Sunday, March 2, 2014

Gundah


LELAKI itu kini berdiri diam terpaku di peron 6 Station Hall, Bandung. Bimbang, gundah-gulana hatinya. Akankah ia kembali ke Jakarta ke sekumpulan orang yang menamakan diri rekan kerja tetapi selalu mempecundanginya berkali-kali? Ataukah ia bertahan di sini, memulai segalanya dari awal lagi?
Menghela napas panjang ia teringat istrinya yang tengah hamil 2 bulan. Pastinya akan butuh tambahan biaya ke depan. Tetapi mendadak teringat olehnya bagaimana keluarga istrinya begitu menghinanya..
“Kurir.. Pekerjaan apa itu?”
“Makanya pilih perusahaan itu yang bonafide! Kalo bangkrut sampai sampai harus jadi tukang antar barang begini, yang sengsara kan istrimu..”
“Tahu begini, dulu kami nggak akan membiarkan dia nikah sama kamu!”
Ya Allah.. siapa yang ingin bekerja di perusahaan yang bangkrut?
Kalaupun terjadi, salahku kah itu?
Kalaupun harus bertahan sebagai kurir antar-barang bermotor, dimana hinanya..?! Itu kan pekerjaan halal..
Sungguh. Berada di tengah keramaian ini tetap membuatnya sepi.
Hanya tatapan mata penuh pengertian istrinya terkasih saja yang membuatnya tetap kuat menahan penghinaan.
…..
Sejak perusahaan tempatnya bekerja bangkrut, lelaki itu tidak diam berpangku tangan. Ia mengirim lamaran kerja ke mana-mana, sambil mencari nafkah sementara sebagai kurir perusahaan distribusi di Jakarta. Sementara itu, karena hamil sedang ia nyaris tak pernah ada di rumah, istrinya dititipkan sebentar di rumah Ibu Mertuanya di Bandung.
Tetapi entah mengapa, ia dikerjai berkali-kali oleh rekan rekan kerjanya, sehingga hantarannya sering tak tepat waktu dan/atau rusak..
Lelaki itu masih diam terpaku.
Apa yang harus kulakukan?