Saturday, July 6, 2013

Hidup Ini

Walk Into The Light - Free Pics
SEPANJANG BULAN SYA'BAN ini, saya dua kali mendengar pepatah populer ini dikutip dalam khutbah Jum'at :  "Ketika lahir, saya menangis sedangkan orang-orang tersenyum. Saya ingin ketika mati, saya tersenyum sedangkan orang-orang menangis."
Pepatah yang baik.
Tapi saya kurang setuju, sebetulnya

Bukan berarti saya menyalahkan orang yang bersedih ketika orang yang dikasihi meninggalkan dunia fana ini. Tetapi bagi saya, sepanjang orang yang meninggal dunia itu hidupnya baik baik saja --if you know what I mean-- maka saya pikir seharusnya kita justru tenang dan senang saat ia meninggal dunia.

Kok gitu ?
Ya soalnya seharusnya kita yakin dan percaya bahwa TUHAN, insyaa ALLAH memberikan tempat yang sangat baik baginya, baik di alam barzakh maupun kelak di surga setelah pengadilan terakhir.

Jadi harusnya begitu kan ?
Khususnya bila orang yang meninggal dunia adalah orang baik.

Perhatikanlah saat UJE alm. meninggal : Keluarganya sedih (ini wajar),  sekaligus percaya bahwa ALLAH lebih menyayanginya dengan memanggilnya lebih dulu.
Insyaa ALLAH semua orang juga yakin bahwa beliau orang baik dan mendapatkan tempat yang baik di sisi-Nya
Dan karena itulah saya justru ingin begini:
Ketika lahir, saya menangis sedangkan orang-orang tersenyum.
Saya ingin ketika mati, saya tersenyum sedangkan orang-orang tersenyum

<-- tentunya saya ingin dikenang sebagai orang baik dan semua yakin saya mendapat tempat yang baik di sisi-Nya kelak. demikianlah keinginan saya dan semoga terkabul, insyaa ALLAH, aamiyn


Dan karena itu saya juga berharap para malaikat pun tersenyum ketika tiba saatnya mereka harus mencabut nyawa saya, aamiyn.
^ ^

Wednesday, July 3, 2013

Pelajaran Hidup Hari Kemarin

Dalam hidup, kita ngga pernah sendirian. Kita dikelilingi orang orang lain dengan segala variasinya.

Kadang-kadang, orang lain itu berusaha care dan menemani kita dengan gayanya masing-masing.

Sayangnyaa... kadang gaya itu ngga sesuai dengan kita atau sikon-nya ngga tepat. Yang ada, niat baik itu bukannya berhasil dengan baik tetapi malah membuat kita sedikit terganggu..

Terganggu? Marah dong..?!
Tunggu dulu..

Mari cobalah lihat sisi baiknya: mereka itu niatnya menemani, niatnya menghibur kita loh..
Hargailah niat baiknya dan jangan terpaku hanya pada hasil yang kita rasakan atau ditimbulkannya saja

#NoteToMyself

Jujurly, sik.. Saya kemarin sempat emosi duluan sama anak. Niat dia menghibur saya yang sakit, tapi buat saya jadi berisik <-- Ayah yang Buruk :(
#MaafYaNak

Catatan

TUHAN itu adil. Saya terlalu cepat emosi sama anak, eh ternyata ada orang lain yang merasa saya juga memusingkan begitu.

#Kuwalat

Terima kasih TUHAN, Engkau sudah membuatku belajar dengan cepat

#BelajarMakeSepatuOrangLaen

Monday, July 1, 2013

Indah Pada Waktunya


Rencana TUHAN selalu indah pada waktunya. 
Demikianlah yang selalu kita dengar tulisan atau khutbah berkenaan dengan "prasangka baik pada TUHAN". 

Pertanyaannya: seberapa percaya kita pada kalimat itu? Seberapa yakin kita bahwa TUHAN menyiapkan akhir yang indah buat kita? 

Saya sendiri sempat putus asa kok dengan itu. 
Rasanya rencana saya itu udah pasti baiknya, udah pasti baiknya.. tapi ya kok TUHAN belum kasih terwujud juga yaaa.. 

Belum lama ini saya membutuhkan sejumlah dana besar untuk kawin lagi modal usaha dan beberapa rencana lainnya.   Dalam pikiran saya dan istri saat itu, kami akan menjual rumah saya di Bintaro Coret yang belum lunas cicilannya itu, dan lebihan setelah melunasi sisa KPR masih cukup untuk modal usaha, dan DP rumah lagi di daerah yang lebih prospektif lagi kenaikan investasinya.  Lain itu, kami juga masih akan pegang sejumlah lebihan dana di bank.

Nah, luar biasa apa kali bagusnya tampaknya kan rencana ini? 

Dua bulan berlalu sejak kami menawarkan rumah itu dijual, ada lebih dari 8 calon pembeli yang berminat, tetapi kok ya di saat saat terakhir kok ya ngga deal juga :( 
Apaa ya yang salah..? Saya sampai-sampai sempat sambat sama Gusti ALLAH loh: lha yok opo tah Gus kok ra payu payu ki njuk rencanaku sing apik tenan kuwi njuk piye? Kok ya ngga laku laku ini, trus rencana hebatku itu apa kabarnya, TUHAN? 
Rasanya seperti TUHAN menelantarkan kami <--oke itu tuduhan serius buat TUHAN.. Tapi saat itu, itulah yang kami saya rasakan..

Dan rasa ditinggalkan itu kian hebat setelah beberapa rumah tetangga saya di situ terjual dengan mudah --eh, ada yang masih kebanjiran penawaran sih.. Tapi sempat apa kali lah dengar berita apanya itu kan? 

Hari ini, pas mampir ke sana --oiya kami sendiri tidak tinggal di situ sejak 2009-- dapat tambahan keterangan bahwa harga jual rumah tetangga itu, dan penawaran yang masuk buat rumah tetangga yang lain, nyaris dua kali lipat harga yang kami pasang. 
Dua kali! 
Masyaa ALLAH.. 
Alamak..! Rugi kalilah kami bila rumah kami terjual pada harga yang kami minta.. 
Pada detik itu mendadak saya merasa bersyukur bahwa TUHAN, ALLAH SWT, lebih tahu apa yang baik bagi kami. 

Oke.. sementara ini kami masih harus kerja keras untuk menutup cicilan KPR yang seperti ngga habis habis itu, dan masih kerja keras mengumpulkan modal tambahan yang kami perlukan itu 

Moral cerita yang ingin saya sampaikan:  
Ketika tampaknya rencana kita berantakan,  yang perlu kita lakukan ada dua:
- evaluasi rencana, jangan2 rencana kita memang ngaco..
- dan tetaplah percaya bahwa rencana TUHAN jauh lebih indah dari rencana manusia.. dan Dia akan membuatnya indah pada waktunya. 

 -----
Saat ini ada beberapa rencana lagi yang seperti meleset.  Tapi kali ini saya (lebih) yakin bahwa TUHAN menyiapkan akhir yang indah di balik itu semua  --sepanjang kita tidak kehilangan keyakinan dan tetap berprasangka baik pada-Nya :-) 

Saya yakin teman teman semua lebih baik dari saya dalam soal ini.
Akhir kata, mohon maaf jika ada tulisan di atas yang kurang berkenan..