Saturday, December 22, 2012

Tentang Hari Raya

BEBERAPA hari ini linimasa saya, baik di FB maupun twitter, dipenuhi perdebatan sengit tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat hari raya kepada pemeluk agama lainnya. Perdebatannya memang sengit, sampe nyengiti.. 
Kalo boleh jujur sih, saya sudah bosan..  Why ? Sebab setiap tahun sebetulnya topik itu diangkat terus dan terus. 
Lho.. Memangnya, ada apa dengan cinta ingatan kalian ? 
Perlukah diulang-ulang ? Padahal materi dan sudut pandangnya ya cuma itu lagi dan itu lagi.. Orang2nya juga loe lagi loe lagi gak berubah..

SAYA memandang Hari Raya itu agak berbeda. Bagi saya, Hari Raya itu justru waktunya silaturahmi. Urusan keimanan, yang paling paham ya diri sendiri.
Gak usah susah-susah, ambil contoh pas Lebaran. Semua bergembira karena manusia kembali fitri. 
Itu teorinya. Memangnya yakin puasa kita diterima sehingga Allah meridlai ? Kalo saya, gatau kenapa, seringnya malah nangis kalo Lebaran (baca: THR kok langsung abis liat kelakuan sendiri masih belum bener, padahal ramadhan-nya udah abis)
Saya pikir seperti itu jugalah kalo natalan. Pastinya ngga sama-sama gitu, tapi konsep menyambut Hari Raya-nya saya pikir ngga jauh beda: Perayaan ! Orang-orang (harusnya) gembira bersukacita..

Masalahnya, In My Sotoy Opinion ya?, jangan2 yang tampaknya bergembira pas Hari Raya itu bukan gembira karena sebab-sebab keagamaan dan atau keimanan itu sendiri.
Jangan2 itu cuma euforia (yang lain tampak gembira, jadi baiknya kita ikut gembira)? Atau jangan2 gembira karena akan mendapatkan hongbao a.k.a angpau ? Karena baju baru, mungkin ?
Atau meski kita ngga ikut merayakan jadi ikut gembira karena gebyar diskon yang cetar membahana itu, mungkin ? Ikut dapat liburan, mungkin ?

Sudah beberapa lama saya perhatikan, Hari Raya (agama samawi yang manapun) sudah tercemar. Hari Raya justru menjadi ajang komersial: jor2an diskon, jor2an event, jor2an paket wisata (dengan tematik hari raya), dan lain-lain tapi lupa pada esensi apa yang seharusnya dirayakan. Sekali lagi, ini In My Sotoy Opinion lho ya :p

JUJUR, saya juga ngga bermaksud ngebahas Hari Raya keagamaan dari sisi agama. 


Pernah nggak perhatikan: jelang hari raya, orang2 berusaha untuk merayakannya berkumpul dengan orang2 yang mereka sayangi, termasuk dengan jalan pulang kampung ?


Pernah ngga kebayang: di suatu tempat terpencil nun di perbatasan, ada seseorang petugas yang ngga bisa pulang untuk berhari raya dengan keluarga karena ngga dapat cuti, atau ngga ada orang lain yang menggantikan, atau malah lebih parah: ngga punya duit buat pulang ?

Atau mungkin karena sedang bertugas, termasuk Pak Polisi atau Penjaga Lintasan Kereta yang berjaga2 demi kenyamanan kita semua pulang kampung untuk berhari raya  ?
Dan atau bertugas di garis depan pertempuran, jauh dari keluarga sementara jelas ga bisa pulang ?

Film Joyeux Noel menceritakan itu. Dalam perang parit 1914 di Perancis, masing-masing pasukan Perancis, pasukan Skotlandia, dan pasukan Jerman saling berkubu dalam keheningan suasana jelang Hari Raya. 
Tetapi Hari Raya akhirnya memenangkan perang. Ia mampu menjembatani segala perbedaan pandangan politik dan entah apalah dari ketiga pasukan itu. Setidak2nya untuk sementara.

SAYA PIKIR, pada akhirnya manusia memang cenderung ingin bersilaturahmi berkumpul bersama orang2 yang mereka cintai. Tak peduli bagaimana orang Perancis menggambarkan kebengisan orang Jerman, ternyata orang Jerman pun punya keluarga dan merindukan mereka. Demikian pula bagaimanapun orang Jerman menggambarkan orang Perancis, ternyata mereka sama-sama juga seperti orang Jerman: baik dan lembut pada orang2 yang mereka sayangi.

Dan itu jugalah semangat saya ketika saya mengucapkan selamat ber-Hari Raya. Saya ikut senang karena sebab-sebab seperti di atas, meskipun tidak ikut merayakan.

Demikian.



PS: Saya sungguh berharap film seperti Joyeux Noel inilah yang diputar pada saat Hari Raya ( kalo ikut film ini ya pas Natal mungkin lebih tepat ) 
..........dan plis, jangan Home Alone lagi yak ?  


2 comments:

  1. oke pak, gak bakalan di puter lagi home alone nya...tapi kalau yang ketiga gapapa dahhhh.

    ReplyDelete
  2. eh ada tukang somai
    titip pesen buat stesyen tipi ya oom :p

    ReplyDelete