Tuesday, September 23, 2008

Tentang Seorang Baik Yang Telah Tiada..

Kalau Allah sudah menghendaki, maka ia tinggal bersabda Kun Fayakuun.. Maka Jadilah..

Dulu, tahun 2000, kami adalah enam sahabat yang sama-sama tugas di pelosok Indonesia Timur. Setelah kembali ke Jakarta, posisi yang dua menjauh, dan tergantikan oleh tiga orang lain. Sehingga kini menjadi tujuh sahabat. diluar jam kuliah atau jam kerja, kalau ada yang satu, yang lain ada pula.

Saat itu, dari bertujuh ini, yang empat sepakat bikin usaha sedang yang tiga bekerja di sebuah KAP/Konsultan. Yang tiga, meski ngga bisa bergabung dengan kami yang empat, punya komitmen untuk turut membantu usaha kami yang empat. Intinya, bertujuh ini sepakat untuk keluar dari PNS. Kalau istilah sahabat-sahabat dunia kang-ouw, kami bertujuh tidak minta lahir bersama, tetapi bersedia mati pada hari yang sama (taelah.. gaya lu Ri..)

Back to Laptop.

Salah satu kawan kami yang kerja di KAP, mendadak meninggal dunia. Dalam usia yang masih sangat muda 27 tahun. Meninggalkan seorang istri dan seorang bayi berusia 9 bulan.
Kami semua berkabung dan ada juga yang sedikit kecewa karena ia mendahului kami.

Saya ? cuma bisa pasrah bilang "elo emang good guy, Prend.." ini sebab saat dia married tahun lalu, satu angkatan kami hadir, dan subuh itu satu angkatan hadir juga; termasuk hadir diantaranya adalah cukup banyak angkatan kami yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang akuntan. Terharu sekali melihat kawan2 ini mau datang sejak jam 3 pagi, begitu banyaknya kawan2 yang datang sampai2 warga setempat sempat salah sangka.. 
Saya hitung jumlah yang shalat shubuh dan shalat jenazah, lebih dari 8 shaf.. dan saya yakin jumlah orang ke sampingnya lebih dari 15 orang..
(akankah bila tiba giliran saya, kawan2 saya kelak akan berdatangan seperti itu? -aih inginnya jadi good guy-)

Teman A ? saking sedihnya ia hanya bisa bilang "Elu gila lu, lu kan janji mau mampir liat-liat ke kantor baru. Gua tagih janji elu sekarang !!" seolah lupa kawan kami ini sudah meninggal.

Teman B ? ia justru menyesali nasib kawan ini yang menurut dia malang.."Prend, anak elu masih kecil Prend.. Gila lu milih ngga bertahan.."
dll dst..

Semua ini dialog di samping ambulans yang akan membawa jenazah almarhum ke kota kelahirannya. Iya, saya tahu ada beberapa kesalahan logika dalam kalimat2 kami. Tapi itulah yang terjadi saat itu. Kesedihan membuat kami seolah buta mata buta hati.. waktu itu..

Malamnya, kecapekan, bakda isya entah mengapa saya tertidur. Saya bermimpi ada di sebuah taman yang luar biasa indah. Betul2 indah pemandangannya. Bahkan iklan Salem High-Country yang tayang di TV3 Malaysia saat itu kalah jauh dengan ini. Ini aneh, saya ngga pernah bermimpi sefeminin ini. Tapi saya ikuti jalan setapak itu..
Tiba2 saya dengar suara memanggil. Saya ikuti suara itu sampai ketemu sebuah ayunan dimana kawan saya almarhum sedang bermain-main dan tersenyum.
"Elu juga kudu jadi good-guy juga dong Ri, biar elu bisa ada di tempat yang kayak gini. Elo liat deh, semua ada di sini.. "
dst dst.. ngga perlu saya ceritakan apa saja yang ada di sana..
Tapi pertanyaan berikutnya sungguh menusuk. Ia berhenti dan menunjuk, "Masalahnya, elu udah jadi good-guy belum Ri ?"
Seiring habisnya pertanyaan itu, berkelebatan segala kejadian yang saya alami dan atau lakukan muncul seolah ada layar LCD di depan mata. Melihat itu, saya hanya bisa merinding dan menangis. Ternyata saya belum pantas jadi good-guy. Jadi saya mohon ampun pada-Nya saat itu dan minta tolong jadi good-guy. Tapi saya mendadak sudah terbangun seiring adzan shubuh.

Esok paginya, saya ceritakan mimpi itu ke Kawan A yang satu kos dengan saya. Ia hanya tertawa saja. "Elu terlalu sedih Prend, kita semuanya.." begitu katanya
Mendadak, pukul 10 pagi itu kami harus pergi bertemu calon klien potensial. Maka kami, saya, kawan A, dan kawan B pergi meninggalkan pos tanpa penjagaan, hanya seorang penjaga wartel (yang sekaligus resepsionis kami) saja yang ada.
Pulang dua jam kemudian, si penjaga wartel ini menyampaikan bahwa tadi ada teman yang berkunjung. Ingin melihat kantor, katanya. Karena ia sangat meyakinkan sebagai teman kami, maka si penjaga mempersilakan kawan ini melihat-lihat. Ketika ditanya apa mau menunggu kami pulang, si tamu ini menjawab, maaf tidak bisa, saya mau pergi jauh.
Pada titik itu, kami mulai menduga-duga..  apalagi kawan2 sudah mendengar cerita saya sebelumnya.
Kebetulan saya memiliki beberapa foto lama, tapi foto ramai2, tidak ada yang close-up.
Kami minta ia menunjuk yang mana yang datang, kalau ada di foto ini. Dengan yakin, ia menunjuk wajah almarhum.
Tiga foto yang berbeda dan ia tiga kali menunjuk dengan benar. Padahal si penjaga ini belum pernah betemu sebelumnya.

Malam itu juga kami berkumpul di rumah kawan B dan mendoakan almarhum. Kami menduga2 ada apa ya ? Baru setelah beberapa lama, kami mengambil kesimpulan bahwa entah almarhum betulan entah jin baik yang menyamar sebagai almarhum, yang jelas ia menjawab semua komentar kami pagi itu

Belum ada semenit kami menyimpulkan itu, HP Kawan B berbunyi tanpa ada caller ID. Kawan B sudah menduga bahwa ini pasti ada kaitannya maka ia merekam pembicaraan itu (secara waktu itu belon ada HP pake loudspeaker gitu loh)
Dan kami yakin sekali bahwa itu mirip sekali dengan almarhum dan ia menyapa, "Halo Broer. Gimana kabarnya ? Anak elu baik-baik aja kan ? Jangan lupa elu jaga kesehatan, ya.."
Kawan kami B ini sudah tidak bisa ngomong lagi. Hanya bisa bilang iya iya dengan terbata-bata..

Saat kami mendengarkan rekamannya, kawan D --belum saya ceritakan sebelumnya tadi-- yang paling dekat dengan almarhum langsung merebut telepon dan menelepon balik. Dua kali ia telepon caller ID yang tidak nampak itu (tapi ada jejaknya sih) tertuju pada dua nomor yang berbeda, yang pertama sebuah gudang di Jakarta Utara, dan yang kedua sebuah kantor di Jakarta Barat yang sedang lembur. Dan semuanya adalah klien kawan kami ini

Saya tidak tahu apakah ini yang disebut keajaiban Tuhan.
Saya tidak berani memastikan ini betul almarhum atau hanya Jin yang memirip2kan almarhum
Yang jelas, pesan yang ditinggalkan baik. Ia mengucapkan selamat tinggal dengan membalas semua perkataan kami kawan2 dekatnya di ambulans.

Selamat jalan, kawan
Gw kangen sama elo, Prend.. Ngga ada yang ngomelin gw lagi kalo gw males shalat di awal2 waktu..
Gw masih berusaha jadi good-guy Prend. But believe me it's soo hard.. Sebab good guy versi elo itu ngga cukup jadi orang baek, tapi juga jadi orang bener. Nah gw ini baek aja belon beres, apalagi benernyee..?!
Wish you still happy on "the garden" there and may God bless you forever, here on earth and there.. and  later..

BR, ari.ams
In memoriam of our friend AA, Aug 1973 - July 2000

8 comments:

  1. Subhanallah... *antara merinding sama kagum*

    ReplyDelete
  2. TFR :)

    btw merindingnya itu wajar.. lha kagumnya itu kenapa yah ? hehehe
    kisah nyata ini mungkin satu angkatan kami udah pada tahu lho.. ngga tahu nyampe nggak ke angkatanmu (^^)

    ReplyDelete
  3. Ya tentang jadi good guy itu... Baru tahu soal cerita ini.

    ReplyDelete
  4. itu bahasa yang saya dulu pakai untuk menggambarkan betapa almarhum begitu baiknya, banyak yang menghormati dan menyayangi sehingga apa yang terkait dengan beliau begitu banyak yang care.

    pengin deh jadi orang yang kayak begitu.. tapi hehe apa daya kelakuan ngga sanggup

    ReplyDelete
  5. semoga merindingnya itu merinding yang membawa kebaikan :) amiyn

    ReplyDelete
  6. mohon doanya aja supaya ternyata belum, jadi saya masih dikasih kesempatan untuk merubahnya.. amiyn :)

    ReplyDelete