Tuesday, July 1, 2008

Tentang Beruntung (1 dari 3): Meningkatkan Keberuntungan

beruntung itu sebenarnya kejadian untung-untungan
atau sebenarnya ada sesuatu di balik keberuntungan seseorang itu
yang kita biarkan tersembunyi tidak terdeteksi sehingga tidak bisa dipelajari dan diambil hikmahnya ?

salam, ari ams


original article: http://sepia.blogsome.com/2007/02/21/meningkatkan-keberuntungan/

 

February 21, 2007

Meningkatkan keberuntungan

Filed under: Kecerdasan Power, Kecerdasan Aspirasi, Kiat, Topik Personal


Bill Gates dari Microsoft beruntung, IBM tidak menyadari betapa hebatnya masa depan komputer pribadi. Karena itu IBM setuju untuk membayar jasa pembuatan sistem operasi MS-DOS sebesar 1 juta dolar, sementara Bill Gates boleh tetap menjualnya ke pihak lain. Sepuluh tahun kemudian Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia.

Steve Jobs dari Apple juga beruntung. Para petinggi Xerox tidak tahu bahwa benda bernama 'mouse' dan GUI (Graphical User Interface) yang dibuat oleh para jenius Xerox adalah harta karun tak ternilai yang terpendam. Xerox dengan ringan hati memberikannya kepada Apple keberuntungan jutaan dolar dengan lahirnya Macintosh yang menggunakan mouse tersebut.

Demikian pula disampaikan John Beck penulis DoCoMo, Japan's Wireless Tsunami bahwa menurut para pendiri DoCoMo mereka bisa sukses karena keberuntungan. DoCoMo beruntung karena punya pemimpin visioner Keiji Tachikawa, presiden perusahaan yang tidak sabaran Kouji Ohboshi, anak buah yang punya daya kreasi meluap Keiichi Enoki, juga talenta tinggi Mari Matsunaga. Dalam satu kondisi yang unik mereka mampu melejitkan DoCoMo dari divisi telepon di dalam mobil yang merugi, menjadi perusahaan telpon seluler yang paling berhasil berjualan data melalui layanan i-mode dan FOMA (yang hingga sekarang masih gagal ditiru perusahaan lain di dunia).

Bagaimana mereka bisa beruntung? Mengapa perusahaan seluler sejenis DoCoMO di Amerika maupun Eropa gagal mengambil keuntungan serupa padahal mengeluarkan biaya investasi yang juga sama besar? Jawabnya, kata John Beck, adalah keberuntungan. It's about luck. DoCoMo beruntung internet belum populer di masyarakat Jepang waktu itu. Beruntung pula sedang terjadi krisis ekonomi sehingga perbankan sangat antusias menyambut sistem pembayaran melalui i-mode. Beruntung juga belum ada standard. Beruntung memilih c-HTML dan bukan WAP sebagai format i-mode. Juga beruntung dengan adanya kartun Bandai di Jepang.

Dan inilah dia, Bandai lah nyawa tak disangka dari i-mode. Sebelumnya para ahli strategi bisnis i-mode menembak sasaran para profesional yang memerlukan layanan perbankan. Layanan ini disambut antusias, namun tidak banyak. Yang justru populer adalah hal remeh yang sebelumnya tak disangka : ringtone dan screensaver. Dan para ahli strategi bisnis DoCoMo segera menerima kenyataan, layanan ideal dan keren buat para profesional itu bukanlah penggerak utama. Justru layanan kelas rakyat yang kurang keren bernama ringtone dan screensaver itu. Lalu Bandai datang dengan tak disangka, mereka punya produk mainan semacam berjudul WonderSwan yang merupakan networking game dan bisa dimainkan lewat internet. WonderSwan inilah killer application seperti halnya spreadsheet VisiCalc di jaman awal munculnya PC. Sejak saat itu Bandai menjadi terdekat i-mode DoCoMo.

Andai DoCoMo lahir di Indonesia, mungkinkah i-mode melejit seperti itu? Andai dia lahir di Eropa, mungkinkah dia bertemu Bandai? Andai dia di Amerika, mungkinkah orang peduli untuk mengakses internet lewat layar supermini di ponsel (sementara sudah terbiasa dengan layar lebar di komputer)? It's about luck.

Dan ini yang menarik, keberuntungan menempel pada orang! Semua kondisi menguntungkan itu ada di Jepang, tapi kenapa DoCoMo yang berhasil memanfaatkannya? Karena orang-orang yang memegang posisi kunci di DoCoMo mampu segera mengenali peluang keberuntungan itu.

Setiap hari kita semua bertemu peluang. Orang yang hari ini Anda temui mungkin membawa peluang. Bis yang Anda tumpangi, juga membawa peluang. Beras mahal yang terjadi saat ini, juga membawa peluang. Semua kejadian random (yang sebenarnya tidak random karena ada ketentuan takdir Tuhan) menciptakan banyak peluang. Orang-orang tertentu ternyata lebih mampu menarik keuntungan dari peluang itu. Inilah si orang-orang beruntung.

Survey yang dilakukan Jencks dan kawan-kawan dari Educational Policy Research at Harvard di awal tahun 1970 menunjukkan bahwa hanya 12 hingga 15 persen saja orang yang lebih inferior dibanding orang lain. Umumnya setara. Maka, kalau Anda sekarang bekerja, sadarilah bahwa banyak orang yang setara dengan Anda dan tidak seberuntung Anda. Ada faktor 'luck' yang menyebabkan Anda diterima, lainnya tidak. Banyak kenyataan, bila ada dua lulusan perguruan tinggi yang sama-sama hebat, yang satu beruntung mendapat tempat kerja yang nyaman, gaji besar, dan penuh dukungan terhadap kebebasan berkreasi, sementara satu yang lainnya mendapat tempat kerja yang sulit, atasan yang sinis, bergaji kecil pula. Padahal mereka itu relatif setara, bahkan bisa jadi orang kedua tadi lebih pintar, lebih tekun, dan lebih hebat. Sayangnya orang ini kurang beruntung!

Meningkatkan keberuntungan

Sekeping uang tergeletak di jalan. Donald Bebek melewati jalan itu. Dia tidak tahu ada uang tergeletak di jalan. Si Untung Bebek melewati jalan yang sama. Tepat dua langkah sebelum uang tersebut dia tak sengaja melihat ke bawah. "Nemu uang!" kata si Untung. Uang yang sama, di jalan yang sama, dengan kondisi yang relatif sama. Dan si Untung yang beruntung. (Donald juga masih beruntung, dia punya pacar yang cantik dan baik bernama Desi bebek. Mungkin si Desi ini yang paling tidak beruntung. Haha)

Orang dengan jenis si Untung ini mungkin memiliki kemampuan seperti halnya Panji, si pawang ular, yang bisa mendeteksi keberadaan seekor ular dari jarak jauh. Namun saya yakin juga dia punya karakter yang menjadikannya beruntung (salah satunya adalah sikapnya yang optimis dan gembira sehingga membuat segalanya tampak menguntungkan, dan jadilah keberuntungan datang betulan kepada dia).

Saya percaya bahwa kita bisa meningkatkan keberuntungan. Dengan kecerdasan aspirasi, kita menjadi peka terhadap semua hal yang membantu terwujudnya impian kita. Dengan kecerdasan spiritual kita yakin bahwa kejadian yang tampak random itu sebenarnya bukanlah random (Tuhan Maha Mengatur), sehingga kita yakin bahwa do'a menjadi penting untuk menarik 'keberuntungan', sedekah menjadi penting untuk menarik keberuntungan, berbuat baik juga menjadi penting untuk menarik keberuntungan, dan sebagainya. Dengan kecerdasan power kita menjadi peka terhadap peluang yang bisa dimanfaatkan. Dengan kecerdasan emosi, kita jadi mau untuk menindaklanjuti peluang yang terbuka. Dan kreatifitas daya cipta kecerdasan intelektual membuat kita mampu mengatasi problem-problem yang muncul.

Keberuntungan itu seperti bermain sepakbola. Kita punya tujuan yang jelas, yaitu mencetak gol. Lalu sebagai pemain kita harus terus bergerak mencari posisi yang menguntungkan. Suatu ketika bola –mungkin- akan lewat di depan kita (ini namanya keberuntungan!). Kita tendang, dan… belum gol. Lalu kita berlari-lari lagi mencari posisi, dan menyiasati gerakan lawan. Lalu bola melintas lagi di depan kita. Kita tendang, dan… gol! Jika kita punya cita-cita (aspirasi), punya semangat dan keyakinan (spiritual), punya ketabahan (emosi), punya siasat (power), dan punya kemampuan menendang ala David Beckham (intelektual), maka kondisi lapangan dan permainan saat itu bisa mendatangkan keberuntungan bagi kita. (Selanjutnya kenapa Beckham lebih laris sebagai bintang iklan dibandingkan Figo, dsb, yah itulah keberuntungan dari Yang di Atas, yang ini sih belum bisa dimodelkan.)

Dan DoCoMo beruntung memiliki orang-orang yang bisa menarik keberuntungan datang kepadanya. It's about luck.

Link yang sesuai : Faktor keberuntungan

No comments:

Post a Comment