Thursday, May 30, 2013

Mata-Mata

BEBERAPA HARI INI, dan khususnya hari ini, di beberapa milis ada perdebatan mengenai aktivitas mata-mata. Yang dimaksud mata-lelaki mata-mata di sini adalah penerawangan aktivitas yang dimata-matai melalui alat tertentu.
Ini, tentunya dikaitkan dengan kehebohan sadapan sadapan KPK.

Kebanyakan salut dengan sadapan KPK yang menghasilkan isi percakapan yang luar biasa menghadirkan sesuatu yang (tadinya) disangkal-sangkal di pengadilan. 
Tetapi di sebuah milis bertanya mengenai: 
- Mengapa percakapannya hanya sebagian yang diungkap 
- Apa nanti tidak misleading ( siapa tau ada percakapan lain yang bisa membuktikan "jalan cerita" nya ternyata tidak seperti itu) ?

Di milis yang sama, juga milis yang lain dengan bahasa berbeda, mempertanyakan keabsahan dan atau sedikit kekuatiran mengenai:
1) kewenangan menyadap orang diluar struktur pegaeai pemerintah, dan
2) bagaimana jika nanti informasi yang disadap itu diperjualbelikan.

Ini, tentu saja dijawab:
1) as per definisi korupsi*) menyangkut keuangan negara**) tidak hanya menyangkut APBN dan karena semua pihak yang terkait adalah pelaku dalam tindak pidana korupsi, maka penyadapan kepada pihak non penyelenggara pemerintahan tentu tetap perlu dilakukan, dan
2) itu jelas pelanggaran hukum (rahasia negara) yang dikenakan sanksi. 
... 

Saya tidak ada dalam posisi menetapkan siapa benar siapa salah. 
Tapi diskusi itu menambah wawasan saya tentang bagaimana pemberantasan/pengendalian korupsi di Indonesia bisa dilakukan, dengan benturannya dengan hak-hak privat sebagai warganegara.

Yang jelas, aktivitas mata-mata/spionase itu dilakukan oleh setiap orang, bahkan sejak jaman purba.
Ngga percaya ?

Yang paling simpel adalah di kendaraan, kita ternyata perlu kaca spion untuk meyakinkan diri bahwa tidak akan ada gerakan-gerakan dadakan dari arah yang tidak disangka2 yang bisa membahayakan kita (dan atau kita membahayakan orang lain).

Oiya, bahkan Shri Rama pun pernah mengutus Hanuman untuk memata-matai Negeri Alengka, khususnya mencari tahu bagaimana kabar Dewi Shiinta di sana.
Dan yang juga perlu diingat, sesuai kata seorang kawan, bahkan seorang putri salju pun dimata-matai nenek sihir dengan cermin ajaibnya; maka yakinlah bahwa kegiatan mata-mata memang sudah ada sejak dahulu kala dan mungkin terus akan ada di masa yang akan datang.
...

Demikian.

Dan jika Anda merasa tulisan ini ngalor-ngidul ngga jelas. Sama, saya juga merasa begitu.
Mohon maaf jika agak mengganggu :D

Saturday, May 18, 2013

Si Bleki



PAK HARTAWAN tidak menyukai Si Bleki.
Wolf & Full Moon - Free Pic from internet
Bleki adalah seekor anjing. Anjing Pemburu. Begitu hebat dan gagahnya, serta begitu buasnya ia terhadap haSil buruannya bagaikan seekor serigala, sehingga ia dijuluki Serigala Pemburu. Itulah Si Bleki, anjing pemburu andalan Pak Hartawan bila pergi berburu.
Ah, Bleki..! Badannya yang besar dan warna bulunya yang hitam mulus menambah pesona kegagahan anjing pemburu itu, Bulatan putih di atas kelopak matanya, menambah pesona kecantikan tersendiri, mengiringi kesan buas yang ada.
Telah cukup lama Bleki tinggal di rumah Pak Hartawan. Sebetulnya, Bleki telah tinggal di rumah itu sejak hari pernikahan Pak Hartawan dengan Bu Hartawan. Benar, Bleki memang milik Bu Hartawan.  Bu Hartawan sangat menyayangi Si Bleki.
Sayangnyaa.. Pak Hartawan, sebaliknya, sangat tidak menyukai Si Bleki.
Bleki telah dipelihara Bu Hartawan sejak masa gadisnya. Saat menikah, Bu Hartawan memutuskan untuk tetap memelihara Si Bleki.
“Untuk menjaga keamanan,” begitu kata Bu Hartawan setiap kali ditanyai tentang ini.
Tetap saja, Pak Hartawan tidak menyukai Si Bleki,

Selain saat berburu, Bleki ternyata seekor anjing penjaga yang sangat baik. Setiap orang yang ia curigai mengganggu stabilitas rumah tangga dab segala iSi rumah Bapak dan Ibu Hartawan akan ia jaga.  Bisa-bisa diikutinya terus orang itu, ke mana pun ia pergi. Salah satu orang uang selalu diawaSinya adalah Pak Hartawan sendiri. Itu, salah satu sebab Pak Hartawan tidak menyukai Bleki.
Sebab ketidaksukaan Pak Hartawan lainnya ialah sebab Bu Hartawan seolah sangat terikat dengan Bleki. Apa-apa Bleki.. ! Apa-apa selalu Bleki.. ! Selalu Bleki, Bleki, dan Bleki ! Biaya harian Bleki sampai-sampai nyaris melampaui biaya sehari-hari Bapak dan Ibu Hartawan. Perhatian Bu Hartawan terhadap Bleki juga nyaris melebihi perhatian Bu Hartawan kepada Pak Hartawan.
Pak Hartawan tidak suka Bleki. Itu sudah jelas.
Dan Bleki sendiri pun agaknya juga tidak suka pada Pak Hartawan.
Keduanya menyadari bahwa keduanya tidak saling menyukai.
Sudah jelas Pak Haryawan tidak tahan dengan kehadiran Bleki. Bahkan ia, dijaga oleh Bleki di rumahnya sendiri.
Apa-apaan ini !? Begitu selalu pikirnya. Tetapi tak berani juga diungkapkannya pikirannya itu pada Bu Hartawan.. sebab setiap ada pembicaraan menyangkut Bleki, reaksi Bu Hartawan bisa menjadi sangat menyeramkan seperti induk serigala menjaga anaknya.

SUATU HARI, dirancangnya sebuah rencana untuk menyingkirkan Bleki. Malam-malam, dipancingnya Bleki ke garasi. Sesuai perkiraan Pak Hartawan. Bleki akan mengikuti setiap gerak-geriknya.
Berhasil ! Pak Hartawan berhasil menjebak Bleki masuk ke dalam bagasi Porsche-nya.
Segera dilarikannya sedan mewah itu ke hutan di pinggur kota. Dengan sekali sentakan tuas di dashboard-nya kap bagasi membuka dan Bleki segera melompat keluar..
Hehehe.. Pak Haryawan tersenyum puas melihat Bleki hanya bisa berdiri mematung mengawasi Porsche Pak Hartawan berputar melaju pulang. Sepanjang perjalanan pulang, tertawalah Pak Hartawan melampiaskan segala kegeramannya selama ini. Tertawa ia karena girangnya lepas dari Bleki.
Pak Hartawan masih tersenyum sangat lebar saat mobilnya itu sampai rumah. Diparkirnya Porsche itu di garasi dengan riang bersiul-siul. Bernyanyi kecil, Pak Hartawan melangkah dengan riang mengikuti irama memasuki rumahnya.
Tersenyum lebar, Pak Hartawan menghampiri istrinya yang tengah bersantai membaca surat kabar di ruang keluarga.  
Tetapi..
Sirnalah senyum itu seketika, ketika Pak Hartawan menyadari istrinya membaca surat kabar sambil membelai kepala seekor anjing..
Coba tebak.. Siapa lagi, kalau bukan Bleki !?
..dan mata serta mulut Bleki berayun, menggeh-menggeh seiring dengusan napasnya, bagai tengah mengejek Pak Hartawan yang gagal menyingkirkannya.
Pak Hartawan tak tahan lagi.
Berlari kecil ia ke kamar mandi..  mengunci diri, diam menenangkan diri.

SEMAKIN LAMA, Pak Hartawan semakin ingin melenyapkan Bleki.
Kali ini, Pak Hartawan sungguh-sungguh dan sungguh ingin melenyapkan Bleki.
Sudah beberapa hari ini, Pak Hartawan Sibuk mencari-cari orang upahan. Orang-orang terbaik di bidangnya: Pembunuh profesional !
Dijanjikannya upah yang sangat tinggi bila Sang Profesional dan kawanannya mampu menyingkirkan Bleki lenyap dari muka bumi.
Sang Profesional itu mengangkat alis dan terkekeh pelan saat mengetahui sasaran mereka, Bleki, hanyalah seekor anjing.
Pak Hartawan mengernyitkan kening. Dari pengalamannya kemarin, ia tahu menyingkirkan Bleki bukanlah pekerjaan main-main. Itulah sebabnya Pak Hartawan dengan sangat serius memperingatkan para profesional itu untuk tidak main-main.
Ya ! Sang Profesional itu kini tidak main-main !

Malamnya, sengaja pintu pagar pekarangan tidak dikunci Pak Hartawan. Seperti telah diduga, Bleki mengetahui ada pintu yang berada dalam keadaan tak terkunci. Tentu saja, Bleki segera berjaga-jaga di halaman, menjaga setiap kemungkinan.
Tapi, manalah sanggup kelihaian Sang Profesional ia lawan ?! Sebuah peluru bius yang ditembakkan dari jarak jauh dengan senapan berperedam berhasil melumpuhkan Bleki.
Segera saja, tubuh Bleki telah berada dalam karung.
Sementara karung berisi Bleki dipindahkan oleh kawanan pembunuh itu, Sang Profesional mengetuk pintu rumah Pak Hartawan bak tetamu yang hendak berjumpa.
Pak Hartawan keluar. Dari senyum Sang Profesional, tahulah ia bahwa Bleki sudah berhasil dilumpuhkan. Maka berpamitanlah Pak Hartawan kepada istrinya seolah ada keperluan bersama kawan. Tak mau pula Pak Hartawan kehilangan saat saat menegangkan menyaksikan Bleki lenyap dari pandangan.
Beriringan, mobil Pak Hartawan dan mobil Sang Profesional berikut kawanannya menuju pelabuhan.  Di pelabuhan, telah menunggu rekan Sang Profesional lainnya dengan beban pemberat. Segera saja Sang Profesional membuang karung beriSi Bleki yang telah dibebani pemberat. Pemberat yang pastinya cukup berat untuk memastikan karung berisi Bleki itu tenggelam sampai ke dasar laut. Ya, Sang Profesional melemparkan karung itu ke air yang dalam di tengah keheningan malam dermaga.
Sekian menit berlalu dan tidak ada tanda kehidupan, Pak Hartawan segera menyerahkan uang pada Sang Profesional sesuai perjanjian. Lalu pulanglah Pak Hartawan dengan riang.

Sampai di gerbang depan, terkejutlah Pak Hartawan melihat ada mobil polisi dan ambulans. Segera saja ia berlari mendekat untuk segera mengetahui apa yang terjadi.
Setibanya di dalam, segera saja ia dipeluk oleh Sang Istri. Diceritakan oleh Sang Istri apa yang telah terjadi. Bahwa ada penjahat yang merampok uang di rumah, tetapi untunglah ada perlawanan dari Si Bleki sehingga penjahat itu tersudut dan mati tenggelam di kolam renang.
Bleki !?
Pak Hartawan terkejut.
Alarm di kepalanya berbunyi.
Firasat buruk segera muncul di lubuk hati.
Segeralah Pak Hartawan berlari ke lokasi. Firasatnya mencoba mendua apa yang terjadi.. Kebetulan pula mayat Sang Penjahat tengah dievakuasi.
Dan tak lagi terkejut Pak Hartawan melihat wajah Sang Profesional mati..
Dan tak lagi terkejut Pak Hartawan saat disodoran polisi barang bukti. Dikenalinya amplop berisi uang itu sebagai amplop yang tadi diserahkannya kepada Sang Profesional untuk membunuh Bleki..
Ah betul.. di mana Bleki !?
Astagaa ! Bleki tengah bermalas-malasan di  atas kursi kolam renang, mengawasi Pak Hartawan yang geram setengah mati. Ya ! Pak Hartawan kalah lagi satu kali !

MALAM ITU, Pak Hartawan duduk merokok di kursi.
Kesal di hatinya kian menjadi.
Dipandanginya Si Bleki yang juga tengah mengawasi.
Semakin lama, semakin kuatlah rasa benci..
Semakin lama, semakin besar nafsu amarah di hati..
Semakin lama, semakin hilang kendali penguasaan diri..
Pak Hartawan tegak berdiri.
Dilangkahkannya kaki menuju gudang penyimpanan perkakas besi.
Diambilnya dengan penuh nafsu kapak besi.
Segera saja Pak Hartawan berlari mengejar Bleki yang masih tegak berdiam mengawasi.
Sekian gelap mata hati, sepersekian kejap ayunan kapak besi.. Tak sempat mengelak Si Bleki, segeralah ia tersungkur mati.
Ya ! Bleki kini terkapar mati..!
Puas Pak Hartawan memandangi tubuh Si Mati.. kala didengarnya jerit kemarahan dan tak puas hati.. Ya ! Bu Hartawan yang berteriak, memprotes tindakan Sang Suami.
Bu Hartawan tidak melihat ada alasan Pak Hartawan untuk membunuh Si Bleki. Dengan kasar Bu Hartawan menanyakan tindakan suaminya yang dikatakannya sebagai kejam tak terperi.
Gelap mata Pak Hartawan.
Dengan tangan masih menggenggam kapak besi, sepersekian kejap saja, nasib Bu Hartawan segera menyusul Si Bleki.
....
Tertegun sejenak Pak hartawan melihat hasil perbuatan diri.
....
Tapi lalu tertawalah ia  melepas segala emosi yang berkecamuk di dalam hati.
Tertawa ia seorang diri.
Puas tertawa, diseretnya kedua tubuh itu ke halaman belakang. Digalinya semacam lubang di sana.. lalu dikuburkannya kedia tubuh itu di sana.
Terkekeh puas, ia berkata: “Teruntuk istriku, yang lebih mencintai anjing daripada suaminya.. Yang mati dan dikubur bersama anjing kesayangannya..”
Tertawalah Pak Hartawan.
Tertawa..
Tawa pilu ?! Lara ?! Bahagia ?!
Entahlah.. tumpah ruah segala emosi.

MALAM INI, Pak Hartawan duduk merokok di kursi.
Dalam genggamannya, ada kapak besi.
Menit demi menit terus berganti.
Jam demi jam, duduklah Pak Hartawan dalam sepi.
Hanya duduk dan merokok di kursi.
Sedang dalam genggaman tangannya ada kapak besi.
Hanya duduk menanti.
Menanti pembalasan dari Si Bleki.
....

MALAM ITU JUGA, sudah berdiri di luar jendela, dua sosok tubuh memperhatikan Pak Hartawan duduk di kursi.
Seorang perempuan dan seekor anjing.
Yang perempuan membelai-belai Si Anjing. Si Anjing terus memperhatikan yang duduk di kursi..
Si Perempuan, dengan lembut berkata pada Si Anjing, “Kasihan sekali Suamiku. Dia tidak tahu apa yang telah dia nikahi..”
Si Anjin mendengus, seakan membenarkan perkataan Si Perempuan tadi.
Si Perempuan menghela napas panjang seperti menyesalkan perbuatan suaminya. Penuh kelembutan, dipandanginya wajah Sang Suami yang masih saja duduk membisu dalam sepi.
“Dia tidak tahu bahwa kita, kaum Manusia-Serigala tidak semudah itu mati..”
Si Anjing, salah ! Si Serigala mendengus membenarkan perkataan ini.
“Ia sudah melukai kita. Tetapi.. Apakah kita harus juga membalas perlakuan Suamiku tadi ?” Si Perempuan bertanya pada diri sendiri.. Menengok ia pada Sang Serigala bagai hendak minta sepakatnya hati, “Bagaimanapun juga, dia suamiku yang kucintai..”
Si Serigala kali ini diam tak bereaksi.. seakan menyerahkan keputusan pada Sang Istri sendiri.
Si Perempuan, alias Sang Istri, masih terdiam sambil terus saja membelai kepala Si Serigala Bleki.
....

PAK HARTAWAN masih terus duduk di kursi..
Duduk merokok terus seorang diri.
Sedang di genggaman tangannya ada kapak besi.
Terus menanti..
Menanti pembalasan dari Serigala Bleki..
.... 


Kamis 25 Juli 1996 02:46 WITA
Kompleks  III No. 7
Jalan Balaikota Lama II, Home Base, Wua-wua, Kendari 93117

Dulu, tulisan ini dibuat karena mendadak teringat kawan SMA seangkatan, yang meninggal dunia beberapa waktu sebelumnya:  Aryo “Bancet” Soegiarto (alm). Usia saya 23 tahun saat itu.
Malam sebelumnya, Rabu 24 Juli 1996 23:30 WITA s.d Kamis 25 Juli 1996 01:00 WITA,  tema Happy Landing yang kami bawakan di radio adalah “Bagaimana bila malam ini adalah malam terakhir kita di dunia”

Pada saatnya nanti, kami pun akan menyusulmu pulang, bro..
Sebab mati, adalah masa depan yang paling pasti.

Thursday, May 16, 2013

Trust



SAAT SESEORANG MEMUTUSKAN untuk menikah dengan seseorang, yang terjadi sebetulnya masing2 percaya atau mempunyai keyakinan yang memadai --jiah, bahasa auditor keluar--  bahwa pasangannya itu dapat diandalkan atau yang terbaik 
PS: kriterianya bisa beda antara satu orang dengan yang lain.. 


Menikahkan usaha dan atau berusaha bersama-sama, ternyata juga membutuhkan hal yang sama. Usaha ngga akan berjalan lancar, bila pengusahanya satu sama lain tidak punya kepercayaan.

Namun begitu, asal percaya, ternyata juga tidak cukup untuk dunia usaha.
Teman lama dan atau saling mengenal di luar usaha, bahkan yang biasa ledek2an atau curcol2an, atau bahkan terikat hubungan saudara atau suami-istri, ternyata itu juga masih belum cukup..

Hmm.. tetapi itu nanti di kajian lain, ane sendiri belum selesai diajarinnya :D


Bagaimana agar tumbuh kepercayaan di dalam dunia usaha itu, sudah banyak teori/tulisan yang membahasnya. Saya cuma share definisi "Trust" menurut Merriam-Webster Dictionary aja di marih <-- sok atuh di klik, heula 

Mengelola Hati

BELUM LAMA INI*)  saya ada post ulang tulisan lama berjudul "sambat" ( tulisan itu dulu ditulis sebagai Facebook Notes, lalu disalin ke Blog, dan kemudian Blog itu di share ke FB lagi <-- ide siapa ya dodol begini ?! ) yang intinya saya minta tolong agar TUHAN ikut bantu menata ulang hidup saya. 

Naaah sudah minta sendiri begitu, kan.. ?!
Tapi kenapa juga yah, saat permintaan itu dikabulkan TUHAN,  dan kebetulan DIA menata situasinya tidak sesuai keinginan, saya kok tetap kecewa ya ? 


Ah, tengok lah, apa kali kan si Ari ini? Dia sendiri minta diaturkan, begitu dikabulkan malah kecewa pulak. Kayak mana si Ari ini,  ah!


Setelah dipikir-pikir ( dipikir aja sik, ngga pake dipikir-pikir berulang kali gitu kok ) saya merasa sedang diajari me-manage hati: 
Apakah saya mampu tetap berprasangka baik sama TUHAN kalo DIA menetapkan sesuatu yang tidak sesuai harapan ?  Apa lalu ibadah saya turun ( kualitas dan kuantitasnya ? ),  apakah.. apakah..  dan lain-lain, dan lain-lain, etcetra, etcetra..

Mungkin begitu.

Apapun yang terjadi pada saya,  kehidupan toh terus berjalan dengan segala kebahagiaan yang menyertainya..  Mau yang baik ada, yang buruk ya ada juga. Tapi pada akhirnya itu kan tergantung pilihan Anda, kan ?!
Saya? Saya maunya memilih yang baik. 

Sepanjang saya berpikir semua itu demi kebaikan, maka selama itu juga saya akan selalu bisa bersyukur dan.. tetap bahagia.

Jadi ?
Jadi yaudah.. gitu aja..

---


+ Jadi simpulan tulisan ini apa ya ?
- Tergantung elo sendiri, Sob.. mau menyimpulkan apa
+ Dih.. gitu, sik ?!
- Ya salah elo bacanya serius banget :p   Udah.. Ngga usah dipikirin.. Jalanin aja, Sob. Percaya aja TUHAN itu Mahabaik dan menyiapkan akhir yang indah buat elu ^ ^

---

*) tulisan ini repost status FB tanggal 31 Januari 2013 
    "Sambat" di blog-kan 29 Januari 2013, di FB Notes 13 Desember 2012

Sunday, May 12, 2013

Buku Harian Ayah



AKU INGIN

Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

cerita di bawah ini saya dapatkan dari milis BeCeKa  4 tahun yang lalu
semoga bermanfaat, khususnya buat saya sendiri.. yang memang lagi perlu :(


---------- Pesan terusan ----------
Tanggal: 18 Februari 2009 13:56
Subjek: [BeCeKa] FW: (repost) Buku Harian Ayah

---

Subject: (repost) Buku Harian Ayah

Buku Harian Ayah

Ayah dan ibu telah menikah lebih dari 30 tahun, saya sama sekali tidak pernah melihat mereka bertengkar.

Di dalam hati saya, perkawinan ayah dan ibu ini selalu menjadi teladan bagi saya, juga selalu berusaha keras agar diri saya bisa menjadi seorang pria yang baik, seorang suami yang baik seperti ayah saya. Namun harapan tinggallah harapan, sementara penerapannya sangatlah sulit. Tak lama setelah menikah, saya dan istri mulai sering bertengkar hanya akibat hal - hal kecil dalam rumah tangga. 

Malam minggu pulang ke kampung halaman, saya tidak kuasa menahan diri hingga menuturkan segala keluhan tersebut pada ayah. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ayah mendengarkan segala keluhan saya, dan setelah beliau berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, ayah mengusung keluar belasan buku catatan dan ditumpuknya begitu saja di hadapan saya. Sebagian besar buku tersebut halamannya telah menguning, kelihatannya buku? buku tersebut telah disimpan selama puluhan tahun.

Ayah saya tidak banyak mengenyam pendidikan, apa bisa beliau menulis buku harian? Dengan penuh rasa ingin tahu saya mengambil salah satu dari buku-buku itu. Tulisannya memang adalah tulisan tangan ayah, agak miring dan sangat aneh sekali, ada yang sangat jelas, ada juga yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembus beberapa halaman kertas. Saya segera tertarik dengan hal tersebut, mulailah saya baca Dengan seksama halaman demi halaman isi buku itu.

Semuanya merupaka catatan hal-hal sepele, "Suhu udara mulai berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untuk saya."
"Anak - anak terlalu berisik, untung ada dia."

Sedikit demi sedikit tercatat, semua itu adalah catatan mengenai berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, mengenai cinta ibu terhadap anak-anak dan terhadap keluarga ini. 

Dalam sekejap saya sudah membaca habis beberapa buku, arus hangat mengalir di dalam hati saya, mata saya berlinang air mata. Saya mengangkat kepala, dengan penuh rasa haru saya berkata pada ayah "Ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu."

Ayah menggelengkan kepalanyadan berkata, "Tidak perlu kagum, kamu juga bisa."

Ayah berkata lagi, "Menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidakmungkin sama sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan? Intinya adalah harus bisa belajar untuk saling pengertian dan toleran. Setiap orang memiliki masa emosional, ibumu terkadang kalau sedang kesal, juga suka mencari gara - gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah, mengomel. Waktu itu saya bersembunyi di depan rumah, di dalam buku catatan
saya tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati saya penuh dengan amarah waktu menulis kertasnya sobek akibat tembus oleh pena. Tapi saya masih saja terus menulis satu demi satu kebaikannya, saya renungkan bolak balik dan akhirnya emosinya juga tidak ada lagi, yang tinggal semuanya adalah kebaikan dari ibumu."

Dengan terpesona saya mendengarkannya. Lalu saya bertanya pada ayah, "Ayah, apakah ibuku pernah melihat catatan-catatan ini?"

Ayah hanya tertawa dan berkata, "Ibumu juga memiliki buku catatan. Dalam buku catatannya itu semua isinya adalah tentang kebaikan diriku. Kadang kala dimalam hari,menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling menertawakan pihak lain. ha. ha. ha."

Memandang wajah ayah yang dipenuhi senyuman dan setumpuk buku catatan yang berada di atas meja, tiba - tiba saya sadar akan rahasia dari suatu pernikahan :

"Cinta itu sebenarnya sangat sederhana, ingat dan catat kebaikan dari orang lain. Lupakan segala kesalahan dari pihak lain."


repost dari FB notes 18 Februari 2009
https://www.facebook.com/notes/ari-ams/buku-harian-ayah/52342152662

Friday, May 3, 2013

带领我 (Lead Me)


明天的道路 明天的事故 只有祢知道
(Míngtiān de dàolù míngtiān de shìgù zhǐyǒu mí zhīdào)
(The way of tomorrow, the happenings of tomorrow, only YOU will know)

是否有彩虹 是否会下雨 只有祢知晓
(Shìfǒu yǒu cǎihóng shìfǒu huì xià yǔ zhǐyǒu mí zhīxiǎo)
(Whether there will be rainbow or whether there will be rain only YOU will know)

我的心要完全相信 我的灵要求告祢
(Wǒ de xīn yào wánquán xiāngxìn wǒ de líng yāoqiú gào mí)
(I will believe wholeheartedly, my spirit will pray to YOU)

带领我 保护我 我的心唱赞美祢的歌
(Dàilǐng wǒ bǎohù wǒ wǒ de xīn chàng zàn měimí de gē)
(Lead me, protect me, my heart sings to YOU a song of praise)

带领我 保护我 我的灵唱敬拜祢的诗
(Dàilǐng wǒ bǎohù wǒ wǒ de líng chàng jìng bài mí de shī)
(Lead me, protect me, my spirit sings to YOU poems of worship)
 ---

the song can be seen on 
--- 

actually 带领我 is a mandarin christian-worship-song.  
but I really love the lyrics and  I  think the lyrics do not conflict with my beliefs....
and because I know exactly I am nothing without GOD. for me, this song really reminds me that GOD is Great. ALLAH Akbar