Ical) yang saat ini menduduki posisi menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu.

Mari kita sebut beberapa kejadian itu. Pertama, munculnya kasus semburan lumpur panas Lapindo. Walaupun oleh pemerintah kasus yang mencuat pada pertengahan 2006 itu ditetapkan sebagai peristiwa alam-bukan kesalahan manusia dan perusahaan-solusi terhadap relokasi permukiman tidak bisa dipungkiri menguras tenaga dan dana triliunan rupiah.

Kedua, perselisihan lahan yang melibatkan PT Porodisa. Pertarungan itu berujung pada penyitaan alat berat dan penghentian produksi di proyek yang ditangani PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Kalimantan Timur.

Ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah urusan utang royalti Bumi Resources yang menjadi alasan pencekalan sejumlah eksekutif KPC. Oleh pemerintah, Bumi diminta harus membayar utang royalti sebesar US$510 juta. Jumlah ini tentu belum termasuk persoalan pajak yang menimbulkan polemik panjang.

Walaupun sempat mengganggu sebagian aktivitas bisnisnya, berbagai persoalan itu dengan mudah dikendalikan. Harga saham Bumi pada khususnya dan saham keluarga Bakrie pada umumnya seperti tidak terpengaruh oleh berbagai persoalan itu.

Itulah sebabnya sejumlah analis hingga tiga atau empat bulan lalu masih mengeluarkan proyeksi bahwa harga saham Bumi-pada saat itu berada di level Rp7.300 per saham-masih bisa mencapai Rp12.000-Rp13.000. Mereka seperti sebuah koor masih merekomendasikan kepada pemodal untuk terus mengoleksi saham perusahaan pertambangan itu.

Pergerakan harga saham UNSP, ELTY, BTEL (Rp/saham)
UNSP BTEL ELTY
06/10 460 185 150
17/10 415 167 135
20/10 375 151 122
21/10 360 136 113
22/10 330 123 103
23/10 300 111 93
Sumber: Bloomberg
Ket.: UNSP (Bakrie Sumatra Plantations), ELTY (Bakrieland Development),
dan BTEL (Bakrie Telecom)

Apalagi pemilik dan manajemen Bakrie memang berusaha sekuat tenaga menjaga agar harga saham dari enam emiten di bawah kelompoknya tetap menanjak. Ini adalah sebuah usaha yang sangat beralasan, karena banyak sekali saham dari grup itu yang digadaikan untuk mengeduk utang yang diambil dalam jumlah besar guna menopang ekspansi usaha.

Catatan ekspansi terakhir adalah ketika Grup Bakrie, lewat perusahaan yang dibentuk oleh Bumi Resources, membeli 51,34% saham perusahaan tambang Australia, Herald Resources, dengan harga Aus$2,85per saham pada pertengahan Juli 2008. Dana itu diperoleh dari fasilitas kredit yang diberikan oleh Credit Suisse senilai US$375 juta.

Saat itu, Bumi Resources harus mati-matian bersaing dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang lebih dahulu memiliki saham 19,86% di salah satu lokasi pertambangan timbal dan seng di di proyek Anjing Hitam di Dairi, Sumatra Utara.

Itulah sebabnya sejumlah analis hingga tiga atau empat bulan lalu masih mengeluarkan proyeksi bahwa harga saham Bumi-pada saat itu berada di level Rp7.300 per saham-masih bisa mencapai Rp12.000-Rp13.000. Mereka seperti sebuah koor masih merekomendasikan kepada pemodal untuk terus mengoleksi saham perusahaan pertambangan itu.

Apalagi pemilik dan manajemen Bakrie memang berusaha sekuat tenaga menjaga agar harga saham dari enam emiten di bawah kelompoknya tetap menanjak. Ini adalah sebuah usaha yang sangat beralasan, karena banyak sekali saham dari grup itu yang digadaikan untuk mengeduk utang yang diambil dalam jumlah besar guna menopang ekspansi usaha.

Catatan ekspansi

Catatan ekspansi terakhir adalah ketika Grup Bakrie, lewat perusahaan yang dibentuk oleh Bumi Resources, membeli 51,34% saham perusahaan tambang Australia, Herald Resources, dengan harga Aus$2,85 per saham pada pertengahan Juli 2008. Dana itu diperoleh dari fasilitas kredit yang diberikan oleh Credit Suisse senilai US$375 juta.

Saat itu, Bumi Resources harus mati-matian bersaing dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang lebih dahulu memiliki saham 19,86% di salah satu lokasi pertambangan timbal dan seng di proyek Anjing Hitam di Dairi, Sumatra Utara.

Kendati memiliki cadangan sebesar 5,6 juta ton, proyek itu belum berproduksi dan izin lahannya masih dipersoalkan.

Gairah membeli Herald tampaknya menjadi sia-sia ketika harga seng terus menurun dari harga tertinggi sebesar US$2.822 per ton pada 3 Maret ke posisi terendah, yaitu US$1.149 pada 16 Oktober. Harga saham Herald pun terus terkoreksi.

Selain berutang membeli Herald, dalam satu dua bulan terakhir menjelang krisis finansial, Grup Bakrie masih rajin berutang. Misalnya, Bakrie & Brothers lewat anak perusahaannya, Sebastal dan Bakrie Fund, berutang US$300 juta, Bakrie Plantations meminjam US$150 juta untuk membeli lahan sawit di Kaltim dan Riau.

Pinjaman dan ekspansi itu terjadi justru di tengah berakhirnya booming komoditas.

Perhatikan bahwa hanya dalam tiga bulan harga minyak mentah dunia anjlok dari US$140 per barel menjadi US$70 per barel. Begitu pula dengan harga komoditas yang lain, termasuk CPO dan batu bara.

Tekanan komoditas dan kejatuhan Wall Street-akibat sistem perekonomian global yang rapuh dan tentu di luar kendali siapa pun-mengikis ekspektasi Bakrie terhadap saham-sahamnya yang diperdagangkan di bursa efek.

Pasar seperti memiliki jalan pikiran dan skenario cerita sendiri. Tidak bisa dihindari, saham-saham di bursa Jakarta pun terkena, termasuk saham milik Grup Bakrie.

Beruntung bursa Jakarta menutup perdagangan dalam dua hari (8 dan 9 Oktober) dan saham-saham milik keluarga Bakrie harus disuspensi dalam waktu seminggu. Sebuah tindakan yang tepat. Kalau tidak, nilai saham Grup Bakrie makin tertekan dan koreksi di bursa efek kian dalam.

Maka mata pelaku pasar dan regulator di Indonesia terus memelototi saham-saham Bakrie. Mereka menunggu langkah yang diambil oleh kelompok usaha itu.

Pemilik dan manajemen Bakrie harus mencari lagi dana dalam jumlah besar untuk menaikkan nilai jaminan (top up) agar terhindar dari kenyataan gagal bayar (default).

Seperti diakui oleh manajemen Bakrie & Brothers, perusahaan itu harus melunasi utang senilai US$1,2 miliar kepada tiga kreditor besar, seperti Oddickson Finance, JP Morgan, dan ICICI Bank Ltd, India, senilai US$1,2 miliar. Utang itu telah dijaminkan dengan aset perusahaan senilai US$6 miliar.

Maka dalam hari-hari ini kita menyaksikan Bakrie melepas asetnya satu demi satu. Yang sudah diumumkan adalah pelepasan saham tahap pertama, yaitu penjualan 15,3% saham Bakrieland kepada Avenue Luxembourgh yang sudah lebih dahulu menguasai 15,45% saham perusahaan itu.

Sementara itu, 5,6% saham Bakrie Plantations dilego kepada Longines Offshore Co Ltd melalui The Royal Bank of Scotland.

Penjualan saham di dua perusahaan itu baru mendatangkan dana Rp554,40 miliar. Itu berarti kelompok usaha tersebut masih membutuhkan banyak dana untuk menutupi utang sebesar US1,2 miliar (sekitar Rp12,39 triliun dengan asumsi kurs Rp9.900 per dolar AS).

Dengan hasil seperti itu, tidak berlebihan kalau banyak yang meragukan apakah Grup Bakrie serius menyelesaikan persoalannya. Di tengah keraguan itu, Direktur Bakrie & Brothers Dileep Srivastata mengatakan setelah pelepasan saham kedua perusahaan di atas, aset berupa saham Bakrie Telecom dan Bumi Resources pun akan dilepas.

Belum diketahui berapa jumlah saham dan kepada siapa aset-aset itu akan dilepas? Kalaupun akan dilepas, siapa yang berminat membeli?

Banyak konsorsium yang sudah menyatakan minatnya, seperti Texas Pacific Group (TPG), aliansi antara PT Timah Tbk dan Yunan Tin ataupun Xsrtata Plc.

Calon yang tidak boleh dilupakan sebagai pembeli adalah Tata Group dari India. Perusahaan itu sebelumnya sudah membeli 30% saham KPC dan Arutmin 30%. Apalagi dalam hari-hari ini Nirwan Bakrie bersama eksekutifnya Nalinkant Rathod berada di India untuk mengadakan negosiasi.

"Saya sedang bersiap-siap ke India. Sabtu kita bisa saling kontak," ujarnya kemarin.

Itu semua dilakukan di tengah berondongan pertanyaan, mungkinkah keluarga Bakrie akan melepaskan kepemilikannya di Bumi Resources yang adalah berlian dan tempat pijakan utama bagi keluarga?

Pertanyaan lain, seberapa cepat semua persoalan itu akan diselesaikan? Sebuah pertanyaan yang tidak mudah dijawab

Sebagai perbandingan, pada krisis 1997 restrukturisasi utang tidak semudah membalik telapak tangan karena prosesnya berlangsung hampir lima tahun hingga 2001.

Terdapat perbedaan yang mendasar sebenarnya dalam krisis 1997 dengan yang terjadi sekarang. Kalau dahulu, utang Grup Bakrie diserang melalui pelemahan mata uang rupiah, sehingga utang US$1,08 miliar yang tidak dilindung nilai itu (hedging) bertambah dari sekitar Rp2 triliun (rupiah pada level Rp2.000) menjadi sekitar Rp10 triliun ketika rupiah tidak pernah turun-turun dari Rp9.000-an.

Dalam krisis 2008, pembusukan utang Bakrie terjadi lewat penurunan nilai saham. Maka tidak bisa ditepis adanya dugaan lain kalau Grup Bakrie mencoba pasrah dan menunggu akan terjadinya rebound pada harga sahamnya sehingga nilai jaminan pun kembali normal. Padahal, sebaliknya harga saham di bursa terus terkoreksi ke level yang semakin dalam. Kemarin indeks menyentuh level 1.337,204.

Tetap menunggu

Daripada menduga-duga-termasuk dugaan perpecahan dalam kabinet menyangkut upaya penyelamatan terhadap Gurp Bakrie-kita mestinya tetap menunggu langkah yang akan ditempuh kelompok usaha itu.

Daripada menghakimi, bangsa ini mestinya menanti dengan penuh sabar keberhasilan Grup Bakrie keluar dari deraan krisis finansial.

Apa pun kondisi grup itu, bangsa Indonesia tetap membutuhkan keberanian keluarga dan manajemen grup usaha dalam menantang risiko di dunia usaha. Bukankah mereka berbeda dari Lehman Brothers yang utangnya justru terjebak pada kertas-kertas sampah (subprime mortage)?

Penantian yang disertai kepercayaan bahwa pengalaman mereka dalam menghadapi krisis satu dekade lalu menjadi kekuatan dan modal untuk keluar dari krisis kali ini. Apalagi di tengah mereka (Bakrie Brothers) masih ada seorang Nirwan yang dalam berbagai krisis berani tampil mengambil alih risiko dan tanggung jawab.

Semoga saudagar yang dijuluki berhati singa, memiliki tujuh jantung, dan 1.000 akal (Mozaik Nirwan D. Bakrie, hal.154 dan 299) mampu memulihkan kembali sayap-sayap (yang patah), agar bisnis keluarganya bisa kembali mengangkasa.

Andaikan saja bisnis Bakrie kembali terbang tinggi, mudah-mudahan Ical (dan saudara-saudaranya) tidak cepat lupa pada petuahnya sendiri, yaitu "berhati-hati dalam berutang di tengah sistem finansial yang rapuh."

Hanya dengan memegang erat petuah itu, bisnis keluarga Bakrie yang sudah berusia 66 tahun ini bisa bertahan dan berusia lebih panjang lagi dari Lehman Brothers yang bangkrut pada usia ke-158. (abraham.runga@bisnis.co.id)