Saturday, February 9, 2013

Harapan, Rencana, dan Realisasi


Setiap orang punya harapan untuk hidupnya sendiri di masa yang akan datang ( apakah di dunia maupun di akhirat, semua pasti punya ). Kalau harapan itu tidak dijabarkan ke dalam sebuah rencana aktivitas, tentu sulit harapan itu dapat direalisasikan (meski bukannya tidak mungkin ).

Yang jadi masalah buat saya adalah seberapa kuat harapan itu berpengaruh pada hidup kita. Harapan haruslah cukup kuat untuk memberi semangat kita merealisasikannya; tapi pengalaman saya beberapa minggu ini juga menunjukkan bahwa harapan itu tidak boleh terlalu kuat sehingga menguasai hidup kita.

Kok gitu ? ya soalnya antara terlalu semangat dan obesitas obsesi itu bedanya tipis banget :p

Salah satu masalah ketika obsesi itu hadir adalah ketiadaan akal sehat, dan kadang2 over positive thinking (!!) sehingga setiap perubahan rencana adalah kejahatan --> ujung2nya malah negative thinking.
Dan orang seperti saya, juga tidak luput dari kesalahan semacam ini. Emosi pun muncul, seolah2 rencana keberhasilan itu pasti.. padahal berdasarkan pengalaman, tidak mungkin semua terlalu smooth :D

Ambil contoh: ketika profit margin dalam realisasi cuma segini padahal direncanakan segitu, saya merasa sangat kecewa.. atau ketika rekan usaha ada halangan yang cukup membuatnya kesulitan untuk bergerak seirama seiringan, saya merasa dikhianati <-- eini contoh lho Ya, ngga bermaksud beneran gini.. sorii :p

Padahal kalau kita memilih diam sejenak, maka semua negative thoughts itu bisa diredam dan mulai melakukan Plan B ( dan kalo masih gagal juga masih ada 24 huruf lagi :)

So waspadalah..
1. Jagalah agar kita yang menjadi Tuan atas harapan atau tindakan kita sendiri
2. Masalah apapun yang datang seharusnya belum jadi masalah. Reaksi kita atas masalah itu yang akan menentukan apakah terselesaikan atau justru kian membesar.

No comments:

Post a Comment